Share

Bab 7: Niat Licik Dika

Setelah perjalanan panjang yang penuh dengan ketegangan, Maya dan Arif akhirnya tiba di pintu masuk rute pendakian Gunung Senja. Senyuman lebar terlukis di wajah mereka saat melihat papan besar yang menunjukkan jalur pendakian.

“Akhirnya kita sampai, Maya,” ujar Arif dengan penuh semangat.

“Iya, ini akan jadi petualangan yang luar biasa,” balas Maya, tak kalah bersemangat.

Namun, saat mereka hendak memasuki jalur pendakian, seorang penjaga mendekat dan menghentikan mereka.

"selamat sore Kang, mau mendaki ya?, ada berapa orang yang akan mendaki, kang?"

"sore pak, iya saya ingin mendaki, kita hanya berdua saja" jawab Arif kepada bapak-bapak yang menjaga pos pintu masuk.

karena aturan yang dibuat dalam pendakian tidak boleh berdua demi keselamatan pendaki Bapak-bapak itu melarang mereka,

"Maaf, kalian tidak bisa mendaki berdua saja. Aturan di sini minimal empat orang dalam satu kelompok pendaki."

Arif mencoba berdebat. "Tapi kami sudah mempersiapkan semuanya. Kami hanya perlu mendaki sebentar."

Penjaga itu tetap tegas. "Aturan tetap aturan, Kang. Demi keselamatan kalian sendiri."

Maya menghela napas, kecewa. "Ya sudah, Arif. Kita cari tempat penginapan dulu. Mungkin besok kita bisa cari tambahan dua orang pendaki."

"ya sudah kalau begitu, pak kami akan kembali lagi besok" kata Arif dengan rasa kecewanya

Dengan berat hati, mereka kembali ke mobil dan mencari penginapan terdekat. karena Matahari mulai terbenam, mereka melihat ada sebuah penginapan kecil yang terlihat nyaman, akhirnya mereka memutuskan untuk menginap di sana Setelah memesan kamar, menaruh barang-barangnya kemudian beristirahat sejenak .

disamping itu, Maya merasa lapar didalam kamarnya dan menelpon Arif.

"Halo Maya, ada apa? tanya Arif sambil menggosok kepalanya karena abis mandi.

"Arif, aku lapar, yuk kita makan malam di restauran penginapan ini" ajak maya kepada Arif.

"Ok, Maya, aku baru selesai mandi tunggu sebentar" kata arif

setelah Arif sudah selesai kemudian Arif mengetuk pintu Maya, untuk memanggilnya, lalu mereka menuju restoran kecil dari penginapan itu.

sambil menikmati makan malam, mereka berbincang ringan dan sedikit serius karena memikirkan siapa orang yang akan diajak mendaki karena dia tidak boleh gegabah dalam memilih orang, hal itu dikhawatirkan akan memperburuk dalam pencarian harta Karun.

Tiba-tiba ponsel Arif berdering. "sebentar, Maya, Luki menelepon," katanya sambil mengangkat telepon dan mengaktifkan loudspeaker agar Maya bisa mendengarnya.

"Halo, Arif. Bagaimana kabarmu?" tanya Luki.

"Aku baik-baik saja, Luki. Kebetulan sekali aku butuh bantuanmu. Maya dan aku sedang di dekat Gunung Senja."

Luki terdengar terkejut. "Gunung Senja? Apa yang kalian lakukan disana?"

Tiba-tiba Maya langsung menyela, "Luki, kamu ingat orang misterius yang aku ceritakan tempo lalu? Kami yakin dia mencari sesuatu yang penting."

Luki terdengar serius. "Aku baru saja menangkap orang yang dicurigai Maya waktu di rumah sakit. Tapi sayangnya, dia mati mendadak karena racun yang ada di mulutnya."

Maya terkejut. "Racun? Siapa yang bisa melakukan itu?"

"Aku juga masih menyelidikinya," jawab Luki. "Tapi sekarang aku ingin tahu, apa yang kalian cari di Gunung Senja?"

Arif ragu sejenak sebelum menjawab, dan menatap Maya, karena Maya mengijinkan Arif dengan anggukan kepalanya lalu Arif memberitahu kepada Luki"Sebenarnya kami mencari harta karun."

"Harta karun?" Luki tertawa kecil. "Menarik sekali, seperti cerita yang ada di novel-novel tetangga. Apa kalian butuh bantuan?"

Maya dan Arif saling berpandangan. "Sebenarnya, kami butuh tambahan dua orang untuk bisa mendaki, karena itu adalah aturan dalam pendakian disanah" kata Maya.

Luki berpikir sejenak. "hemm... karena aku penasaran dan ini menarik, Okelah kalau begitu, aku akan datang. Aku akan sampai di sana pagi-pagi sekali."

"jangan lupa bawa perlengkapan pendakian, Luki jangan seperti tempo dulu ketika kita pergi ke hutan kamu tidak bawa apa-apa " ujar Arif, yang ingat akan kecerobohan sahabatnya itu

"hahaha.... Arif kamu masih ingat aja hal itu. jadi aku kembali mengingatnya" jawab Luki sambil tertawa geli karena mengingat hal itu yang membuat repot sahabat karena harus membagi perbekalannya kepadanya.

"Terima kasih, Luki. Kami tunggu kamu di sini," kata Maya dengan lega.

Setelah menutup telepon, Maya tersenyum. "Akhirnya kita punya tambahan satu orang. Kita hanya perlu satu lagi."

Karena lelah, mereka kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Keesokan paginya, saat Maya dan Arif sedang sarapan, mereka dikejutkan oleh kehadiran Luki. "Selamat pagi!

"Luki! kapan kamu sampai Bro?" tanya Arif kepada sahabatnya yang tiba-tiba muncul

"Aku tiba jam dua malam tadi dan langsung memesan kamar di sini." jawab Luki sambil duduk disebelah Arif

Maya tersenyum lebar. "Luki! Senang kamu bisa datang. Bagaimana perjalananmu?"

"Melelahkan karena perjalanan jauh, tapi jangan khawatir, aku langsung tidur begitu sampai. Siap untuk petualangan?" jawab Luki dengan semangat.

Mereka berbincang santai sambil menikmati sarapan, membahas hal-hal ringan seperti rencana perjalanan mereka dan cuaca hari itu. Tiba-tiba, Dika muncul dan menyapa mereka. "Hei, Maya! Apa kabar? Apa yang kamu lakukan di sini?"

Maya kaget. "Dika? kok Kamu di sini?"

Dika tersenyum lebar dan berpura-pura untuk melancarkan rencana buruknya. "oh, Aku ada urusan bisnis di sekitar sini dan menginap di hotel ini sudah dua hari."

Arif menatap Dika dengan curiga. "Kebetulan sekali, ya?"

Dika mengabaikan nada sinis Arif dan melanjutkan, "Jadi, kalian sedang apa di sini?"

"Kepo banget si jadi orang, mau tau urusan orang aja" celetuk Arif kepada Dika yang nampak kesel kehadirannya.

"Nanya aja kali, gak usah nyolot gitu" jawab Dika dengan sinis kepada Arif untuk memancing emosinya.

"sudah-sudah, apaan si kalian kaya anak kecil aja" ucap Maya yang nampak sedikit kesal kepada mereka berdua. "Sebenarnya kita disini hanya ingin mendaki gunung senja aja" lanjut Maya menjawab pertanyaan Dika.

"wah keliatannya seru nih mendaki gunung" pancing Dika kepada Maya.

"serulah masa seru donk" lagi-lagi Arif menimpalnya

"biasa aja kali, lagian sepengalaman saya mendaki gunung itu, timnya tidak boleh hanya berdua" jawab Dika agar mereka berpikir lebih dan mengajaknya.

"Sok tau Luh kayak Dukun" kata Arif yang mukanya suda kesal.

"emang iya kan, coba aja kesanah" jawab Dika dengan senyum tipis kepada Maya.

Maya berpikir sejenak. Maya lalu memberanikan diri untuk menjelaskan. "emang benar yang kamu katakan Dika, Sebenarnya, kami mau mendaki Gunung Senja untuk mencari harta karun."

Arif, yang sedang minum air putih, tersedak mendengar penuturan Maya. "apa!" serunya.

Maya menginjak kaki Arif di bawah meja, memberikan isyarat agar Arif membiarkannya. "Kami sedang mencari tambahan orang untuk mendaki. Bagaimana kalau kamu ikut bergabung, Dika?, itu juga kalau kamu tertarik" tanya Maya.

Arif mengusap kakinya yang sakit sambil menatap Maya dengan tatapan protes, tetapi akhirnya mengangguk setuju. "Baiklah, kalau Maya menginginkannya."

Dika tersenyum lebar dengan wajah kemenangannya. "Tentu, aku akan senang sekali bisa ikut mendaki denganmu maya."

"bukan sama Maya doank, sama kita-kita juga kali" timpal Arif yang muak melihat senyumnya kepada Maya

Luki, yang mengamati dari tadi, merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan Dika. Namun, dia memilih untuk diam dan berjaga-jaga.

Setelah selesai sarapan, mereka berkumpul di kamar Arif untuk merencanakan perjalanan. Arif membuka peta dan mulai menjelaskan. "Kita akan mengikuti jalur ini untuk mencapai lokasi harta karun. Kita butuh membawa barang-barang penting seperti air, makanan, dan alat navigasi."

Maya menambahkan, "Jangan lupa bawa pakaian hangat. Cuaca di puncak bisa sangat dingin serta tenda untuk kita beristirahat."

Dika tampak senang dengan senyum tipis dia mengatakan. "Ini akan jadi petualangan yang seru!"

Luki hanya tersenyum tipis, dalam hatinya tetap waspada. "Aku akan menghubungi teman-temanku untuk berjaga-jaga dari kejauhan," pikirnya. "Kita harus hati-hati dengan Dika."

Setelah berdiskusi panjang, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan pukul satu siang. Masing-masing kembali ke kamar mereka untuk mempersiapkan diri.

Luki, dengan insting detektifnya, menghubungi beberapa bawahnya untuk ikut berjaga-jaga. "halo, aku butuh bantuan kalian, saya sekarang berada di gunung senja dan akan mendaki gunung itu"

"baik, Pak. kami akan segera berangkat" kata bawahnya.

"aku akan terus mengirimkan lokasi keberadaan kita. dan tanda merah disetiap tempat yang kita lewati, Jika ada hal yang membahayakan keselamatan kita, kalian harus segera bertindak."

"Siap..Pak"

disamping itu juga Dika telah menyusun rencana dengan anak buahnya untuk mencelakakan mereka dan mengambil alih harta karun.

Pada pukul satu siang, mereka berkumpul di titik kumpul dekat pintu masuk pendakian. Sebelum masuk, mereka berdoa bersama dan bersorak untuk menyemangati diri.

"Semoga kita berhasil," kata Arif dengan penuh harapan.

Maya mengangguk. "Kita pasti bisa. Ayo, teman-teman!"

Mereka mulai mendaki dengan semangat baru, meskipun dalam hati masih ada keraguan dan kewaspadaan terhadap Dika, ditambah dengan gunung senja yang terkenal angker. Namun, petualangan ini baru saja dimulai, dan mereka harus siap menghadapi segala tantangan yang ada di depan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status