Share

Bab 16 Kaitkan Jari Padanya Lihat Apa Dia Akan Terpancing

Saat tengah makan, Adela mengeluarkan kado yang dikirim oleh Arson pada pagi tadi, lalu meletakkannya di meja.

"Anson, bantu sampaikan kado ini kepada kakakmu."

"Apa ini?"

"Kamu nggak perlu tahu, cukup berikan padanya saja."

Saat terjadi sesuatu pada Anson, Adela akan pergi dengan setia.

Sekarang Adela hanya menyuruh Anson untuk menyampaikan benda ini kepadanya, dia pikir Anson akan menyetujuinya dengan senantiasa.

Tidak sangka, Anson berpikir sejenak, lalu meletakkan sendok dan menatap Adela dengan serius.

Dia bertanya, "Apa ini adalah kado dari kakakku yang mau kamu kembalikan? Kalau begitu, aku nggak berani melakukannya. Kalau sampai kakakku melihatnya, dia bakal melampiaskan amarah padaku ...."

Adela merasa sakit hati.

Nada bicara anak ini kedengarannya sejak awal sudah tahu hubungan antara dia dan Arson!

Mungkin lebih awal dari kontroversi foto. Hal ini membuat Adela makin tidak senang hati!

"Kakakmu bukanlah orang yang nggak pengertian, jadi dia nggak mungkin melibatkanmu. Apalagi ...."

Adela ingin mengatakan bahwa mereka putus dengan damai.

Akan tetapi, begitu dipikirkan, sepertinya juga salah.

Jika mereka berpisah dengan damai, Arson tidak mungkin memblokirnya.

Saat teringat hal diblokir, Adela merasa sangat marah.

"Bu Adela, kelihatannya kamu sangat memahami kakakku, ya. Ternyata kamu begitu paham tentang kepribadiannya." Anson menemukan celah dari kata-katanya, sehingga tersenyum padanya dengan penuh makna.

Adela mengatupkan bibir.

Sungguh adik yang mirip sama kakaknya, sama-sama membuatnya marah!

"Aku nggak paham. Pak Arson hanyalah mantan majikanku." Adela menyesap kopi, lalu menundukkan kepala dengan ekspresi datar.

"Kalau hanya majikan, kenapa Bu Adela masih menyuruhku yang menyampaikan benda ini? Apa kamu sedang berbohong padaku. Kamu nggak berani bertemu sama dia karena merasa bersalah?" Anson mengedipkan mata yang cerah dan bertanya dengan ekspresi yang polos.

Adela bungkam, "..." Akan tetapi, dia hampir saja tersedak.

Ternyata dia bukan hanya tidak paham tentang Arson, bahkan sia-sia mengajari Anson.

Terakhir Adela yang membayarnya.

Setelah berpisah, Anson sepertinya tiba-tiba teringat sesuatu.

Dia berbalik dan berlari dengan ekspresi misterius.

Anson berkata, "Bu Adela, aku lebih menyukaimu dibanding Kak Nissy. Bukan hanya aku yang menyukaimu, aku lihat kakakku juga."

"Keluarga Kilto dan Keluarga Maurin punya hubungan persahabatan. Nona Nissy adalah anak kedua. Sebelum dia, kakakku bertunangan sama nona pertama dari Keluarga Maurin, tapi terjadi sesuatu sebelum bertunangan ...."

"Nona pertama itu nggak jadi menikah sama kakakku. Nggak lama kemudian, dia menikah sama pria lain. Sayangnya, dia bernasib malang dan beberapa tahun kemudian mengalami kecelakaan ...."

"Kemudian, di bawah saksi nenekku, nona kedua bertunang sama kakakku. Dengan kata lain, sebenarnya nenekku menjodohkan kakakku dan Nona Nissy secara paksa ...."

"Aku berani menjamin bahwa dia nggak menyimpan perasaan terhadap Nona Nissy, jadi kamu benar-benar nggak perlu khawatir ...."

Adela agak tertegun saat mendengarnya.

Dia tahu bahwa ibu Nessa sudah meninggal, tetapi tidak tahu ternyata ada kejadian ini di baliknya ....

Ekspresi Anson yang serius sangat mirip dengan wajah Arson.

Ekspresi dia saat mendongakkan kepala benar-benar membuat Adela seketika timbul ilusi.

Dia mundur secara refleks.

Saat dia menghadapi pemuda di depan yang baru berusia 15 tahun, tetapi sudah berpostur tinggi 180 cm, Adela merasa agak malu.

Akan tetapi, dia tetap mendengar nada bicaranya yang seram, "Bu Adela, kemarin aku bantu dia mengambil ponselnya yang terjatuh ke lantai. Kamu tebak apa yang terjadi?"

"Aku melihat fotomu di dalam galeri ponselnya. Dia sedang merindukan seseorang. Kepribadian kakakku sangat pasif dan pemalu, pasti sangat menyesal setelah berpisah sama kamu ...."

"Kalau begitu, kamu bersifatlah lebih aktif. Coba kamu menggaitkan jari padanya, lihat apa dia bakal terpancing?"

Adela tidak bisa berkata-kata dibuatnya.

Sekarang Adela sudah memiliki pandangan yang berbeda terhadap Anson.

Bukan lagi lembut dan berperilaku baik seperti yang Adela kenal sebelumnya.

Anson membuat orang cukup resah.

Dalam perjalanan pulang, suasana hati Adela menjadi kacau karena beberapa kata dari Anson ini.

Dia duduk seorang diri di kursi belakang taksi dengan wajah yang menoleh ke arah luar jendela.

Sebentar memikirkan ibu Nessa yang belum pernah bertemu, sebentar memikirkan Nona Nissy, bentar memikirkan Nyonya Irna ....

Terakhir, dia secara tidak sadar teringat Arson.

Apa sebenarnya yang sedang dia pikirkan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status