Air mata arini menetes begitu saja. Hatinya terasa sangat sakit saat kata-kata itu terucap dari mulut Saka.Apa kamu akan bicara seperti itu, jika kamu tau apa yang sebenarnya terjadi padaku? batin Arini bertanya.Arini menunduk dan terdiam mendengarkan uneg-uneg saka pada dirinya. "Arini, apa selama dua tahun ini tak pernah sedikitpun kamu memikirkanku? Apa kamu tak ingin tau, apa yang terjadi padaku setelah kamu tinggalkan begitu saja?" tanya Saka yang sangat ingin tau jawabannya.GlekArini menegak salivanya dengan paksa. Rasanya terasa pahit mengimbangi rasa sesak di dadanya."Aku tau! . Dunia kita berbeda dan aku menyadari akan hal itu. Kamu mempunyai segalanya, jadi aku tak perlu mengkhawatirkanmu." Perkataan Arini membuat Saka terkejut setengah mati."Semudah itu kamu mengatakannya! Hah, apa ini benar-benar kamu?"Arini mencoba untuk tersenyum meskipun hatinya juga sama seperti Saka."Bukankah hari ini kamu harus kerja?" tanya Arini mengalihkan pembicaraan. Ia mencoba tegar de
"Sudah. Baru saja!" jawab Saka mencoba untuk tersenyum."Bagus dong! Jadi, kamu tak sia-sia untuk menetap di kota kelahiranku ini. Ya nggak?" Agnes sumringah sembari memainkan kedua alisnya."Dia sudah berkeluarga dan mempunyai anak!" jawaban Saka membuat Agnes seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Serius?" tanya agnes seakan tak percaya mendengarnya. Sejenak, ia mulai melangkah menghampiri sahabatnya yang terlihat sangat terluka. Sama seperti dirinya."Lupakanlah! Cari wanita yang bisa menerima kamu apa adanya dan benar-benar tulus mencintai kamu. Ok!" kata Agnes menepuk bahu lebar yang dimiliki saka."Rasanya jera untuk melakukannya!" Jawaban Saka yang membuat agnes spontan menepuk pundak sahabatnya itu."Bicara apa kamu ini? Kamu ingin seumur hidup menyendiri?" tanya Agnes menolak keputusan yang akan di ambil oleh Saka.Saka terdiam. Kata serampah yang keluar dari mulut sahabatnya itu membuat dirinya teringat akan kecerewetan Arini saat bersamanya dulu. Berbeda dengan sekar
Saka menegak salivanya dengan paksa. Entah kenapa, mendengar kemarahan arini yang terlontar membuat hatinya terenyuh dan merasa sangat kasian.Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka? batin Saka penasaran."Bener-bener! Berani sekali dia menceramahiku!" gegas Agnes yang mencoba mengejar Arini. Tapi, langkahnya kembali terhenti saat Saka menarik tangannya."Mau ke mana?" tanya Saka melepas tangan Agnes."Saka, aku ada urusan sebentar. Jadi, please ...," kata Agnes terhenti."Bukankah kamu menjamu semua dokter untuk makan malam denganmu? Kenapa kamu malah pergi begitu saja? Bagaimana jika kamu berada di posisi mereka?" Pertanyaan Saka yang membuat Agnes diam seketika."Kembalilah! Jadilah pemimpin yang sesungguhnya!"Agnes menghela nafas panjang. Dengan langkah tak bersemangat, ia menuruti apa yang terlontar dari mulut sahabatnya itu.Arini menggerutu tiada henti seorang diri di dalam mobil. Tubuh yang lelah, Hati yang terluka seakan menyatu jadi satu saat boom itu meledak dari mulut A
Arini melangkah menghampiri dan tepat berdiri di belakang orang tersebut."Selamat pagi, Kak. Saya Arini, orang yang kakak tolong tadi malam. Saya sangat berterimakasih sekali karena kakak ...," kata Arini terhenti saat Saka berbalik ke arahnya."Bagaimana keadaan kamu sekarang? Apa sudah mendingan?" tanya Saka yang membuat Arini tak mampu menegak salivanya sendiri.Arini terdiam. Mulutnya seakan terkunci rapat saat pertanyaan dan perhatian itu mengarah kepadanya. Seseorang yang dua tahun dulu selalu ada untuknya kini benar-benar menjadi superheronya lagi."Arini," panggil Saka membuyarkan lamunannya.Arini berpaling sejenak dan mengumpulkan sekuat tenaga untuk menghadapi lelaki yang membuat hatinya berdesir hebat. "Apa kamu baik-baik saja?" Suara khas Saka membuat jantung Arini berdetak begitu kencang. Rasa gugup berkepanjangan mulai menghampiri dirinya saat suaranya terdengar semakin mendekat ke arahnya.Arini menoleh dan memberanikan diri untuk menatap sosok lelaki yang kini berdi
"Ya, dia juga bilang. Dia adalah orang yang menolong kamu!" jawaban ibu membuat Arini terkejut setengah mati."Dia?" tanya Arini memastikan. Ibu Dara terkekeh melihat Arini yang sangat syok dengan ucapannya yang asal bicara."Kenapa ibu malah ketawa?" tanya Arini bingung seraya melipat bibir mungilnya yang merah tanpa lipstik."Kamu sangat lucu sekali kalo syok seperti itu. Kelihatan sangat manis!" puji ibu memegang lembut tangan Arini."Ibu," keluh Arini."Maafkan ya, ibu hanya bercanda. Lagian, emang kalo yang menemukan handphone kamu itu adalah orang yang menolong kamu emangnya kenapa? Bukankah dia orang yang baik? Kenapa kamu syok seperti itu?" Pertanyaan ibu benar-benar membuatnya berpikir lebih ekstra untuk menjawabnya.Arini menghela nafas panjang. Bibirnya sedikit melipat seraya melirik ibunya yang masih saja menatap dan menanti jawaban darinya."Bu-kannya begitu, Bu. Kalo emang handphone arini ada di tempat orang yang menolongku, kenapa dia tidak langsung memberikannya pada
Tanpa sepengetahuan Galuh, Arini menghampiri suster yang mengantar karyawannya tadi."Sus, apa tak ada ruang vvip yang harganya di bawah ini?" tanya Arini menatap Galuh yang sangat menyukai tempat tersebut.Suster itu tersenyum. "Ibu, ibu tidak perlu khawatir. Semua biaya kakak tadi sudah di tanggung oleh dokter Saka!" kata suster itu mengejutkan arini."Dokter Saka?" tanya Arini dalam hati. Ia seakan tak percaya mendengar penuturan dari suster yang umurnya jauh lebih muda darinya itu kalo dokter Saka lah yang membiayai rumah sakit tersebut. Lagi dan lagi, Saka masuk ke dalam hidupnya kembali.Kenapa sejak bertemu dengannya, dia selalu muncul dalam kehidupanku? tanya arini dalam hati. Arini menghela nafas panjang. Bibirnya melipat sembari menatap ke arah lorong VVIP yang memang sangat berkelas itu.Dia masih sama seperti dulu, tak tanggung-tanggung memberikan yang terbaik buat .... Eh, tapi tunggu! Kenapa dia memberikan fasilitas terbaik ini buat Galuh? Apa hubungan mereka? tanya Ar
Saka melipat bibir sexynya. Ia sangat berharap dengan hasil tes DNA itu, teka-teki itu terjawab sudah."Kenapa ibu berbohong padaku soal kehamilan Arini?" tanya Saka yang menyesali akan sikap ibu dara kepadanya. "Apa ibu berpikir kalo aku akan menyakiti Arini lagi?" Saka mengernyit sembari menatap ponsel miliknya yang bergetar memanggil.Pak Bondan calling ..."Bagaimana, Pak?" tanya saka yang sangat penasaran.Arini terdiam, terpaku menunggu kedatangan ibu tercinta. Bibirnya bergetar, kedua tangannya tak berhenti mengusap untuk menahan rasa khawatir yang datang menghampiri dirinya.Apa ibu menceritakan semuap tentang Andara kepadanya?" tanya Arini dalam hati.Arini semakin penasaran. SssttttttSuara decit mobil terdengar jelas di telinganya. Spontan, ia berdiri menatap ke arah pagar rumah yang masih tertutup rapat.Senyum manisnya tertoreh. Dua orang yang telah di nanti akhirnya datang juga.Arini berlari. Dengan cepat, ia membuka pintu pagar untuk sang ibu dan buah hati tercinta
"Dokter Saka, saya tau anda sangat sulit melupakan masa lalu kita. Aku tau itu. Tapi, status kita beda. Kita sudah memiliki kehidupan masing-masing. Dan tak seharusnya, dokter selalu mendekati istri orang."Lagi dan lagi. Kebohongan terlontar dari ibu dan arini. Kebohongan yang seharusnya tak ingin saka dengar dari bibir mungil arini."Sampai kapan kamu berbohong padaku?" Pertanyaan saka membuat Arini mengernyit heran.Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap saat Saka melangkah mendekati dirinya."Stop! Jangan mendekat! Jika kamu mendekat lagi, aku akan ...." Arini terus berjalan mundur. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat melihat saka terus saja melangkah maju."Akan apa?" tanya Saka yang terus saja menekan Arini sampai terhenti tepat di tempat duduk yang ada di taman."A-ku akan panggil suamiku ke sini. Ya, a-ku akan panggil dia," jawab Arini gugup.Saka menghela nafas panjang. Untuk kali ini, ia tak mau mengalah pada Arini. Tubuh kekar nan atletis yang di miilik