“Bella, aku ambilkan ini khusus untuk kamu. Aku tahu kalau kamu itu suka banget sama sup udang. Nih, makan sampai habis, ya!” Sagar menatap wanita cantik yang tengah duduk menatapnya. Tangan Sagar menjulurkan semangkuk sup udang dengan kuahnya yang berwarna merah terang.
Sebuah senyum tercetak di wajah Bella. Kebahagiaan terpancar dengan jelas di mimik wajahnya.
Jemari-jemari lentiknya mengambil-alih mangkuk sup yang diberikan Sagar kepadanya. “Terima kasih banyak, Kak Sagar! Kak Sagar tahu banget kalau aku suka ini!”
Melihat bagaimana akur dan mesranya sepasang suami istri itu membuat keluarga Biruga ikut bahagia. Mereka menyangka jika perjodohan yang dilakukan Zoku pastilah sukses besar karena bisa memberikan kebahagiaan di wajah Sagar.
“Duh, pasutri baru ini mesra terus ya kerjaannya,” goda Hana, wanita paruh baya yang sejak kecil sudah mengurus Sagar selayaknya putra sendiri. “Melihat kalian rasanya Bibi jadi merasa muda lagi dan ingin merasakan hal yang sama.”
Sagar tersentuh akan ucapan wanita itu. “Bibi Hana seharusnya tidak usah memperdulikan aku. Sekarang, aku sudah dewasa dan bahagia, kuharap Bibi juga sama bahagianya denganku,” balas Sagar yang membuat Hana merasa terharu.
Di tengah kehangatan dan keharmonisan acara makan malam keluarga Biruga itu, sebenarnya ada sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh mereka sebelumnya. Kemesraan Sagar dan Bella sama sekali tidak berasal dari hati yang tulus. Sagar bahkan dengan asal menyebutkan makanan favorit Bella dan mengaku-ngaku seolah ia sudah mengenal Bella dengan baik.
Sagar pun merasa tenang karena Bella mengikuti aktingnya dengan baik.
***
Pernikahan Bella dan Sagar sudah berlangsung selama hampir 8 bulan lamanya, sebuah usia pernikahan yang tidak ada bedanya dengan benih seumur jagung. Orang-orang yang mengetahui pernikahan Bella dengan Sagar pasti akan berpikir jika pasangan ini sangatlah romantis, rupa keduanya pun tampan dan cantik. Keduanya seolah-olah memang diciptakan untuk melengkapi satu sama lain.
Akan tetapi pada kenyataannya, baik Sagar maupun Bella tidak ada yang saling mencintai. Pernikahan ini mereka lakukan semata-mata hanya karena tidak bisa menolak desakan perjodohan dari kakek-kakek mereka yang sudah lama berteman baik.
'Sudah jam segini, pasti Bella sudah pulang,' batin Sagar menatap arloji perak yang melingkari tangannya yang menunjukkan angka pukul tujuh malam.
Bella yang bekerja sebagai ahli gizi di sebuah rumah sakit ternama itu biasanya bekerja pada shiff pagi dan akan pulang saat malam hari. Sebenarnya tidak ada bedanya dengan pekerjaan Sagar sebagai CEO di perusahaan Biruga. Namun, berbeda dengan Bella yang selalu pulang tepat waktu, Sagar tidak seperti itu. Ia lebih suka mampir di beberapa tempat untuk bermain bersama dengan teman-temannya atau sekadar menuangkan rasa lelahnya dan akan pulang ketika ia mengantuk.
“Bukannya ini Tuan Sagar yang tampan?” seorang wanita datang mendekat ke arah Sagar dan dengan manja menempelkan badannya pada pria itu. Aroma menyengat dari parfum mahal tercium di hidung Sagar. “Jarang sekali aku lihat kamu ke sini lagi. Tumben, nih? Aku kangen banget jalan-jalan sama kamu.”
Sagar mendorong wanita itu agar melepaskannya. “Iya, sibuk sama kerjaan,” jawab Sagar seadanya.
“Nggak biasanya Tuan Sagar lebih memilih pekerjaan daripada bermain bersama wanita-wanita di sini,” komentar wanita itu. “Kamu tahu, nggak? Banyak banget perempuan yang cari kamu, lho!”
Dulu, Sagar memang sering bergonta-ganti wanita. Setiap kali ia datang kemari, ia selalu datang dengan wanita yang berbeda. Minggu ini wanita A, lalu minggu depan akan jadi wanita B. Sifatnya yang suka berganti-ganti wanita sama sekali tidak membuatnya terlihat sebagai orang yang dibenci. Hal itu justru semakin membuat banyak wanita mengantri untuk menjadi pasangannya.
Sayangnya, semenjak Sagar menikah dengan Bella, entah mengapa kebiasaan buruknya itu perlahan mulai berkurang. Sagar semakin jarang bermain dengan wanita-wanitanya, bahkan beberapa kali ia habiskan minggunya sendirian.
“Kalau lagi kosong, main sama aku, yuk!” wanita itu tampak tidak menyerah dan berusaha menarik perhatian Sagar dengan menyentuh dada bidang pria itu.
“Jangan sekarang, Laura.”
Penolakan Sagar membuat wanita itu cemberut. Wanita yang dipanggil Laura itu adalah seorang aktris terkenal yang sering datang ke tempat ini. Saat kemari, ia selalu berusaha untuk berada di dekat Sagar. Tidak jarang ia menggoda Sagar demi menarik perhatian pria itu.
“Jangan-jangan kamu lagi suka sama seseorang, ya?” tebak Laura yang membuat tatapan Sagar beralih kepadanya. “Emang dia secantik apa? Lebih cantik dari aku, ya?”
Sagar memperhatikan Laura dari atas sampai bawah. Rambutnya bergelombang panjang hingga menutupi punggungnya terlihat halus dan mengembang. Kulitnya terlihat sangat terawat dan bisa dipastikan ia menghabiskan jutaan uang untuk merawatnya tiap bulan. Badannya pun bagus dengan lekukan di tempat-tempat yang seharusnya. Wajahnya pun adalah tipe wajah yang bisa membuat mata pria dan wanita menatapnya tanpa berkedip.
Di tempat ini, tentu saja semua orang akan mengakui jika Laura Guan adalah yang tercantik. Belum lagi wanita itu juga seorang aktris papan atas yang membuatnya dikenal oleh siapa saja. Banyak laki-laki yang mengincarnya dan para wanita hanya bisa menatapnya dengan iri.
Sayangnya, mata Laura hanya tertuju pada Sagar. Berbagai cara akan Laura lakukan demi mendapatkan hati pria itu. Baginya, membuat pria playboy jatuh hati padanya adalah sebuah kemenangan besar. Belum lagi Sagar adalah pria kaya raya yang tampan dan matang.
Jika Sagar mau, hanya dengan sekali anggukan saja, maka Laura bisa menjadi pasangannya.
Tidak hanya Laura, seluruh wanita di sini pun pasti tidak keberatan untuk menjadi pacarnya. Akan tetapi, akhir-akhir ini Sagar seperti tidak tertarik dengan wanita manapun, tidak peduli seberapa cantik dan menggodanya mereka.
Sagar sendiri tidak paham mengapa ia berperilaku seperti itu. Rasanya, sejak menikah dengan Bella, sikapnya yang suka bergonta-ganti pasangan perlahan menghilang. Jika Sagar dibilang terpikat oleh kecantikan Bella, maka Sagar akan dengan senang hati menyanggahnya. Bella mungkin cantik, tetapi jika dibandingkan dengan Laura maka akan sangat berbeda.
'Apa mungkin karena kutukan pernikahan, ya?' batin Sagar yang larut dalam pikirannya sendiri itu. Dalam pernikahan mereka, Sagar sudah berjanji untuk hidup setia dan tetap berada di sisi Bella dikala susah maupun senang hingga nyawa memisahkan mereka berdua.
Di tengah kesibukan Sagar dengan pikirannya sendiri, Laura terus memperhatikan pria itu dari samping. Raut wajah Sagar tampak berubah ketika Laura mengatakan jika Sagar pasti sedang jatuh cinta dengan wanita lain. Kekesalan menyelimuti diri Laura. Perasaan kesal dan amarah membungkus hati wanita itu.
'Siapa wanita yang berhasil membuat Sagar jadi seperti ini?' batin Laura geram. Padahal Laura sudah bersusah payah agar bisa membuat Sagar jatuh ke dalam pelukannya. Ia sudah memakai lotion tubuh dan parfum mahal yang ia beli dari luar negeri demi menarik perhatian pria itu. Laura bahkan rela mengganti tatanan rambutnya setiap kali ia ingin menemui Sagar.
Akan tetapi, usahanya tidak pernah membuahkan hasil yang maksimal. Bahkan saat ini, Sagar hanya menatapnya beberapa kali. Pria itu terlihat sibuk dengan pikirannya yang entah melayang ke mana. Padahal jika itu pria lain, mereka pasti tidak akan membuang kesempatan untuk berada di dekat Laura dengan sia-sia.
Kapan lagi ada aktris papan atas yang terkenal akan kecantikan dan kemolekan tubuhnya duduk berhimpitan denganmu?
“Sagar, minumanmu sepertinya mau habis, tuh! Mau aku pesankan lagi?” tawar Laura dengan penuh perhatian.
Sagar tersentak seolah baru menyadari jika alkohol dalam gelas di tangannya hanya tinggal dua teguk saja. “Iya, pesankan yang seperti biasa saja.”
Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah Laura. Ia dengan cepat memesankan dua minuman pada bartender yang ada di dekat mereka. Diam-diam, tangannya merogoh ke dalam tas kecil bermerknya, mengambil bungkusan kecil berisi butiran-butiran halus berwarna putih. Jika ia menuangkan ini ke dalam gelas milik Sagar, maka pria itu bisa menjadi miliknya dalam semalam.
Membayangkan malam panas yang akan ia dan Sagar lalui membuat Laura tersenyum tidak sabar. Ia segera menuangkan serbuk itu ke dalam minuman Sagar yang baru saja datang dan mendorong gelasnya ke arah pria itu.
“Nih, minumannya,” ucap Laura dengan suasana hati yang membaik. Sagar menerimanya tanpa pikir panjang. “Eh, gimana kalau kita cheers dulu?” tawar Laura dan menghentikan gerakan Sagar untuk meminum alkoholnya.
Sagar mengangkat gelasnya tanda menerima tawaran tersebut. Suara dentingan gelas yang beradu terdengar merdu di telinga Laura. “Cheers!”
Dalam hatinya, Laura menyeringai licik ke arah Sagar yang sedang meneguk minumannya itu. ‘Kena kau Sagar Biruga! Malam ini kau pasti akan menjadi milikku!’
Bersambung ....
Ada perasaan aneh tak lama setelah Sagar menghabiskan gelas alkohol keduanya. Tangan pria itu tanpa sadar bergerak menuju jantungnya yang berdebar dengan sangat cepat, seolah Sagar telah menggunakan treadmill di tempat gym. Kepalanya terasa sedikit pening, efek yang mirip seperti saat Sagar meminum terlalu banyak kafein pada satu malam.Sagar menatap gelasnya yang kosong, bertanya-tanya tentang apa yang baru saja ia minum. Alkohol itu bukanlah menu baru baginya, justru itu adalah menu yang selalu ia pesan tiap datang ke club malam ini. Namun, ia tidak pernah merasakan efek seperti ini sebelumnya.“Laura, apa yang—”“Sagar, kamu baik-baik saja?” Laura dengan cepat memotong kalimat Sagar yang bergumam tidak jelas.Aroma parfum yang menguar dari tubuh Laura terasa lebih menyengat dari sebelumnya. Saat Sagar menoleh, ia menyadari jika wanita itu duduk sangat dekat dengannya. Gaunnya yang terbuka itu menunjukkan bahu putih mulusnya.“Di sini agak panas, ya?” ucap Laura lagi dan bergerak me
“Nyonya Bella, airnya mendidih!” Teriakan Diana, pelayan yang sudah mengasuh Sagar sejak kecil. Saat ini, Bella bersama dengan Diana sedang menghabiskan waktunya untuk mencoba memasak menu baru.Sebenarnya bisa saja Diana memasaknya dengan para pelayan yang lain. Namun, Nyonya di rumah ini suka sekali memasak. Jadi, beberapa masakan dimasak sendiri oleh Bella dikala senggang.Seperti saat ini contohnya. Setelah istirahat sejenak setelah pulang dari pekerjaannya sebagai ahli gizi, Bella pun pergi ke dapur dan mengajak Diana untuk memasak bersama dengannya.“Ya ampun, untung airnya tidak sampai tumpah,” ucap Bella sembari mematikan kompor.Diana menggeleng-geleng saat melihat kelakuan Bella. Akhir-akhir ini, rasanya ada yang aneh dengan wanita itu. Diana sering mendapati Bella melamun sendirian di kursi, bahkan tadi ia juga melamun sampai tidak memperhatikan masakannya.Bella yang biasanya menonton televisi itu pun akhir-akhir ini seperti menjauhinya, seolah tidak ingin mendengar berita
Pria itu ingin sekali menepis tangan Bella seperti yang tadi ia lakukan. Namun, tenaganya sudah habis hanya untuk membuatnya tetap berdiri dan tidak kehilangan kesadarannya. Maka dari itu, Sagar membiarkan tangan sejuk Bella menyentuh kulitnya.“Kamu harus segera diobati. Ayo, kembali ke kamarmu!” ajak Bella. Wanita itu dengan sabar membawa Sagar yang menopang setengah berat tubuh pada dirinya.Meski keberatan, tetapi Bella tetap membawa Sagar kembali ke kasurnya.Tubuh berat Sagar sudah kembali berbaring di atas kasurnya. Ternyata, cukup lelah juga membopong badan pria kekar meski hanya beberapa meter saja. Atasan kaos Bella sudah basah dengan keringatnya.“Ha … us …,” lirih Sagar. Tujuan awalnya ke dapur adalah untuk minum, tetapi ia justru mendapatkan semburan air dingin di wajahnya.“Tunggu sebentar!” Bella segera berlari kecil ke dapur dan mengambil satu teko penuh berisi air hangat dengan madu dan lemon, juga segelas air putih jika Sagar membutuhkannya.Sagar meminumnya dibantu
Wanita yang tengah memegang testpack itu dilanda kepanikan. Ia menggigit kukunya hingga tanpa sadar sudah merusaknya. Kepalanya terlalu pusing memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya.Sudah bisa dipastikan jika anak dalam rahimnya itu adalah buah hati dari Sagar. Bella tidak pernah tidur dengan pria lain selain suaminya, itu pun secara tak sengaja. Rasanya sangat kecil kemungkinan terjadi pembuahan pada hubungan badan yang baru sekali mereka lakukan.Namun, dua testpack yang Bella gunakan tetap menunjukkan hasil yang sama. Keduanya seolah menampar Bella agar tetap sadar dari kenyataan yang ada di hadapannya.Tidak, Bella bukannya tidak menginginkan anak dalam kandungannya. Ia terkejut, tetapi ia juga senang. Bagaimanapun juga, janin itu adalah darah dagingnya sendiri. Namun, apakah pria yang akan menjadi ayah itu akan senang dengan berita ini?Bella yakin seratus persen jika Sagar pasti akan murka jika mengetahuinya. Pria itu tidak mencintainya. Pria itu membencinya. dan pria itu
Mulut wanita itu terbuka dan tertutup layaknya ikan di permukaan tanah. Bella tidak pernah menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Sagar di tempat dan saat seperti ini. Kepanikan muncul tanpa diminta.“Itu … itu ....” Bella kelabakan untuk menjawab pertanyaan Sagar yang menanyakan apa yang sedang dia lakukan. “Aku … aku cuma mau pergi ke luar sebentar, ke minimarket.”“Malam-malam begini? Untuk apa?” interogasi Sagar sekali lagi. Bella heran, tidak biasanya Sagar mempedulikannya seperti sekarang.“Cuma mau beli … es … krim,” cicit Bella pelan.“Apa?” seru Sagar tidak dengar.“Cuma mau beli es krim!” jawab Bella dengan suara yang agak ia kencangkan. Ia menahan rasa malunya karena alasannya yang terdengar aneh.“Beli es krim malam-malam? Aku tidak percaya. Untuk apa makan es krim jam segini? Jangan-jangan kamu mau melakukan hal yang aneh-aneh, kan?” tuduh Sagar.Bella mengernyit. Ia mencoba membela diri, “Apa maksudmu melakukan aneh-aneh? Aku cuma mau beli es krim! Aku tidak bohong t
Brak!Tanpa memedulikan keberadaan para pelayan yang bersiap untuk tidur maupun Sagar yang mungkin masih berada di ruang tengah, Bella membanting pintu kamarnya. Bella tidak peduli meski pintu itu rusak sekalipun dan membuatnya terkurung di kamar itu selamanya, Bella sama sekali tidak peduli.“Kesalahan apa sih yang aku perbuat sampai bisa punya suami seperti dia?!” seru Bella kesal. Dadanya naik turun karena tersulut amarah. Namun, perlahan-lahan napasnya mulai teratur dan tergantikan oleh isak tangis dan lelehan air mata.Bella menghapus jejak air mata yang ada di pipinya dengan kasar, tetapi air mata itu tidak kunjung berhenti, seperti air terjun di musim hujan. Wanita berusia 25 tahun itu menangis seperti anak berusia lima tahun saat mainannya diambil dengan paksa.“Aku hanya ingin hidup bahagia, Tuhan …,” doa Bella dengan memegangi dadanya yang sesak dan berat.“Jika tidak bisa, aku ingin pergi saja menyusul Kakek, Ayah, dan Ibu!”“Orang bilang, wanita hamil harus selalu bahagia!
Pria itu memperhatikan sekitar, beberapa pelayan mondar-mandir membersihkan dan melakukan pekerjaan mereka.“Bella …,” bisik Sagar pelan saat menyadari apa yang kurang.Biasanya wanita itu ada di ruang tengah untuk menonton televisi atau sekadar berbincang dengan pelayan maupun Bibi Diana saat sedang tidak bekerja.“Bibi Diana,” panggil Sagar pada Bibi Diana yang duduk mengupas buah.“Tuan Sagar, selamat datang. Saya tidak tahu Anda sudah kembali.”“Iya, baru saja datang, kok. Hmm … apa Bella sedang pergi bekerja?” tanya Sagar. Entah mengapa ia sangat penasaran.Bibi Diana berpikir keras. “Saya kurang tahu, Tuan, tapi saya tidak melihat Nyonya Bella sejak tadi. Masakan untuk sarapan juga sepertinya masih utuh. Apa beliau tidur, ya?”Sagar merenung. Seingatnya, Bella tidak pernah tidur hingga larut siang. Wanita itu akan ada di ruang tengah saat pagi hari. “Ya sudah, Bi.”Sagar berbalik. Langkahnya bergerak menuju kamar yang bukan kamarnya, itu adalah kamar Bella. Ia berhenti di depan
Untuk Tuan Sagar Biruga …Jika kamu membaca surat ini, kemungkinan besar aku telah pergi dari rumah. Selama tinggal di sini, aku sangat berterima kasih pada Anda atas semua kebaikan yang telah Anda berikan kepada saya.Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa saya memutuskan untuk pergi meninggalkan Anda. Ini semua saya lakukan karena saya tidak mau menjadi beban bagi Anda, Tuan Sagar. Saya juga takut fitnah yang Anda tuduhkan pada saya mengenai saya yang memiliki kekasih menjadi pikiran bagi Anda. Sekali lagi, itu semua tidak benar.Lalu, saya pikir saya jahat. Saya minta maaf karena pernikahan yang kita lakukan ini membuat Anda tidak bisa bersama dengan orang yang Anda cintai.Saya pun sadar jika saya sangat tidak cocok untuk berada di samping Anda. Saya hanyalah wanita biasa yang kebetulan kakek kita saling mengenal. Saya tidak berasal dari keluarga kaya raya dan terpandang. Saya pun tidak cantik seperti halnya wanita-wanita yang selalu berada di dekat Anda.Maka dari itu, saat Anda bil