Share

JANGAN JADI PEMALAS!

Perjalanan semakin jauh, sosok itu tidak terlihat lagi. setelah sosok itu tidak terlihat, aku hanya fokus pada jalan. begitu juga dengan Zio, dan Bianca.

Saat kami tengah berjalan, kami melihat ada sekumpulan pendaki lain, yang sedang beristirahat. kami pun mendatangi mereka, dengan harapan mereka bisa membantu kami. 

Kami yakin mereka pendaki asli, maksudnya mereka benar-benar manusia.

"Lihat, ada banyak pendaki disana!"

"Apa mereka benar-benar, pendaki?"

"Aku merasa iya, soalnya kita udah ada di Jalur pendaki yang bener"

"Iya juga sih, yuk kita samperin"

Aku berjalan duluan, Bianca, dan Zio, mereka berjalan dibelakangku.

"Fir, kamu kenapa?"

"Kenapa apa?"

"Itu, kenapa banyak darah di bahu mu?!"

"Apa darah?"

"Iya banyak banget, kamu gak ngerasain sakit?"

Mendengar ucapan Bianca, aku terkejut sekaligus heran.

"Enggak kok!"

"Ayo cepet di obatin"

"Kita bisa minta obat merah, sama mereka"

"Iya"

Kami datang di perkemahan mereka, mereka tampak terkejut melihat kedatangan kami.

"Waduh, kalian kenapa? kalian darimana? Baik-baik aja?" Sambut mereka, dengan mimik muka terkejut.

"Kami sebenarnya..."

"Hm, kami mengerti. sini biar kami obati luka kalian dulu"

Luka kami diobati, sebenernya kami gak pernah tau ada beberapa luka ditubuh kami.

"Nah sudah, kalian mau ganti baju? baju kalian udah kotor, basah pula. takutnya nanti kalian sakit"

"Eum, iya boleh"

Kamipun mengganti baju, mereka terdiri dari 4 pendaki laki-laki dan 3 pendaki perempuan. mereka memberi kami makanan, serta tempat untuk berteduh.

"Sebenernya, kesalahan apa yang kalian perbuat? sampai mereka marah?"

"Ceritanya panjang, lagipula kita gak boleh nyeritain sesuatu sebelum pulang, bukan?"

"Iya juga, baiklah kalian beristirahat saja dulu, jika ingin sesuatu panggil saja kami, oke"

"Iya, sebelumnya terima kasih banyak, kalian sudah mau menolong kami"

"Kita kan sama-sama pendaki, jadi kita harus saling bantu" 

"Sudah, kalian beristirahat saja, kami akan menyalakan api unggun"

"Kami boleh ikut?"

"Tentu, tapi apa kalian tidak ingin beristirahat ditenda?"

"Rasanya sangat nyaman bila beristirahat di depan api unggun"

"Oo, baiklah ayo"

Kamipun menyalakan api unggun, kami membakar jagung, memasak air. Untuk kami nikmati.

"Aku ingin bertanya, kalian mendaki dari kapan?"

"Kami berangkat tanggal 11"

"Apa? 11 apa?"

"11 september"

"Benarkah? Kalian tau sekarang tanggal berapa?"

"Tanggal berapa memangnya?"

"11"

"11 oktober" lanjutnya.

"Apa?! Kita sudah berada disini selama 1 bulan?!"

"Itu tidak mungkin, kalian pasti berbohong"

"Tidak, ini kenyataannya"

Mendengar info itu, kami begitu terkejut. 

Ternyata, kami sudah sebulan berada disana.

"Eh, Fir. masuk tenda yuk" Bianca tiba-tiba mengajakku masuk, dengan mimik wajah khawatir.

"Loh, yasudah ayo"

"Teman-teman, kami izin masuk tenda yah"

"Oh iya, silahkan"

Kami berdua masuk tenda, dan begitu mengejutkan ketika Bianca, memberitahuku sesuatu.

"Kamu mau tidur, Bi?"

"Enggak!"

"Lah, terus kamu ngapain ngajak ke tenda? "

"Tadi pas diluar, aku liat orang. gak tau itu manusia atau bukan tapi, kayaknya bukan"

"Hah? gimana, coba ceritain"

"Badannya gede, tinggi pula. semua pakaiannya hitam, sama kek kulitnya. hitam pekat, dia natap ke arah kita semua, makanya aku ngajak kamu masuk, aku gak tahan liat daritadi"

"Ah, halusinasi kali"

"Enggak! ini beneran"

"Apa dia masih ada disana?"

"Gak tau, gak mau lihat!"

"Oh ya udah, mungkin dia pertanda buat kita. kamu tidur aja, aku juga mau tidur"

"Pertanda apa sih, Fir"

"Ya pertanda, maksudnya dia ngingetin kita, kalo mereka selalu mengintai kita, udahlah tidur, ngantuk aku"

Kami berdua tidur duluan, karna emang capek.

....

Sedangkan para pendaki lain. mereka masih berada didekat api unggun.

3 pendaki perempuan bernama, Mia, Aulia, dan Rara, mereka juga mulai masuk tenda. 

Kini yang tersisa diapi unggun hanya 5 orang. Zio, Faisal, Alfa, Bryan, Malik. 

Ya, mereka memutuskan untuk bergadang dan menjaga para perempuan.

Untuk menghilangkan rasa sepi, mereka mulai berbincang.

"Zi, asal kamu darimana?"

"Aku dari Bandung, Sal"

"Bandung? waduh jauh juga"

"Ahaha iya"

"Kamu udah sering ngedaki gunung?"

"Lumayan sih"

"Udah berapa gunung?"

"Lupa, tapi pernah daki gunung dempo, cermai, gunung ini juga udah pernah"

"Waduh senior, nih"

"Sungkem sama senior"

"Hahaha, gak lah"

Kami berbincang sambil sesekali tertawa.

"Tuh, Bryan dia juga senior"

"Apaan sih Malik, gak seru ah bocorin kedok orang"

"Enggak dong, emang kenyataan haha"

"Ngomong-ngomong, kalian kesini dari kapan?"

"Kami jalan dari tanggal 10, niatnya mau 2 hari di atas, tapi gak jadi"

"Enak ya kan, pemandangan di atas sana"

"Iya, cuma ada air bah, jadi kami gak bisa lama-lama di atas"

Mendengar ucapanku tentang adanya air bah, mereka sontak terdiam.

"Apa? Air bah?"

"Iya, kenapa?"

"Kami sebelum datang kesini udah nanya-nanya sama petugas. apa gunungnya aman, maksudnya gak ada air bah, cuacanya baik. dan jawaban mereka gak"

"Enggak, beneran. aku ngalamin sendiri"

Ketika aku mulai bercerita, suara cekikikan mulai terdengar ditelingaku.

"Hah, ada suara itu lagi" batinku.

Aku terburu-buru masuk tenda.

"Hey, Zio. udah ngantuk?"

"Iya nih, aku tidur duluan"

"Oh ya udah"

Di dalam tenda, hanya aku sendirian, namun ketika didalam tenda, suara itu mulai menghilang. aku mulai lega.

Kini hari kembali cerah, kami semua membereskan tenda, lalu bersiap untuk turun.

"Bangun, udah pagi"

"Bi, bangun. ayo kita ke sungai"

"Huaa, ya bentar"

"Cepetan"

"Bentar lagi dong, masih ngantuk, Fir"

"Ya udah, aku duluan"

"Iya sana, berisik!"

Aku pergi duluan, karna Bianca, dia susah sekali bangun.

"Loh, Fir. Bianca mana?"

"Dia masih ditenda, masih ngantuk katanya"

"Oh ya udah, jangan lama-lama mandinya, cepetan temenin lagi Bianca"

"Iya, bawel sih"

Temanku yang lain mulai bertanya-tanya, apakah aku, dan Zio berpacaran.

"Fira, apakah kamu dan Zio pacaran?"

"Enggak, kok! aku bahkan gak kenal dia, maksudnya cuma kenal dia pas pendakian ini, doang"

"Iya? Sepertinya..."

"Sepertinya apa, sudahlah"

"Wah, sejuk banget"

"Iya pengen nyemplung, duh"

"Hahaha, silahkan"

Kami semua membersihkan diri sembari bersenang-senang disungai, sedangkan Bianca, dia masih belum datang.

....

"Huuhh, dimana mereka, aku masihh ngantuk sebenarnya" 

"Eh, itu siapa? kok dia gak ikut ke sungai, hey!"

"Siapa itu?"

"Kayaknya dia Mia, deh"

"Mia!"

Mia menoleh.

"Oh ya, Bianca. kau sudah bangun?"

"Iya, kau tidak ikut?"

"Aku kan menunggumu, tidak mungkin aku meninggalkanmu di tengah kesepian ini"

"Benar juga, tapi kenapa Fira, dia tidak berfikiran seperti Mia, bukankah dia sahabatku" batinku.

"Hey, kenapa kau bengong"

"Enggak, kok! ayo kita susul mereka"

"Ayo"

"Bentar, kamu tau dimana? aku gak tau soalnya"

"Tau kok, ikut aja"

"Oke"

....

"Bianca, dia dimana sih?!"

"Lama banget, aku susul aja"

"Yakin mau nyusul sendirian?"

"Iya"

"Biar aku temenin, deh"

"Yaudah, ayo cepet, takutnya dia nyasar!"

Kami bergegas menuju tenda.

....

"Dimana sih, jauh banget. kalo tau gini mending ikut mereka, tadi"

"Cerewet banget"

"Hah, hmm iya maaf"

"Makanya, jangan males-malesan! orang-orang pada beraktivitas, lu malah tidur!"

Seketika aku kaget melihat Mia menyentakku, tak sangka dia seperti itu. dan bahasanya yang kasar, membuat aku sedikit tersinggung.

"Loh, kok nyolot sih?!"

"Biasa aja kali!" 

Karna aku memang tipe orang keras kepala, aku membalas kata-kata Mia!

"Yang sopan!"

"Situ duluan yang nyolot!"

"Kalo situ gak nyolot, gue juga gak bakal gini!"

"Serah, karna lo udah gak sopan sama gue, gue mau pergi, rasain sendirian"

Mia lari, entah kemana. larinya begitu cepat. seperti hilang ditelan bumi. setelah Mia pergi, keadaan menjadi berbeda.

Suara teriakan perempuan terdengar di telingaku. aku mulai ketakutan, karna Mia, dia sudah meninggalkanku sendirian.

"Oh tuhan, aku sendirian"

"Siapa itu? Mia, jangan menakutiku, tolong!"

"Sial, aku sudah bersikap kasar pada Mia, tapi kan memang dia yang duluan. aku tidak bisa menerima semua ini!"

"Tapi, bagaimana sekarang. bagaimana aku bisa menyusul mereka, dan kembali ke tenda"

....

"Apa Bianca ada di tenda?"

"Gak ada!"

"Hah, kemana Bianca"

"Apa mungkin dia tersesat? Ya pas mau nyusul kita, gitu"

"Mungkin, juga"

"Jadi gimana dong, dia udah hilang, dan sekarang hilang lagi"

"Aku khawatir, takut dia kenapa-napa"

"Kita hanya pergi beberapa menit, sepertinya dia belum jauh"

"Ya benar, ayo kita cari sebelum dia semakin jauh!"

"Fir, kamu disini aja. biar kami yang nyari Bianca"

"Tapi, Zi?"

"Kau harus tetap ada disini!"

"Mia, Aulia, Rara, kalian hati-hati dan jaga Fira ya!"

Zio dan yang lainnya, mereka pergi mencari Bianca. aku benar-benar khawatir. entah berada dimana dia sekarang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status