"Iya, Bu. Mas Dimas ada?" Zanna mengurai pelukan, menatap sendu pada mantan ibu mertuanya."Ada di kamar."Zanna mengangguk, kemudian tanpa permisi menuju kamar Dimas. Tidak ada alasan lain kecuali penasaran dengan keadaan lelaki itu dengan harapan hatinya semakin hancur dan terluka. Nila mengulum senyum, tetapi Zanna sudah malas duluan untuk membalasnya. Dia marah bahkan sangat marah.Di tempat tidur, lelaki itu memejamkan mata rapat. Wajahnya kuyu seolah tidak terawat. Padahal saat pertama mereka bertemu sampai berpisah, Dimas gagah, tampan rupawan. Waktu yang mengubah segalanya begitupun dengan perasaan mereka. Terlalu banyak ujian menerpa, khusus dialami Zanna."Dimas terpuruk, Na. Dia baru saja dipecat dari pekerjaannya. Tadi malam juga pingsan entah kenapa." Bu Tika menjelaskan dengan suara lirih, kedua tangannya memegang bahu Zanna untuk menarik simpati."Kasihan sekali Mas Dimas. Meskipun kami telah berpisah, aku tetap nggak tega melihatnya, Bu. Jadi, sekarang gimana, Mas Dima
Pukul lima sore, Zanna baru tiba di rumah karena dia menghabiskan waktu untuk perawatan di salon sekaligus belanja di mall. Menurut kepercayaan Zanna, seseorang yang memiliki banyak masalah sampai mengusik pikiran itu harus bersenang-senang jangan sampai berakhir bunuh diri.Dan sekarang dia seolah melupakan semua masalahnya. Tentang pengkhianatan Dimas, perlakuan ibu mertuanya dulu dan juga Nila yang mencoba mengelabui. Zanna tersenyum ketus mengingat gadis itu. Mungkin dia pikir Zanna adalah wanita lugu, tidak paham dunia tipu-tipu.Tidak, Zanna justru paham bagaimana cara menipu orang dengan baik. Dia pemilik zodiak Gemini yang kata orang bermuka dua. Akan tetapi, selama ini semenjak menjadi istri Dimas, Zanna lebih banyak mengalah dengan tujuan mempertahankan rumah tangga. Dia telat menyadari bahwa hubungan mereka bukan dipertahankan oleh Dimas pula, melainkan menunda perpisahan dan itu menyakitkan."Zanna, papa manggil kamu!" Alyssa mencekal tangan sang adik yang hendak masuk ke
Sepanjang malam Zanna memikirkan rencana kakaknya. Padahal Alyssa sendiri yang telah meminta Zanna untuk pura-pura baik seperti dalam drama xianxia itu. Menjadi baik untuk menggali informasi serta memanfaatkannya demi bisa kabur dari tempat yang dia anggap sebagai penjara.Setelah Zanna mencoba melakukan semua itu, Alyssa justru mengubah rencana dan seolah tidak suka dengan kebaikan palsu itu. Zanna semakin bimbang, tidak bisa menebak jalan pikiran sang kakak. Jika terus mengubah rencana, sama saja mengulur waktu berujung gagal. Zanna tidak mau jika pada akhirnya kalah dan dipandang remeh oleh Dimas sekeluarga.Meskipun udara di malam hari begitu menyejukkan, tetapi tidak bisa memberi ketenangan bagi Zanna. Terlalu banyak kebohongan dan sandiwara. Padahal wanita itu sejak dulu mendambakan kehidupan yang baik dan damai. Berbohong hanya akan menambah beban pikiran karena khawatir jika kebenaran terungkap di kemudian hari.Dari drama yang ditonton oleh Zanna membuat wanita itu percaya un
"Lalu, kenapa? Sandra itu bukan urusan aku. Lagi pula kamu yang tidur sama dia, ya kamu tanggungjawab. Mau pamer kalau sekarang kamu bakal jadi ayah? Perbuatan haram gitu dibanggain!" cetusku berusaha agar tidak teriak. Ternyata di zaman sekarang, polos dan bodoh itu beda tipis. Sudah banyak perempuan yang mengaku cinta, kemudian menyerahkan kehormatannya cuma-cuma saat lelaki membujuk rayu meminta bukti kesetiaan dengan janji akan dinikahi. "Kan, nanti aku juga yang bakal jadi suami kamu. Untuk apa takut nggak perawan?" "Ini supaya kamu nggak nyari yang lain. Aku takut ditinggal kamu." "Sayang, sekarang atau nanti apa bedanya? Toh, aku juga yang bakal ngambil di malam pertama kita." "Bukti cintaku sama kamu. Bukti cinta kita. Biar kayak suami istri benaran, jadi susah kalau mau putus karena pasti mikir dua kali." Seperti itulah kiranya ketika lelaki sudah menginginkan hubungan suami istri di luar pernikahan dengan kekasihnya, lalu seorang perempuan akan mudah luluh dan percaya.
Suasana tiba-tiba hening. Mereka tenggelam dalam pikiran sendiri. Zanna menghela napas, akhirnya dia mengungkapkan fakta bahwa dirinya bukanlah anak yatim piatu yang miskin dan juga tidak pernah menjadi wanita simpanan siapapun. Itu melegakan, minimal dia bisa menjadi diri sendiri ke depannya. Zanna berharap Alyssa tidak marah karena membongkar identitas lebih awal."Jangan mengarang cerita. Nama kamu memang Zanna Amani Z, tapi bukan putri Arsenio Zaroun. Seorang wanita simpanan akan selamanya jadi simpanan, bukan jadi anak!" Emosi Bu Tika meluap. Dia masih belum mau menerima kenyataan mengingat kelakuannya selama ini pada Zanna.Bu Tika tahu kalau dirinya bisa saja mendapat pembalasan dendam. Arsenio Zaroun sangat terkenal dengan sifatnya yang tidak mudah memberi maaf. Namun, Bu Tika dan juga Dimas terlalu ceroboh, telat menyadari semuanya."Mengarang cerita biasanya dilakukan sama ibu waktu aku masih jadi menantu. Ibu dan juga Nila sering menghasut Mas Dimas, memfitnah aku agar cint
Mata Zanna terpaku pada undangan pernikahan yang sejak tiga hari lalu dia letakkan di nakas. Sebuah undangan yang dibuatkan khusus oleh Dimas demi sang mantan. Zanna belum bisa menebak tujuan lelaki sialan itu selain karena ingin pamer bahwa dia bisa menikah tanpa bantuan darinya dan juga memiliki pengganti dalam waktu singkat.Tentu saja karena mereka telah menjalin hubungan bahkan ketika Zanna masih menjadi istrinya. Luka di dalam hati terbongkar begitu dahsyat ketika serpihan kenangan menggunung di depan mata. Bukan tidak bisa move on, tetapi terkadang memang butuh waktu untuk bisa pulih dari luka.Bukan hanya Zanna, tetapi beberapa orang di luar sana merasakan hal serupa. Baik itu laki-laki maupun perempuan. Ketika memberi cinta yang besar dan tulus kepada pasangan, maka mereka dengan mudah menyakiti. Meski sudah bertahun-tahun lamanya, tetap saja ada setitik luka di hati.Zanna berharap segera menemukan pengganti agar bisa melupakan Dimas sepenuhnya. Bukan hanya tentang cinta, te
Jantung Nila berdegup semakin cepat, kedua kaki terasa lemas seperti kehilangan tulang saja. Tangannya berpegang pada dinding, memutar otak bagaimana cara terlepas dari kematian.Gadis itu menyesali keputusannya untuk ikut dengan Zanna. Sungguh, dia tidak menduga sama sekali bahwa Zanna benar-benar sudah berubah. Padahal tadi dia tersenyum dan bersikap baik, hal itu berhasil membuat Nila percaya."Nila, jangan ketakutan begitu. Di rumah hitam ini hanya ada dua opsi." Zanna melirik sekilas pada kakaknya sebelum melanjutkan, "Pertama, mati perlahan. Kedua, tetap hidup, tetapi seperti mati.""Mbak Za jangan bercanda. Itu pilihan yang nggak masuk akal, Mbak!""Terserah, karena nggak ada opsi ke tiga. Kalaupun ada, itu nggak berlaku buat kamu."Alyssa mengangguk setuju mendengar ucapan sang adik. Meskipun rumah hitam itu milik Alyssa, dia memberi kekuasaan pada adiknya juga demi membalaskan dendam. Dia pun memberi isyarat pada Zanna untuk membuka tirai hitam yang berada satu meter dari mer
"Zanna!" teriak Dimas di depan rumah besar dan megah itu ketika berhasil melewati security dengan mudah.Hari semakin gelap, tetapi Dimas tidak peduli asal bisa menemukan Nila kembali. Kehilangan sang adik di hari pernikahan adalah sesuatu yang mustahil dia bayangkan. Padahal Dimas sudah mencoba menerima garis kehidupan yang Tuhan tentukan, tetapi semesta seolah berbalik melawannya."Zanna, keluarlah! Aku tahu kamu ada di dalam. Jangan sembunyi, Pengecut!"Pintu terbuka lebar. Zanna berdiri dengan tatapan yang sulit diartikan. Dalam beberapa detik, senyum terbit di wajah perempuan itu. Menatap lekat, seperti tidak ada masalah di antara mereka. Ya, Zanna telah meyakinkan hatinya bahwa dia bisa berdiri tanpa orang baru."Eh, ada pengantin baru. Harusnya kamu istirahat di kamar sama Sandra, Mas. Apalagi dia sedang hamil anak kamu, kok malah datang ke sini?""Nila mana? Kamu sembunyikan Nila di sini, kan?""Nila? Kenapa aku harus menyembunyikan adikmu di sini? Memang dia berguna?" Zanna m