Share

DRAMA BERUJUNG BENCANA

"Sumpah Bianca mau sampe kapan ngeselin, gini" 

"Ngapain ngomong sendiri"

"Eh enggak"

"Sans aja kali. boleh minta tolong gak bawain sampah, disana?"

"Oh iya boleh, ayo"

Kami semua membersihkah sampah plastik dari kemasan mie instan, dan kopi. kecuali, Bianca dan Zio. tampaknya ada percakapan penting diantara mereka.

"Zio, kok kamu gini sih?"

"Gini apa? udah cukup sabar aku sama kamu, Bi. sekarang mending kamu bantu beresin sampah"

"Tapi Zi?"

"Apaan sih, bahas ini nanti aja"

"Ya ampun, salah apa aku?"

Zio hanya menatap malas padaku, lalu pergi menjauh.

....

"Udah beres semua, yuk kita mulai perjalanan"

"Faisal sama aku didepan, terus belakang ku Fira sama Bianca, nah malik ditengah barisan. selanjutnya disambung sama Aulia, Mia, sama Rara. sisanya Zio, Bryan paling belakang"

"Okey, gini kan aman"

"Pastiin senter nyala, gantian ya nyalain nya"

"Iya, yuk Bismillah!"

"Eh bentar, masa aku di tengah-tengah cewe sih!"

"Eh lu kan cowo, harus LAKIK!!!"

"LAKIK! iya sih tapi..."

"Udah deh, masa LAKIK kayak gitu"

"Nasib anak tiri"

"Udah yuk bismillah"

Kami memulai perjalanan kembali. entah berapa kali kami memulai perjalanan, tapi tidak sampai-sampai.

"Hey Bianca, kamu nengok belakang melulu. nengok siapa sih? aku ya? hahaha"

"Duh jadi gugup diliatin sama cewe cantik"

"Malik jangan kepedean, barang kali Bianca nengok belakang buat lihat Bryan"

"Oh iya aku ngeship Baby"

"Bryan, Bianca kan? haha sama"

"Apaan Aul, jangan ngawur aku gak ada apa-apa sama Bryan"

"Kalian yang di depan berisik, bisa gak fokus jalan aja?!"

Zio selalu marah ketika ada yang membicarakan Bryan dan Bianca. aku rasa ada yang tidak beres.

"Kayaknya Bianca sama Zio pacaran deh, tapi kok aku gak tahu yah? kalo emang bener, Bianca pasti ngomong. nanti deh, aku tanyain" batinku

"Semuanya, denger gak suara mata air? kayaknya di depan ada sungai"

"Iya, kami denger"

"Deras banget gak sih, arusnya gede pasti"

"Iya mungkin, nanti pas udah tepi sungainya kita berhenti dulu"

"Woke!"

Kami lanjut jalan, dan benar saja setelah kami berjalan beberapa menit, kami menemukan sungai yang cukup luas, kami harus membuat rakit kecil untuk menyebranginya.

"Wah luas banget, gimana nyebrang nya nih"

"Mana arusnya lumayan gede, gak aman kayaknya"

"Harus bikin rakit ini mah, cari kayu sama tali. tali apa aja yang bisa nyambunginnya"

"Simpen tasnya disini, Bianca yang jagain"

"Jagain aku mau gak, Bi?"

"Malik pengennya apa sih, genitin Bianca mulu"

"Cemburu ya, Aul?"

"Udah-udah, sini simpen. kalian cari kayu sama tali yaa"

"Ayo cepet, kalian ngomong mulu"

"Loh, baru kali ini liat Zio nyentak gini"

"Kenapa kamu, Zio?"

"Kenapa apa?"

"Nyentak gitu? kamu lagi ada masalah?"

"Gak kok, Mia"

"Yang bener? kalo ada masalah sini cerita"

"Gak usah sok perhatian deh, udah dibilangin Zio gak apa-apa!"

"Kok nyolot sih? emang lo siapanya Zio? pacarnya? ew"

"Brengsek!"

"Heh bisa gak kalian gak usah ribut!"

Lagi dan lagi Mia dan Bianca bertengkar, kami semua selalu berusaha bersabar atas sikap kekanak-kanakan mereka berdua.

"Bianca, nih tas Aa malik. jagain yah"

"Hm, iya tenang aja"

Kami semua menitipkan tas pada Bianca, lalu pergi mencari kayu dan tali.

"Gak apa-apa ya sendirian dulu, bentar kok"

"Ya Fir, tenang aja"

"Mereka udah jauh, aku sendiri sekarang. Zio masih marah sama aku, apa aku harus ngedrama biar dia gak marah lagi?"

"Yaudah deh, demi Zio aku harus ngedrama. semoga lancar"

"Nah, bagus juga kalo aku nyebur ke sungai. nanti Zio selamatin aku"

Terlihat dari jauh mereka mulai kembali, dan Bianca mulai menjalankan rencananya.

"Dimana si Bianca, bukannya tadi dia yang jagain tas"

"Apa dia ikut nyari tali?"

"Tolongg!!"

"Suara siapa itu? kedengerannya dari sungai"

"WTF Bianca! wait, aku tolongin"

Bryan turun ke sungai dan menyelamatkan Bianca, tapi arusnya begitu besar. harus ekstra hati-hati

"Tunggu, pegang tanganku. itu pegang ranting kecil dulu!"

"Jangan takut, Bi"

Keadaan begitu tegang, belum ada teman-teman yang datang satupun.

Akhirnya aku berhasil menyelamatkan Bianca, tapi Bianca sudah pingsan.

"Bi, Bianca bangun!"

"Gimana ini!"

"Hm, hanya ada satu cara. mau tidak mau aku harus melakukan ini"

Saat Bryan mulai membuat nafas buatan, Zio datang ia yang melihat kejadian ini begitu terkejut, dan marah.

"Bryan!!!"

"Menyingkir kau brengsek!"

"Zio, tolong jangan salah paham. dengar lihat-"

'Plakkk'

Tamparan keras mendarat dipipi Bryan.

"Apa-apaan kau?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status