Share

Menengok

Semburat jingga sore itu membuat aku betah berlama-lama di halaman belakang rumah. Memetik dedaunan juga bunga di sana, menikmati segarnya air terjun buatan di kolam ikan.

"Nak," sapa ayah menghampiriku.

"Iya, ayah."

"Boleh ayah bicara sesuatu?"

"Tentu saja ayah, kenapa?"

"Sebentar lagi kamu akan menikah, ada yang harus kamu ketahui. Ayah tidak bisa jadi wali nikahmu."

"Loh, kenapa ayah?"

"Ayaah, anter ibu ke pasar sebentar!" belum juga ayah menjawab, ibu datang minta tolong padanya.

"Boleh, ayah anter ibumu dulu ya, Nak," pamitnya.

"Iya ayah, hati-hati."

Ayah mau ngomong apa tadi, kenapa dia bilang tak bisa jadi wali nikah aku? Apa yang salah denganku?

[Di mana?] tanyaku dalam pesan singkat whatsapp.

[Kangen ya, aku di rumah sakit. Jenguk Rio.] balas Ken.

[Napa gak ngajak aku, kan pengen nengok dia juga,]

[Ya sudah aku jemput sekarang, kamu siap-siap gih.]

[Ok, Sayang.]

Akupun segera berbenah, mengganti pakaian yang lebih sopan dan rapi. Berhijab sesuai syariat juga. Bagaiman
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status