Share

Bab 32. Baliho Pembawa Petaka

Aku mengedarkan pandangan ke segala arah. Ibu-ibu mulai mencibir tanpa sungkan. Sekitar sepuluh orang berkumpul di depan rumah, sesuatu yang belum pernah aku duga sebelumnya. Sandra terlihat sangat marah, dia masuk ke rumah, kemudian keluar membawa pisau lantas merobek baliho raksasa itu.

Entah siapa pelakunya, aku tidak bisa menebak. Tadi sebelum berangkat, rumah masih aman dari baliho. Kenapa setelah pulang ... apa tidak ada tetangga yang melihat pemasang baliho itu?

"Gak usah dirusak balihonya, kita semua udah tahu kalau kamu ini pelakor!" seru salah satu dari ibu-ibu yang ada. Bibir mereka merah merekah karena lipstick.

"Bener. Walau balihonya rusak juga nggak akan mengubah fakta kalau kamu pelakor. Mbak, jadi perempuan jangan gatal-gatal amat, kasian kalau gak ada yang garukin," sahut yang lain.

"Kasian Mbak Ana harus dicerai. Pantes aja aku udah nggak pernah ngeliat Mbak Ana jalan kaki ke pasar, ternyata udah pisah sama Dimas. Udahlah penampilan kayak babu, diperlakukan kayak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status