Share

Part 5

Suasana di rumah Dirgantara pagi itu kacau. Sangat kacau. Seluruh penghuni rumah berkeliling rumah menuruti perintah sang tuan rumah yang sedari tadi heboh sendiri. Tidak ada yang membantah perintah dari Nyonya besar yang heboh karena kehilangan putra bungsunya. 

“Cari Dave sampai ketemu! Atau kalian tidak aku gaji sampai seumur hidup!” ancam Irina pada setiap maid yang lewat di hadapannya untuk mencari Tuan Muda mereka. 

“Kau tidak perlu sepanik itu, Irina. Mungkin saja Dave sudah pergi ke sekolah bersama teman-temannya sekarang,” ujar Andrew menuruni tangga sembari memasang dasi sendiri. Dia itu tidak ubahnya seperti saat masih membujang, padahal sudah menikah dan memiliki anak. Tapi semuanya dia lakukan sendiri, dimulai dari menyiapkan pakaian hingga memasang dasi, semua Andrew lakukan sendiri. Sedangkan Irina seolah tidak peduli dengan sang suami. 

Sebenarnya mereka ini adalah korban dari pernikahan bisnis antara keluarga Dirgantara dan keluarga Evans. Awalnya Irina tidak mau dijodohkan dengan Andrew yang terkenal dengan  julukan ‘Gila Kerja' yang telah menyebar  di kalangan pengusaha terkenal sekelas sang papa, tapi dengan terpaksa dia menerima perjodohan itu. Toh, setelah menikah dia tidak hidup sengsara seperti teman-temannya yang mengatas namakan cinta tapi hidup sengsara setelah menikah. Irina patut bersyukur sekarang. Sementara itu, Andrew sebenarnya tidak begitu peduli dengan perjodohan yang kedua orang tuanya rencanakan, dia hanya memikirkan saham-sahamnya yang mampu membuatnya menjadi seperti sekarang. Hidup tanpa kekurangan dan di segani banyak orang. Sosok istri baginya hanyalah untuk meneruskan keturunan Keluarga Dirgantara karena dia adalah anak tunggal. 

“Kalau dia sekolah, aku tidak khawatir seperti sekarang! Aku sudah menyuruh pelayan-pelayan bodohmu itu untuk memeriksanya di sana, tapi hasilnya nihil. Dia tidak ada di sekolah!” sahut Irina kesal. Andrew mendengkus malas, Irina ini terlalu melebih-lebihkan masalah yang sepele. Jadi, dia enggan untuk berkata-kata lagi. Dia biarkan istrinya tenggelam dalam rasa khawatir. 

“Kau seharusnya khawatir, Pak tua! Bukan malah bersikap santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa di rumah ini!” protes Irina begitu melihat Andrew melewati dirinya yang sedang asyik memasang dasi sambil berjalan menuju ruang makan untuk sarapan. 

“Bukankah tadi kau bilang bahwa kau sudah memerintahkan semua anak buahku untuk mencari Dave? Lalu apa masalahnya?!” 

Emosi Irina sampai pada puncaknya begitu mendengar perkataan suaminya yang tidak berbobot dan terdengar seperti kaleng bekas yang diisi batu. Bikin sakit telinga dan sakit hati! Sekarang Irina paham bahwa yang dia nikahi itu bukan manusia, tapi batu. Dengan cepat dia berjalan menuruni anak tangga menuju tempat suaminya berdiri, dengan makian dan umpatan yang keluar dari mulutnya. 

“Hei, Pak tua! Seharusnya kau khawatir dan berpikir bagaimana caranya agar Dave cepat ketemu! Telefon polisi atau apalah, bukan malah bersiap akan pergi kerja! Aku heran, apakah yang ada di kepalamu itu hanya ada bisnis dan selangkangan?!” maki Irina geram. Tapi bukannya emosi setelah dimaki sang istri, Andrew hanya mengangkat alisnya sebelah. 

“Dave itu anakmu, tapi kau tidak peduli dengannya,” ujar Irina melakonis. Perasaannya saat ini sangat di penuhi dengan kekhawatiran yang besar terhadap Dave, putra bungsunya. Tidak mendapati Dave di pagi hari dan di tempat favorit bocah itu, membuat Irina sangat khawatir. Tapi berbeda dengan Andrew, dia masih bersikap santai. Terbukti dari sikapnya yang tenang di antara ke gaduhan yang terjadi di rumahnya. 

“Yang beranggapan Dave itu anak kucing, siapa?” Lihat, dia masih saja membuat suasana hati Irina menjadi panas. 

“Kau?! Kau masih bersikap santai dan bermain-main dengan aku di saat anakmu hilang?! Kau memang tidak punya hati!” 

Andrew memutar mata malas. Istrinya ini terkadang memang penuh dengan drama dan sangat melankolis. Tidak jarang Andrew hanya menanggapi perkataan dan umpatan sang istri dengan ekspresi datar. Baginya, Irina itu terlalu berlebihan dalam bersikap. “Bukankah anak buahku sudah mencari Dave, lalu apa yang kau panikkan?”

“Kau tidak mengerti perasaan seorang ibu di saat anaknya hilang!–“ 

“Tidak,” sahut Andrew memotong ucapan Irina. Irina terperangah tidak percaya. Mulutnya terbuka siap mengeluarkan sumpah serapah dan umpatan untuk sang suami jika tidak digagalkan oleh seseorang yang telah berdiri di atas anak tangga. 

“Ada ribut-ribut apa ini?” 

Andrew dan Irina menghadap sumber suara. Terlihat Sean dengan pakaian formalnya berada di antara anak tangga dengan menggandeng seorang anak yang mengenakan piyama bergambar pororo sambil mengucek matanya. 

“Dave!” teriak Irina penuh kelegaan, lalu dia berlari menuju Sean dan bocah itu. 

“Dave, kau ke mana saja, Nak? Mommy mencemaskanmu, bahkan mommy panik begitu hanya menemukan Pak tua itu di samping mommy.” Andrew memutar mata malas. 

“Maaf, Mommy ... aku tidak bisa tidur tadi malam, jadi aku pergi ke kamar Kak Sean dan tidur di sana,” papar Dave pelan. Irina mengelus rambut putra bungsunya pelan, dia sangat terharu memiliki anak seperti Dave yang langsung dekat dengan kakaknya padahal ini adalah pertemuan mereka yang pertama semenjak Dave lahir di keluarga ini. 

“Kau tidak perlu minta maaf, Sayang. Seharusnya kau bilang saja tidak bisa tidur agar kita bisa tidur berdua tanpa harus tidur dengan Pak tua itu.” Andrew kembali memutar mata malas mendengar usulan istrinya. Entah sudah berapa kali dia memutar mata malas di pagi ini karena disebabkan oleh Irina. 

“Dia tidak mungkin selalu tidur dengan kalian, Mom. Sudah semestinya Dave tidur sendiri,” ujar Sean di tengah keterdiamannya. 

“No, Dave –“

“Mungkin akan Daddy pertimbangan, sekarang waktunya sarapan. Aku dan Sean tentu tidak ingin datang terlambat ke kantor hanya karena menyaksikan dramamu di pagi hari, Irina,” ucap Andrew memotong perkataan Irina. Dia segera berjalan menuju ruang makan, tidak menghiraukan umpatan yang dikeluarkan Irina untuknya tanpa mempedulikan keberadaan Dave yang masih memperhatikan. Sean yang tidak ingin ikut campur urusan kedua orang tuanya, lebih memilih pergi sarapan dan segera pergi bekerja di perusahaan daddynya. 

___________$$$$__________

D'Star Entertainment, sebuah perusahaan terkenal yang bergerak di bidang hiburan. Sebenarnya bukan hanya di bidang hiburan, D'Star juga bergerak di bidang real estate. Banyak gedung hingga perumahan yang di jual oleh perusahaan D’Star. Bagi banyak orang, bekerja di D’Star Corp merupakan suatu kebanggaan tersendiri yang tidak bisa dijelaskan. Selain gaji yang besar dan pekerjaan terjamin, bekerja di D’Star Corp juga menjadi tempat bagi banyak orang untuk mengenal bahkan dekat dengan banyak artis terkenal. 

Anya tidak berada di antara mereka, bukan karena ingin gaji yang besar atau ingin mengenal banyak artis terkenal. Anya hanya ingin membuktikan diri pada keluarganya bahwa Anya mampu dan tidak bisa diremehkan karena traumanya. Meski homeschooling selama beberapa tahun, prestasi yang ditorehkan oleh Anya tidak bisa dianggap main-main dan tidak bisa diremehkan. Terbukti dari jabatan manager pemasaran yang dia gelar selama tiga tahun terakhir. Padahal Anya baru bergabung di perusahaan itu, tapi karena prestasinya yang cemerlang, dia menjadi jajaran orang penting di perusahaan. 

“An, hari ini ada CEO baru yang bakalan gantiin Pak Andrew.” Anya hanya mengangguk mendengar perkataan Gifa yang tidak henti-henti mengingatkan Anya perihal bos baru mereka hingga membuat Anya bosan. 

“Mbak Gifa, ini udah kesepuluh kalinya Mbak bilang kayak gitu. Aku udah paham, Mbak,” ujar Anya gemas. Pasalnya Gifa bolak-balik masuk ke ruangannya hanya untuk mengingatkan Anya hal itu hingga Anya mual dibuatnya. 

“Mbak cuma takut kamu lupa, An. Kamu ‘kan pelupa orangnya,” tutur Gifa pelan. Anya memutar mata malas mendengar alasan seniornya itu. Dia memang pelupa, tapi bukan berarti harus diingatkan setiap detik dengan topik yang sama seperti ini. Anya hanya bisa menghela napas lelah. 

“Terserah Mbak aja. Kita turun, yuk, Mbak ... udah waktunya kita sambut CEO baru kita. Mudah-mudahan gaji kita dinaikkan.” Gifa mendengkus mendengar tuturan dari juniornya ini. Gaji dan gaji saja dipikirannya meski sudah mendapat jabatan yang tinggi di perusahaan ini. 

Lobi D’Star Corp terlihat ramai. Banyak karyawan dengan dandanan terbaik mereka hari ini demi menyambut bos baru mereka. Para wanita sibuk merias diri, begitu pula dengan karyawan pria yang sibuk mematut diri di depan kaca gedung. Anya memutar mata malas. Inilah yang dia malas jika berkumpul dengan karyawan lainnya, terkecuali Gifa, banyak para penjilat yang mengais keuntungan untuk mereka sendiri tanpa memikirkan orang lain. 

“Rame banget, nih!” 

“Iya. Kita kayaknya nggak dibutuhkan, deh, Mbak. Balik aja, yuk!” ajak Anya gelisah. Semenjak mimpi buruk itu datang lagi, Anya merasa perasaan tidak nyaman hinggap di hatinya. Resah dan gelisah melanda hatinya tanpa tahu penyebabnya. 

“Hust! Kalau kamu main di pecat, jangan ngajak-ngajak. Sendirian sana!” ujar Gifa yang membuat Anya terkekeh pelan, menutupi keresahan hatinya begitu mendengar omelan dari seniornya ini. 

“Hust ... Pak Andrew dan jajarannya udah datang. Siap-siap!” perintah salah satu karyawan yang datang dari arah luar. Dengan cepat para karyawan berbaris memanjang, menyambut bos mereka dan para petinggi D’Star Corp. 

Langkah demi langkah terdengar memecah keheningan yang ada di lobi itu. Pandangan mereka semua tertunduk ke lantai, segan menatap para petinggi yang lewat. Hingga .... 

Deg!

Netral biru itu bertabrakan dengan kelamnya netra milik Anya. Anya tidak menyangka bahwa dia akan bertemu netra itu lagi setelah sekian lama. Setelah sekian lama dia mencoba melupakan semua, kini netra itu timbul lagi dan membuat dia mengulang kembali kejadian-kejadian kelam di masa lampau. Terlebih orang yang menyebabkan dia seperti ini adalah orang yang sama berdiri di hadapannya dengan tatapan intens dan senyum menyeringai terlukis di bibir. 

Kepala Anya terasa berputar, semuanya terasa samar di matanya. Hingga kegelapan menerpa dan teriakan kepanikan dari Gifa yang dia dengar terakhir sebelum jatuh pingsan. Pria itu, penyebab kesakitannya hingga saat ini. Sean, telah kembali. 

TBC

Kalbar, 19 September 2021

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status