Share

DIA MENGIKUTIKU
DIA MENGIKUTIKU
Penulis: Nadia

MEREKA TIDAK PERCAYA AKU

-BAB 1

"Fira, bangun nak" 

"Cepet mandi, abis itu sarapan" sambut ibuku di pagi hari.

"Iya bu, bentar lagi Fira turun" jawabku.

"Tumben, bangunnya pagi, dibangunin sama temen khayalannya, ya" ejek adikku, dia masih sangat kecil, namun sudah pandai mengejek.

"Bisa gak diem, masih kecil kok gitu" jawabku sedikit menyentak.

"Kakak gak boleh gitu sama adik, kan itu juga emang bener" papah tiba- tiba nyaut.

"Apa sih, kalian kok gitu sama Fira, sakit hati tau" aku pergi, meninggalkan meja makan, dan pergi ke sekolah.

"Tuh papah, jadi Fira marah. mana dia belum sarapan" kata ibuku.

"Fira, makan dulu" teriaknya, mencegah aku pergi.

Tapi aku menghiraukannya, dan terus berjalan ke Sekolah.

Setibanya Di Sekolah, aku disambut dengan hinaan, yang di ucapkan oleh siswa-siswa disana. Tentu saja aku geram, tapi apa boleh buat? Aku lemah. Aku hanya fokus berjalan, pergi menuju kelas.

"Aku udah capek di hina terus, aku mau berhenti mengkhayal, Bi." keluhku, pada Bianca, dia sahabatku.

"Ya bener, kamu harus bisa berhenti"

"Ini lagi usaha, sebenernya udah lumayan lama, tapi susah, mumet aku"

"Kayaknya kamu butuh liburan, Fir"

"Nah, bener tuh"

"Mau ikut ga? Sekitar, 2-3 harian lagi, aku mau mendaki ke Gunung Salak"

"Hm, Gunung? Bukannya itu, angker yah?"

"Iya sih, tapi gak bakal terjadi apa-apa, kalo kita sopan. Ayolah, bakal seru pasti, dan kayaknya ini, bakal jadi pendakian pertama kita"

Aku pun mengiakan, ajakkan Bianca. Meskipun, masih agak ragu.

.....

"Akhirnya, nanti sore aku berangkat mendaki" aku sangat excited.

Kamipun berangkat, menuju Gunung Salak. setibanya, kami lalu mempersiapkan semuanya, supaya di atas sana gak repot.

Kami memulai perjalanan, dengan membaca do'a.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba.

"Hentikan Fira, Di tengah Hutan gini, kamu masih berkhayal?!" sentak Bianca, padaku.

"Aku sama sekali tidak berkhayal, Aku bicara deng---" Belum selesai bicara, tapi Bianca sudah menutup mulutku.

"Sudahlah, kalian bertengkar terus, ingat, kita berada di tengah Hutan," ucap Zio mengingatkan Aku dan Bianca.

"Yasudah, ayo lanjut jalan, kamu jalan duluan Zi, biar Fira dibelakang."

Kami pun melanjutkan Perjalanan, dan beberapa menit kemudian, kami sampai di Pos 4.

"Huh, dikit lagi nih Puncak, mau istirahat dulu atau lanjut?" tanya Zio, pada kami berdua.

"Lanjut aja, kalo istirahat nanti Fira berulah lagi!"

Sebenarnya aku sedikit sakit hati, mendengar ucapan Bianca, tapi aku tetap bersabar, dan hanya membalasnya dengan senyuman.

Ditengah perjalanan, Zio tiba tiba minta istirahat, karna ia merasa kakinya seperti tertusuk duri.

"Eh, istirahat dulu bentar ya, kaki ku kayak ketusuk duri."

"Mana, coba biar aku obatin," ucap Bianca, sedikit khawatir.

Aku hanya duduk tidak membantu Zio, karna aku juga merasa lelah, rasanya tak sanggup lagi ku berjalan, ke Puncak Gunung.

Tiba tiba aku melihat seorang Pendaki lain yang tengah Kesakitan, akupun berniat untuk menolongnya, tapi.

"Fira!"

"Mau kemana? Itu jurang, apa kau ingin mati?" Zio berteriak.

Mendengar teriakan Zio, Bianca panik, sontak ia menarik tanganku. 

"Itu lihat, ada Pendaki yang kesakitan!" Aku terus bertekad, ingin menolong Pendaki itu.

"Fira, tolong berhenti Mengkhayal!" Bianca menamparku.

"Aku sudah capek dengan kelakuanmu, ini sudah diluar batas!"

"Kau ingin menolong Pendaki? Mana Pendaki? Kau hanya ingin mati, benar?!" 

"Dasar gila!"

Caci Bianca padaku, itu benar- benar membuatku marah, dengan lantang Aku pun menjawab cacian Bianca.

"Bukan Aku yang gila!"

"Tapi Kau, apa kau buta? Lihat dibawah sana, ada seorang Pendaki yang kesakitan!"

"Aku masih memiliki rasa kemanusian, tidak seperti kau, bi*dap!"

Tanpa ku sadari, Aku bicara keterlaluan, Bianca hanya terdiam, dan menangis.

"Sudah, hentikan!"

"Apa kalian akan terus seperti ini?, Ini adalah waktu liburan, bukan waktunya bertengkar!" bentak Zio, menghentikan perdebatanku, dan Bianca.

"Aku ingin kalian minta maaf sekarang juga." 

Kami berdua saling meminta maaf, lalu Zio pergi dan seperti membaca mantra.

"Ayo selesai, kita lanjutkan perjalanan."

"Apa yang kau lakukan tadi, Zio?" tanyaku padanya

"Tidak ada, hanya suatu kegiatan agar kita tetap selamat," jawabnya dengan nada dingin.

Zio, ini memang bukan pendakian, pertamanya. Ya, ia sering mendaki, bisa dibilang dia adalah seniornya. bahkan mengajak liburan ke Gunung, adalah ide nya.

Beruntung, kami tetap aman sampai ke Puncak Gunung. Kami membangun tenda, dan menikmati Sunrise yang begitu indah, Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Kami selesai menikmati semuanya, dan memutuskan untuk segera turun, karna sudah mulai gelap.

"Ayo, kita turun sekarang aja, biar nanti pas sampe, udah pagi," ajakku, pada mereka.

Kami pun berkemas, dan mulai turun. Namun, sesuatu yang aneh, mulai terjadi.

Dari terdengarnya suara suara misterius, sampai terjadinya, kejadian yang tak terduga.

"Eh, lewat kanan atau kiri?" ucap Bianca, kebetulan dia berada dipaling depan.

"Perasaan tadi jalannya lurus deh, apa kita salah jalan?" tanya Zio

"Enggak kok!"

"Itu ada, pendaki yang lewat Kiri," lanjutku.

"Sumpah Fira makin stres," bisik Zio pada Bianca.

"Yaudahlah, ikutin aja biar cepet sampe, udah cape banget nih," ucap Bianca, yang sudah benar- benar lelah.

"Ayo, biar Fira aja yang di Depan, jadi petunjuk Jalan." Aku pindah ke paling depan.

Tiba- tiba, Bianca merasa ketakutan, ia mendengar suara harimau yang mengaung. Namun, entah dari mana suara itu berasal.

"Berhenti, aku mendengar suara Harimau yang mengaung!" 

"Aku takut, Jika di Depan ada beberapa harimau, yang bakal menyerang, atau bahkan menewaskan kita semua," lanjut Bianca, dengan suara menggigil.

"Kalian tenang dulu, biar aku cek" Zio pergi, mengecek keadaan.

"Aman Kok!" Lanjutnya.

Kami mulai berjalan, meskipun, agak takut. Benar saja, ditengah-tengah perjalanan, aku melihat sekumpulan harimau yang lapar.

"Berhenti!"

"Ada sekumpulan harimau di depan!"

Bianca, dan Zio terkejut, dan merasa aneh.

"Dimana Fir? Gak ada!"

"Kamu jangan ngadi-ngadi"

"Ayo, cepet jalan aja"

"Tunggu, beneran, mereka natap kita semua" jelasku panik.

"Udah, Fira jangan di dengerin, jalan aja Zi"

Bianca, dan Zio, mereka pergi berjalan, sedangkan aku tidak. Karna, aku tahu di depan banyak harimau, yang sedang mengintai kami. Aku berusaha mencegah mereka. 

Namun, mereka tidak mendengarkanku. 

Aku masih diam, ditempat yang sama. Sambil berdoa, aku merasa ketakutan. Tak lama kemudian, suara teriakan, datang dari arah Bianca, dan Zio. Aku bergegas, menuju ke Arah itu.

Disana, aku dikejutkan dengan luka, yang begitu parah, dikening Bianca.

"Bi, kamu kenapa? Zio, apa yang terjadi?" Risau ku.

"Sesuatu menerkam Bianca, Fir"

"Sudah ku bilang, disini ada banyak harimau!"

"Cepat, ambil kotak P3K"

Aku, dan Zio, mengobati luka Bianca. Hari sudah mulai gelap, dan kami belum sampai di pos 4 pun. kepanikan kami terus bertambah.

"Aku baik-baik aja"

"Sudah mulai gelap, kita belum sampai di pos 4, pun" keluh Bianca

"Iya, mau sampai kapan kita disini" Zio ikut mengeluh.

"Kalian jangan ngeluh gitu, kita pasti bisa pulang"

"Harimau disana masih ada?"

"Udah gak, tapi"

"Tapi apa? Fir, serius gak berkhayal?"

"Ya Allah, Bianca, apa yang udah terjadi, kamu masih gak percaya?"

"Enggak gitu, tapi"

"Huh, denger ya, aku sebelumnya suka berkhayal, tapi kali ini bener. dari aku ngeliat pendaki kesakitan, dan sampai aku liat harimau-harimau ini. Aku bener sadar."

"Mungkin, mata batin mu kebuka Fir" ucap Zio

"Hah?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Charlotte Lee
menarik ceritanya.. boleh tau akun medsosnya gaa biar bisa aku follow?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status