Bariqi menggerutu sambil memakai kaosnya kesal. Gara-gara Elya yang masuk ke kamar mandi, ibunya memarahinya. Elya juga begitu, mengatainya cowok modus.Bariqi mengambil hpnya, pria itu sudah mengirim rencana pada teman-temannya untuk membawa warga ke rumahnya saat ia beraksi.Di grup chat Bariqi, ada tujuh pria yang menjadi teman nongkrong pria itu. Namanya laki-laki, kebanyakan suka begadang, dan mereka teman begadang Bariqi sambil ngopi di warung.Bariqi : Sebentar lagi kumpulkan warga, bawa ke rumahku!Bariqi mengirim pesan singkat itu pada teman-temannya. Setelahnya pria itu keluar kamar tamu.Di rumahnya sendiri, Bariqi bak maling yang mengendap-endap menuju kamarnya. Saat tidak melihat ibunya, pria itu segera masuk ke kamarnya yang tidak dikunci."Kyaaa!" Elya berteriak kaget saat tiba-tiba Bariqi masuk ke kamar yang ia tempati."Kenapa kamu kesini?" tanya Elya menyelimuti tubuhnya.Bariqi mendekati Elya, pria itu menyingkap selimut gadis itu dan ikut masuk dalam selimut."Kena
Saat ini Bariqi dan Elya tengah berada di kamar Bariqi. Suasana sangat canggung setelah Bariqi mengutarakan perasaannya pada Elya. Bariqi seorang pria dengan gengsi tinggi, kini menyatakan cintanya pada gadis yang selalu ditindasnya.Pun dengan Elya yang tampak canggung, gadis itu memainkan ujung kaos yang dipakainya sampai lusuh. Dia menjawab ‘iya, artinya dirinya menerima cinta Bariqi. Namun, setelah ungkapan cinta itu, Bariqi tidak berbicara apa-apa lagi membuat Elya bingung.Di benak Elya timbul pertanyaan, sebenarnya Bariqi serius suka padanya atau tidak. Elya menatap Bariqi, bertepatan dengan pria itu yang menatapnya. Elya segera berpaling, enggan menatap.Hubungan macam apa ini? Saat mereka menjadi asisten dan koki utama, mereka sering bertengkar dan berbicara sesukanya. Namun, saat hubungan mereka menjadi sepasang kekasih, kini keduanya malah canggung satu sama lain.“Eum, itu,” kata Bariqi menggaruk tengkuknya.“A … apa?” tanya Elya yang kini duduk di ranjang.Bariqi mendekat
Elya masih bersandar di bahu Bariqi. Gadis itu tampak nyaman di sana, terlebih sebelah tangan Bariqi juga menepuk-nepuk puncak kepalanya. Mata Elya masih fokus melihat adegan romantis di hpnya yang dipegang Bariqi.“Sudah mengantuk?” tanya Bariqi menatap Elya.“Belum,” jawab gadis itu seraya menggeleng.Bariqi menahan mati-matian tangannya yang terasa pegal. Sudah lebih dari satu jam dirinya memegang hp Elya. Beberapa kali dirinya merubah dari yang semula memegang di tangan kiri menjadi tangan kanan. Seumur-umur saat Bariqi dekat dengan cewek lain, dia tidak akan melakukan hal konyol seperti ini. Bariqi lebih suka gaya pacaran orang dewasa, di klub malam, restoran atau tempat yang menggugah kenikmatan lainnya.Namun, dengan Elya dirinya harus melakukan hal sekonyol ini. Elya mempunyai dua tangan yang bisa digunakan untuk memegang hpnya sendiri, tetapi Bariqi malah menawarkan diri, alhasil sekarang tangannya sangat pegal.Elya mendongak, gadis itu menatap kekasihnya yang terlihat sudah
Bariqi, Putri, Aan, Galang dan beberapa teman Bariqi kini berada di ruang tamu. Prasetyo menatap Bariqi dengan tatapan garangnya. Pria paruh baya itu sungguh tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Bariqi. Otak anaknya daripada baiknya, lebih banyak buruknya. “Jelaskan kepada ayah!” titah Prasetyo pada Bariqi. “Jelasin apa?” tanya Bariqi kikuk. “Masih tanya lagi. Hari ini kamu sudah menyusahkan banyak orang. Kamu nyuruh aku bawa pasukan, aku sudah bawa, tapi setelahnya kamu gak balas pesanku. Harusnya kalau mau digerebek jangan di kamar, di teras biar banyak yang tahu,” oceh Aan. Mendengar itu membuat Prasetyo makin murka. Anak dan teman anaknya sama saja. Putri menjewer telinga Aan sedikit kencang, “Sudah ibu bilang jangan sesat kayak Bariqi, malah kesesatan kamu nambah-nambah!” tegur Putri. Aan mengangguk sembari mengaduh kesakitan. “Bariqi, yang kamu lakukan ini salah. Kamu mau menjebak Elya? Yang ada kamu malah mempermalukan dia. Sebagai laki-laki, kamu harus bisa menjaga
Bus membawa mereka keluar dari Kota Batu menuju ke Kota Surabaya. Elya masih berada di dekapan Bariqi, bedanya gadis itu sudah tidak masuk lagi di kaos kekasihnya. Bau tubuh Bariqi sangat wangi, yang ada nanti Elya khilaf kalau keterusan. Virus cinta memang mengubah segalanya. Beberapa hari lalu saat Bariqi memakai banyak parfum dan bertemu Elya di nasi goreng Pak Dadang, Elya mengatakan ingin muntah karena wangi Bariqi, eh sekarang malah menyukai wanginya. Sekarang Bariqi tahu kenapa Elya tampak lemas, karena gadis itu takut mabuk di perjalanan. Elya sendiri baru mengatakannya dengan wajah yang memerah karena malu. Elya yang galak, judes, dan sering berkata kasar, Bariqi pikir tidak mempunyai kelemahan, tetapi siapa sangka kalau kelemahan Elya adalah naik bus. “Elya, kamu pusing?” tanya Bariqi mengelus rambut Elya. Pria itu dengan usil menarik kunciran di rambut gadis itu hingga rambut Elya sepenuhnya tergerai. “Sedikit,” jawab Elya. “Lihat di jendela. Ada pemandangan indah, nan
Setelah menempuh waktu tiga jam setengah, akhirnya Bariqi dan Elya sampai di Surabaya. Ini bukan kali pertamanya Elya dan Bariqi keluar kota bersama. Namun, ini kali pertamanya mereka pergi dengan status sebagai sepasang kekasih. Biasanya Elya akan menjadi obat nyamuk saat Bariqi dengan teman ceweknya. Setelah turun di Stasiun Rungkut, Bariqi dan Elya menaiki angkutan umum menuju ke Tunjungan Plaza, Surabaya. Bariqi memang manusia ribet, lebih enak naik mobil berdua, tetapi pria itu malah memilih naik angkutan. Harusnya bisa langsung ke Tunjungan Plaza, kini mereka harus naik dua kendaraan yang berbeda. “Kamu sudah gak pusing?” tanya Bariqi menatap Elya. Saat ini sepasang kekasih itu sudah berada di angkutan umum. “Enggak,” jawab Elya. Elya menarik tas yang tadi dibawakan oleh ibu Bariqi. Saat membuka kotak bekal itu, ada nasi serta lauk pauk. “Kamu mau makan?” tanya Elya menunjukkan kotak bekal pada Bariqi. Bariqi menatap orang-orang yang juga naik di angkutan umum. Pria itu me
Seharian ini Elya dan Bariqi menghabiskan waktunya di Surabaya. Setelah puas menyanyi berdua dengan suara yang seperti ayam kecekik kandang, mereka menuju Kanjeran Park untuk mencoba berbagai wahana. Bariqi harus rela pusing saat Elya menariknya kesana kesini untuk mencoba wahana. Bariqi pasrah, pacaran dengan anak kecil adalah keputusannya, dan sudah seharusnya dia menerima konsekuensinya. Setelah puas di Kanjeran Park, kini di jam lima sore, Bariqi dan Elya sudah berada di atas perahu di bawah jembatan Suramadu, jembatan yang menghubungkan antara Surabaya dan Madura. “Aku takut di sini,” adu Elya saat perahu kecil yang dia tumpangi sedikit oleng. “Ada aku, gak usah takut,” kata Bariqi memeluk pundak Elya. “Meski ada kamu, kalau perahu ini oleng, kita sama-sama kejebur,” rajuk Elya. “Makanya tenang, gak usah banyak gerak!” tegur Bariqi. Elya diam, matanya menatap sekitarnya yang juga banyak pasangan muda menaiki perahu di hari yang mulai petang. “Kenapa kita di sini?” tanya El
“Jangan, aku gak mau!” pekik Elya menahan tubuhnya saat Bariqi menyeretnya masuk ke sebuah hotel.“Ayo, Elya!” ajak Bariqi menarik paksa tangan kekasihnya, tetapi Elya terus menahan tubuhnya.“Aku nggak mau, Mas. Nggak mau masuk,” kata Elya merengek.“Ini sudah malam, sudah saatnya kita istirahat,” ujar Bariqi.“Tapi nggak mau di hotel.” Elya merengek, bahkan gadis itu sudah hampir menangis.Sepasang suami istri itu sedang menjadi bahan tatapan orang-orang yang berada di lobi hotel. Tidak terkecuali front office yang menahan tawanya sampai terdengar suara ngik-ngik dari bibirnya. Front office laki-laki itu adalah teman sekolah Bariqi. Dia jadi punya bahan untuk menistakan Bariqi di grub alumni sekolah.“Kalau nggak istirahat di hotel, mau istirahat di mana, hah?” tanya Bariqi sedikit kesal.“Ya di mana saja asal nggak di hotel,” jawab Elya.“Aku bingung kenapa kamu seperti ini, Elya. Memangnya apa yang kamu takutkan, hah?” tanya Bariqi menyentak.Elya menundukkan kepalanya, gadis itu