Share

Bab 6: Pertarungan Maya melawan Penjahat

Arif terbaring di tempat tidur rumah sakit, dengan rasa sakit di bagian lengannya, yang ditemani oleh sahabatnya Maya, dengan setia duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat-erat, mencoba menenangkan diri meski hatinya penuh kecemasan.

"Aku masih nggak percaya ada yang menyerangmu begitu aja, Arif," kata Maya pelan, matanya menatap dalam mata Arif.

"Aku juga nggak ngerti, Maya," jawab Arif lemah. "Siapa yang mau menyakitiku? Aku nggak punya musuh."

Maya menghela napas panjang. "hemm... Kita harus cari tahu siapa yang melakukan ini. coba aku minta bantuan Luki. mungkin Dia bisa bantu kita."

"oh, iya, mungkin saja bisa, coba kamu hubungi dia, Maya" seru Arif dengan yakin.

Luki adalah teman lama Arif, seorang detektif swasta yang handal. Maya segera menghubunginya dan menceritakan Tentang Arif yang diserang oleh orang yang tak dikenal.

Luki pun nampak kesal karena Arif adalah sahabatnya dan dia memutuskan untuk datang ke rumah sakit. selang beberapa jam kemudian, Luki tiba di rumah sakit dan masuk ke kamar rawat Arif.

"Ya Allah, Arif, apa yang sebenarnya terjadi?, ceritakan padaku!", tanya Luki dengan nada serius, menatap sahabatnya yang terbaring lemah.

"Aku nggak tahu, Luk. Aku cuma ingat tiba-tiba ada dua orang pria bermotor menyerangku di jalan, tanpa alasan yang jelas lalu mereka menyerangku tiba-tiba, aku berhasil mengalahkan mereka tetapi naas aku terkena sabetan pisau di lenganku ini" jawab Arif.

"Kita perlu cari tahu siapa mereka. Mungkin ini bukan suatu kebetulan atau serangan acak," kata Luki sambil mencatat beberapa hal di buku catatannya.

"aku rasa juga begitu Luk, dia sempat bicara dulu namun karena menggunakan helm tertutup jadi suaranya tidak begitu jelas", kata Arif menjelaskannya.

"aku rasa mereka menginginkan sesuatu dari kamu, Arif, apakah kalian melakukan atau menemukan sesuatu baru-baru ini?", tanya Luki penuh dengan kekhawatiran.

Maya dan Arif saling pandang-pandangan seolah mereka teringat sesuatu, namun ketika Maya henda berbicara langsung di potong oleh Arif karena dia tidak ingin orang lain mengetahuinya dan membuat celaka sahabatnya itu, "aku tidak menemukan apa-apa atau mengambil sesuatu yang memunculkan perdebatan akhir-akhir ini Luk" jawab Arif dengan meyakinkan Luki.

"aku berharap demikian, karena mereka tidak segan-segan melukai dan bahkan membunuh" kata Luki yang penuh dengan tanda tanya.

"Baiklah Arif, Maya jika kalian melihat sesuatu atau orang yang mencurigakan, cepat hubungi saya" Arif yang mengakhiri pertanyaannya.

Sementara itu, Maya terus mendampingi Arif keluar dari kamar Arif. Tapi Maya terhenti ketika dikoridor dan memperhatikan seseorang yang aneh berdiri di pojokan

"ada apa may? kenapa kamu berhenti?" tanya Luki yang tiba-tiba berhenti.

"tidak apa-apa" jawab Maya dengan melanjutkan perjalanannya

setelah sampai di pintu keluar, lalu Maya berbisik kepada Luki, "ada orang asing yang mencurigakan berdiri di lorong tidak jauh dari kamar Arif, aku sering melihatnya, tapi ketika saya memperhatikannya dia langsung pergi"

"apa? kenapa kamu tidak ngomong daritadi, Maya, ayo kita cari dia", Luki dengan ekspresi terkejut dan langsung bergegas mencarinya.

dalam pencariannya Maya memberikan tahu Luki ciri-cirinya yang menggunakan topi dan menutup wajahnya dengan masker serta memakai jaket hitam.

ketika mereka tiba di lokasi tak nampak orang yang dilihat oleh Maya.

"aku tadi melihatnya disitu, Luk", kata Maya sambil menunjuk kearah pojokan

ketika Luki mendekati dan mencarinya di sekeliling tidak menemukan orang yang dilihat Maya.

"tidak ada siapa-siapa Maya" kata Luki dengan sedikit teriak dari kejauhan.

lalu Luki mendekati Maya dan menepuk pundaknya, "jangan khawatir, aku akan selidiki semua ini, sekarang kamu kembalilah ke ruang Arif, khawatir dia mencari kamu" kata Luki dengan penuh kewibawaannya sebagai seorang direktif

lalu Maya hanya mengangguk dan kemudian Luki berjalan menuju pintu keluar dan kembali ketempatnya

disamping itu Maya merasa yakin bahwa ini ada kaitannya dengan misinya, "aku yakin ini ada kaitannya dengan harta Karun dan pria asing itu" Maya yang meyakini dirinya dan meninggalkan tempat itu menuju kamar Arif.

***

setelah dua hari dirumah sakit yang hanya didampingi Maya dan juga Luki, Arif merasa sedih karena orang tuanya yang selalu sibuk dengan bisnisnya, tidak mengunjunginya dan hanya berkomunikasi jarak jauh membuat Arif sedih.

"Arif, kenapa kamu diam, apakah ada sesuatu yang membuat kamu tidak nyaman?" tanya Maya sambil memegang bahunya.

"tidak apa-apa Maya, aku hanya kangen sama orang tua ku saja" jawab Arif dengan senyum yang dipaksakan.

"jangan sedih, masih ada aku disini, Arif" kata Maya dengan senyuman yang lebar untuk menenangkan Arif.

"ayo kita pulang, Maya" seru Arif kepada Maya yang tersenyum kepadanya sehingga membuatnya nampak semangat kembali.

diperjalanan Maya berkomunikasi dengan ibunya meminta ijin Arif tinggal dirumahnya selama 2 hari karena khawatir dia yang meneror Arif paska kejadian itu. Ibunya karena telah mengenal Arif dari kecil membolehkan dia tinggal.

sesampai di rumah maya, Arif dibawa kekamar tamu untuk dia beristirahat disitu.

"kamu boleh tinggal disini Arif dan tidur diruang ini" kata Maya sambil meletakkan tas Arif.

"aku kira, kita akan tidur sekamar Maya, seperti waktu kita kecil" celoteh Arif kepada Maya.

lalu mata Maya melotot "apa kamu bilang?, enak aja kamu, itukan dulu sekarang udah beda, apalagi kamu suka sama aku, nanti kamu macem-macem sama aku, awas aja" Maya dengan menunjukkan tangganya yang terkepal didepan wajah Arif.

Dengan menelan ludah Arif berkata, "gitu aja marah, aku gak bakalan macem-macem kok, cuman 1 macem aja, hehehe" sambillari menjauh dari Maya.

"awas aja kamu Arif" ancam Maya.

***

Setelah beberapa hari penyelidikan, Luki kembali memberikan informasi kepada Luki dan maua "Aku belum menemukan siapa dia, wajahnya tidak terlihat dengan jelas di CCTV rumah sakit, tapi yang jelas dia punya niat buruk. Kita harus waspada."

Arif dan Maya terkejut, namun mereka tahu mereka harus tetap tenang dan waspada.

Setelah kepulihan Arif, mereka merencanakan perjalanan menuju puncak Gunung Senja di Jawa Barat, tempat harta karun itu sesuai informasi yang dikatakan dalam gulungan kain itu.

"Maya kita harus mempersiapkan segala keperluan kita untuk menuju ke sana, dan alat-alat untuk kemah dalam gunung itu" Arif yang meminta Maya untuk mempersiapkannya.

"tenang saja, ini sudah aku siapkan semuanya, ayo kita pergi" jawab Maya dengan rasa percaya diri.

setelah Maya dan Arif mempersiapkan segala keperluan mereka dan berangkat menggunakan mobil Arif. Mereka tahu perjalanan ini berisiko, tetapi tekad mereka sudah bulat.

"Semoga kita nggak ketemu masalah di jalan," kata Maya saat mereka mulai perjalanan. Arif hanya mengangguk sambil fokus mengemudi.

lagi asik berbincang dan memakan cemilan Maya dan Arif yang disuapin layaknya orang yang pacaran. tiba-tiba Arif melihat dari kaca spionnya dan melihat mobil hitam selalu mengikutinya dari keluar gang Maya.

"Aku rasa kita sedang diikuti oleh orang asing" kata Arif

"kita harus hati-hati Arif, kemungkinan besar dia adalah penjahatnya" kata Maya dengan panik.

Kejar-kejaran pun tak terelakkan setelah mobil asing itu ingin mencoba menghantam belakang mobil Arif tapi Arif yang sudah waspada langsung melaju cepat sehingga tidak kena, lalu mobil mereka dikejar oleh orang yang menginginkan peta harta karun itu.

Arif mengemudi dengan lincah, berusaha menghindari kejaran. "Pegangan, Maya!" teriak Arif sambil memutar setir dengan cepat.

setelah cukup lama kejar-kejaran akhirnya, mereka berhasil lolos dari mereka yang tiba-tiba Arif menerobos palang pintu kereta , kemudian mereka memutuskan untuk menginap di sebuah hotel untuk beristirahat. Saat malam tiba, Maya menerima telepon dari Dika.

"Halo, Maya. Gimana kabarmu? tadi aku kerumahmu tapi ibu kamu bilang kamu pergi dengan Arif," tanya Dika dengan suara yang terdengar penuh perhatian.

"Oh, Dika. Iya, aku baik-baik saja, memang aku pergi ada urusan penting yang harus diselesaikan dengan Arif" jawab Maya kepada Arif

didalam telpon Dika mencoba mengajak ngobrol biasa, ketika Dika bertanya keberadaannya sekarang tanpa curiga Maya menjawabnya dan disitulah Dika mendapatkan informasi keberadaan Maya dan Arif.

"Oh iya, Maya, maaf aku harus pergi, senang bisa berbincang dengan kamu meski lewat hp" kata Dika yang mengakhiri perbincangannya

"Ok, Dika tidak apa-apa" jawab Maya lalu mematikan panggilannya.

Arif yang melihat mereka bicara cukup lama hanya menahan emosi dan mencoba untuk tidak cemburu kepada Maya.

disamping itu, Maya tidak menyadari bahwa Dika memiliki niat tersembunyi. Dika segera menghubungi anak buahnya dan memerintahkan mereka untuk pergi ke hotel tersebut. "Pastikan kalian dapatkan peta harta karun itu. Jangan sampai mereka lolos, mengerti?" perintah Dika dengan tegas dan sedikit membentak.

"si..siap, Bos" jawab anak buahnya dengan gemetar.

Keesokan paginya, Maya dan Arif bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Mereka berjalan menuju basement hotel untuk mengambil mobil. Tapi tiba-tiba, mereka dihadang oleh beberapa pria bertubuh kekar. "Serahkan peta harta karun itu atau kalian tidak akan keluar dari sini hidup-hidup," ancam salah satu pria sambil mengacungkan pisau.

Arif dan Maya saling berpandangan. Mereka tahu saatnya untuk bertarung. Dengan keahlian bela diri yang mereka miliki, mereka berdua segera mengambil posisi bertahan.

"Jangan harap kami menyerah begitu saja," kata Maya sambil bersiap. Perkelahian pun tak terelakkan. Arif dan Maya melawan dengan penuh keberanian. Meskipun jumlah musuh lebih banyak, mereka berhasil mengalahkan para penjahat satu per satu. Maya dengan cekatan menghindari serangan dan melumpuhkan lawan dengan gerakan cepat, sementara Arif menahan serangan dengan pukulan dan tendangan kuat.

Setelah pertarungan sengit, para penjahat berhasil dikalahkan. Mereka langsung melarikan diri dari basement, sementara Maya dan Arif berdiri dengan napas terengah-engah tetapi penuh kemenangan. "Kita harus segera pergi dari sini," kata Arif.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status