Share

Cinta Datang Terlambat
Cinta Datang Terlambat
Author: Missia

Palsu

“Bella, aku ambilkan ini khusus untuk kamu. Aku tahu kalau kamu itu suka banget sama sup udang. Nih, makan sampai habis, ya!” Sagar menatap wanita cantik yang tengah duduk menatapnya. Tangan Sagar menjulurkan semangkuk sup udang dengan kuahnya yang berwarna merah terang.

Sebuah senyum tercetak di wajah Bella. Kebahagiaan terpancar dengan jelas di mimik wajahnya.

Jemari-jemari lentiknya mengambil-alih mangkuk sup yang diberikan Sagar kepadanya. “Terima kasih banyak, Kak Sagar! Kak Sagar tahu banget kalau aku suka ini!”

Melihat bagaimana akur dan mesranya sepasang suami istri itu membuat keluarga Biruga ikut bahagia. Mereka menyangka jika perjodohan yang dilakukan Zoku pastilah sukses besar karena bisa memberikan kebahagiaan di wajah Sagar.

“Duh, pasutri baru ini mesra terus ya kerjaannya,” goda Hana, wanita paruh baya yang sejak kecil sudah mengurus Sagar selayaknya putra sendiri. “Melihat kalian rasanya Bibi jadi merasa muda lagi dan ingin merasakan hal yang sama.”

Sagar tersentuh akan ucapan wanita itu. “Bibi Hana seharusnya tidak usah memperdulikan aku. Sekarang, aku sudah dewasa dan bahagia, kuharap Bibi juga sama bahagianya denganku,” balas Sagar yang membuat Hana merasa terharu.

Di tengah kehangatan dan keharmonisan acara makan malam keluarga Biruga itu, sebenarnya ada sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh mereka sebelumnya. Kemesraan Sagar dan Bella sama sekali tidak berasal dari hati yang tulus. Sagar bahkan dengan asal menyebutkan makanan favorit Bella dan mengaku-ngaku seolah ia sudah mengenal Bella dengan baik.

Sagar pun merasa tenang karena Bella mengikuti aktingnya dengan baik.

***

Pernikahan Bella dan Sagar sudah berlangsung selama hampir 8 bulan lamanya, sebuah usia pernikahan yang tidak ada bedanya dengan benih seumur jagung. Orang-orang yang mengetahui pernikahan Bella dengan Sagar pasti akan berpikir jika pasangan ini sangatlah romantis, rupa keduanya pun tampan dan cantik. Keduanya seolah-olah memang diciptakan untuk melengkapi satu sama lain.

Akan tetapi pada kenyataannya, baik Sagar maupun Bella tidak ada yang saling mencintai. Pernikahan ini mereka lakukan semata-mata hanya karena tidak bisa menolak desakan perjodohan dari kakek-kakek mereka yang sudah lama berteman baik.

'Sudah jam segini, pasti Bella sudah pulang,' batin Sagar menatap arloji perak yang melingkari tangannya yang menunjukkan angka pukul tujuh malam.

Bella yang bekerja sebagai ahli gizi di sebuah rumah sakit ternama itu biasanya bekerja pada shiff pagi dan akan pulang saat malam hari. Sebenarnya tidak ada bedanya dengan pekerjaan Sagar sebagai CEO di perusahaan Biruga. Namun, berbeda dengan Bella yang selalu pulang tepat waktu, Sagar tidak seperti itu. Ia lebih suka mampir di beberapa tempat untuk bermain bersama dengan teman-temannya atau sekadar menuangkan rasa lelahnya dan akan pulang ketika ia mengantuk.

“Bukannya ini Tuan Sagar yang tampan?” seorang wanita datang mendekat ke arah Sagar dan dengan manja menempelkan badannya pada pria itu. Aroma menyengat dari parfum mahal tercium di hidung Sagar. “Jarang sekali aku lihat kamu ke sini lagi. Tumben, nih? Aku kangen banget jalan-jalan sama kamu.”

Sagar mendorong wanita itu agar melepaskannya. “Iya, sibuk sama kerjaan,” jawab Sagar seadanya.

“Nggak biasanya Tuan Sagar lebih memilih pekerjaan daripada bermain bersama wanita-wanita di sini,” komentar wanita itu. “Kamu tahu, nggak? Banyak banget perempuan yang cari kamu, lho!”

Dulu, Sagar memang sering bergonta-ganti wanita. Setiap kali ia datang kemari, ia selalu datang dengan wanita yang berbeda. Minggu ini wanita A, lalu minggu depan akan jadi wanita B. Sifatnya yang suka berganti-ganti wanita sama sekali tidak membuatnya terlihat sebagai orang yang dibenci. Hal itu justru semakin membuat banyak wanita mengantri untuk menjadi pasangannya.

Sayangnya, semenjak Sagar menikah dengan Bella, entah mengapa kebiasaan buruknya itu perlahan mulai berkurang. Sagar semakin jarang bermain dengan wanita-wanitanya, bahkan beberapa kali ia habiskan minggunya sendirian.

“Kalau lagi kosong, main sama aku, yuk!” wanita itu tampak tidak menyerah dan berusaha menarik perhatian Sagar dengan menyentuh dada bidang pria itu.

“Jangan sekarang, Laura.”

Penolakan Sagar membuat wanita itu cemberut. Wanita yang dipanggil Laura itu adalah seorang aktris terkenal yang sering datang ke tempat ini. Saat kemari, ia selalu berusaha untuk berada di dekat Sagar. Tidak jarang ia menggoda Sagar demi menarik perhatian pria itu.

“Jangan-jangan kamu lagi suka sama seseorang, ya?” tebak Laura yang membuat tatapan Sagar beralih kepadanya. “Emang dia secantik apa? Lebih cantik dari aku, ya?”

Sagar memperhatikan Laura dari atas sampai bawah. Rambutnya bergelombang panjang hingga menutupi punggungnya terlihat halus dan mengembang. Kulitnya terlihat sangat terawat dan bisa dipastikan ia menghabiskan jutaan uang untuk merawatnya tiap bulan. Badannya pun bagus dengan lekukan di tempat-tempat yang seharusnya. Wajahnya pun adalah tipe wajah yang bisa membuat mata pria dan wanita menatapnya tanpa berkedip.

Di tempat ini, tentu saja semua orang akan mengakui jika Laura Guan adalah yang tercantik. Belum lagi wanita itu juga seorang aktris papan atas yang membuatnya dikenal oleh siapa saja. Banyak laki-laki yang mengincarnya dan para wanita hanya bisa menatapnya dengan iri.

Sayangnya, mata Laura hanya tertuju pada Sagar. Berbagai cara akan Laura lakukan demi mendapatkan hati pria itu. Baginya, membuat pria playboy jatuh hati padanya adalah sebuah kemenangan besar. Belum lagi Sagar adalah pria kaya raya yang tampan dan matang.

Jika Sagar mau, hanya dengan sekali anggukan saja, maka Laura bisa menjadi pasangannya.

Tidak hanya Laura, seluruh wanita di sini pun pasti tidak keberatan untuk menjadi pacarnya. Akan tetapi, akhir-akhir ini Sagar seperti tidak tertarik dengan wanita manapun, tidak peduli seberapa cantik dan menggodanya mereka.

Sagar sendiri tidak paham mengapa ia berperilaku seperti itu. Rasanya, sejak menikah dengan Bella, sikapnya yang suka bergonta-ganti pasangan perlahan menghilang. Jika Sagar dibilang terpikat oleh kecantikan Bella, maka Sagar akan dengan senang hati menyanggahnya. Bella mungkin cantik, tetapi jika dibandingkan dengan Laura maka akan sangat berbeda.

'Apa mungkin karena kutukan pernikahan, ya?' batin Sagar yang larut dalam pikirannya sendiri itu. Dalam pernikahan mereka, Sagar sudah berjanji untuk hidup setia dan tetap berada di sisi Bella dikala susah maupun senang hingga nyawa memisahkan mereka berdua.

Di tengah kesibukan Sagar dengan pikirannya sendiri, Laura terus memperhatikan pria itu dari samping. Raut wajah Sagar tampak berubah ketika Laura mengatakan jika Sagar pasti sedang jatuh cinta dengan wanita lain. Kekesalan menyelimuti diri Laura. Perasaan kesal dan amarah membungkus hati wanita itu.

'Siapa wanita yang berhasil membuat Sagar jadi seperti ini?' batin Laura geram. Padahal Laura sudah bersusah payah agar bisa membuat Sagar jatuh ke dalam pelukannya. Ia sudah memakai lotion tubuh dan parfum mahal yang ia beli dari luar negeri demi menarik perhatian pria itu. Laura bahkan rela mengganti tatanan rambutnya setiap kali ia ingin menemui Sagar.

Akan tetapi, usahanya tidak pernah membuahkan hasil yang maksimal. Bahkan saat ini, Sagar hanya menatapnya beberapa kali. Pria itu terlihat sibuk dengan pikirannya yang entah melayang ke mana. Padahal jika itu pria lain, mereka pasti tidak akan membuang kesempatan untuk berada di dekat Laura dengan sia-sia.

Kapan lagi ada aktris papan atas yang terkenal akan kecantikan dan kemolekan tubuhnya duduk berhimpitan denganmu?

“Sagar, minumanmu sepertinya mau habis, tuh! Mau aku pesankan lagi?” tawar Laura dengan penuh perhatian.

Sagar tersentak seolah baru menyadari jika alkohol dalam gelas di tangannya hanya tinggal dua teguk saja. “Iya, pesankan yang seperti biasa saja.”

Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah Laura. Ia dengan cepat memesankan dua minuman pada bartender yang ada di dekat mereka. Diam-diam, tangannya merogoh ke dalam tas kecil bermerknya, mengambil bungkusan kecil berisi butiran-butiran halus berwarna putih. Jika ia menuangkan ini ke dalam gelas milik Sagar, maka pria itu bisa menjadi miliknya dalam semalam.

Membayangkan malam panas yang akan ia dan Sagar lalui membuat Laura tersenyum tidak sabar. Ia segera menuangkan serbuk itu ke dalam minuman Sagar yang baru saja datang dan mendorong gelasnya ke arah pria itu.

“Nih, minumannya,” ucap Laura dengan suasana hati yang membaik. Sagar menerimanya tanpa pikir panjang. “Eh, gimana kalau kita cheers dulu?” tawar Laura dan menghentikan gerakan Sagar untuk meminum alkoholnya.

Sagar mengangkat gelasnya tanda menerima tawaran tersebut. Suara dentingan gelas yang beradu terdengar merdu di telinga Laura. “Cheers!”

Dalam hatinya, Laura menyeringai licik ke arah Sagar yang sedang meneguk minumannya itu. ‘Kena kau Sagar Biruga! Malam ini kau pasti akan menjadi milikku!’

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status