Share

JADI SIAPA YANG MATI?!

"Dan ya, kalian jangan pernah perhatiin gangguannya, perhatiin aja jalan nya"

"Iya Zi, siap"

"Fir, bukannya kamu bawa Qur'an kecil?"

"Eh iya Bi, aku bawa, ini ada disaku"

"Allhamdulillah, masih ada"

"Iya pasti"

"Aku udah kuat jalan, ayo kita jalan lagi

"Bener, Bi?"

"Iya ayo, gak usah khawatir"

Kami memulai perjalanan lagi, kami tetap optimis, kalo perjalanan kali ini pasti bener.

Kami yakin, kali ini pasti bener.

"Di depan, ada dua jalur lagi"

"Kanan atau kiri?"

"Mereka ga henti-henti, ganggu kita"

Disaat kami asyik berjalan, kami terkejut, tiba-tiba jurang yang begitu dalam, ada dihadapan kami. Hampir saja kami terpeleset, dan jatuh kedalamnya.

"Aaa"

"Hati-hati, kenapa ada jurang disini?"

"Bukannya, diawal perjalanan, gak ada jurang, kok tiba-tiba ada"

"Gak ada pendaki lain, lagi"

"Kita bener-bener sendirian, ditemenin sama mereka"

"Udah, ayo kita cari jalan lain aja"

"Hati-hati, salah sedikit bisa jatuh kita"

"Iya, pegangan terus, jangan dilepasin"

Kami pergi bersama, dan pulang juga harus bersama. kalimat itulah, yang menguatkan kami.

"Awas, tanahnya retak"

"Fir, pegang yang kuat"

"Iya, iya"

"Bi, Zi, aku liat, ada monyet besar-besar, mereka kayak nunggu kita jatuh" bisikku pada Zio, dan Bianca.

"Biarin aja Fir, selagi mereka gak ganggu, kita jalan aja"

"Jangan lupa, harus selalu baca doa"

"Tapi sekarang mereka, jalan nuju kesini"

"Mereka banyak banget, sumpah aku takut"

"Jangan nangis, biar mereka tau kita gak lemah"

Sambil terus berjalan, aku merasa sangat takut,aku berusaha tidak menghiraukannya, tapi sekumpulan monyet itu mulai menarik-narik kami kebawah. 

"Zio"

"Mereka narik kaki, ku"

"Tolong, tolong, menjauh sana"

Aku terus menendang-nendang, para monyet itu. sehingga membuat tanah, retak, dan kami terjatuh ke dalam jurang.

Bianca, dan Zio, juga ikut jatuh, karna mereka daritadi memegangiku, terus.

Kami jatuh, jurangnya sangat dalam, kami pikir, akan mati setelah jatuh ditanah. nyatanya, tidak. luka ada disekujur tubuh kami. namun kenapa mereka, tidak membuat kami mati saja?.

Aku terbangun melihat Zio,dan Bianca, terbaring seperti mayat.

"Bi, Zi, bangun, bangun, jangan tinggalin aku sendirian" aku membangungkan mereka, aku takut kehilangan mereka.

"Bianca, ayo bangun, Bi, kita pulang"

"Zio, ayo bangun, Zio tolong bangun"

Aku terus menerus membangunkan mereka, tidak ada balasan sedikit pun.

"Zio, Bianca" aku menangis tersedu-sedu.

"Kita harus pulang sama-sama, Bianca, bangun!"

"Tolong, aku takut sendirian"

Aku terus menangis. 

"Bi, detak jantungmu? nadimu tidak gerak,  ini tidak mungkin, kau tidak akan meninggalkan ku!"

"Kau tidak boleh seperti, ini!"

"Kamu tega ninggalin, sahabatmu ini?"

"Zio, lihat Bianca, dia mau ninggalin aku, Zio ayo bangun!"

Aku tidak bisa menerima, kalo mereka sudah tiada, Bianca sahabatku dari kecil, sedangkan Zio, dia yang menguatkan ku, sepanjang perjalanan.

Aku terus mencoba, membangunkan mereka. namun, sayang seribu sayang, mereka benar-benar telah tiada.

"Bagaimana ini, aku sendirian ditengah hutan, aku tidak mungkin tega meninggalkan, dua mayat sahabatku" aku, merasa benar-benar bingung.

"Kau tidak sendirian, ada nenek disini" disampingku, tiba-tiba ada wanita paruh baya.

"Aaa, siapa kau? jangan mendekat, kumohon"

"Jangan takut, aku akan menolongmu, wahai anak muda" suaranya begitu menakutkan.

"Tidak, aku tidak percaya!"

"Tidak, kemarilah, aku akan memberitahu sesuatu yang penting"

Wanita paruh baya itu, terus meyakinkan aku. aku pun sedikit demi sedikit, yakin terhadapnya.

"Pergilah, pergi, kau tinggalkan mereka"

"Tidak nek, aku tidak mungkin meninggalkan, dua sahabatku ditengah Gunung"

"Percayalah pada nenek!"

"Cepat pergi, kau akan menemui dua sahabatmu lagi, jika--" lanjutnya.

"Tidak mungkin, mereka sudah meninggal"

"Dengar!" Wanita paruh baya, itu menyentak.

"Kau harus mendengarkan ku!, pergilah, di depan sana akan ada sebuah cahaya. kau, masuk saja"

"T-tapi"

"Kau harus percaya padaku!"

"Cepat pergi, sebelum sekumpulan monyet itu, menyerangmu"

"Hm, baiklah"

Akupun menuruti perkataannya, dan benar, aku melihat sebuah cahaya, dan taraa!

"Dimana ini?"

"Kepala ku sangat pusing, aduh"

Aku melihat Zio, dan Bianca, sedang menangis tersedu-sedu.

"Hey, kalian?!"

Aku sangat senang, bisa bertemu kembali, dengan mereka. aku langsung? memeluk mereka.

"Aku yakin, kalian tidak akan pernah, meninggalkan ku"

"Fira, ternyata kau masih hidup"

"Tunggu, apa?" mendengar ucapan Bianca, aku merasa aneh.

"Sebenarnya, tadi saat kita melewati batu besar, kau langsung menendang aku, dan Bianca, lalu kau pingsan, kami menunggumu sadar selama 30 menit, tapi kau tetap tidak sadar, kami mengecek nafas, detak jantung, dan nadi mu, tidak ada pergerakan, kami sadar kau sudah meninggal" jelas Zio, menceritakan semuanya.

"Tapi? Kapan kita melewati batu besar? Seingatku, tadi kita berada di tepi Jurang, lalu beberapa monyet besar menarikku, lalu kita semua jatuh, ke dalam jurang. Dan betapa terkejutnya aku, melihat kalian sudah tiada, beruntung ada wanita paruh baya, dia yang menolongku"

"Entahlah, ini semua ulah mereka, kita harus lanjutkan perjalanan ini, jangan menyerah"

Hanya kata-kata itu, yang terus diucapkan Zio.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status