Share

Bab 2

Dari kegelapan muncullah seorang pria berjalan mendekat dan lampu terowongan mulai memperlihatkan wujud aslinya.

“Hah?! Apa-apaan ini, gelandangan?!” seru Ian setelah sadar siapa pria di depannya.

“Apa kau sudah bosan hidup?!

“Gelandangan sialan!”

Pria misterius itu tampak tak peduli dengan semua makian Ian, dia semakin mendekat dan menarik lengan sang gadis hingga berhasil direbutnya dari tangan Ian.

“Lepaskan dia, bangsat!”

Ian tampak sangat murka ketika muncul orang asing yang menurutnya kumal dan menjijikan itu.

Sedangkan Jemima sama sekali tak peduli dengan siapa dia ditolong, yang pasti gadis itu sangat mensyukurinya karena ternyata masih ada yang peduli terhadap penderitaannya.

“Ayo kita habisi saja gelandangan itu!”

Ian dan kedua temannya bersiap untuk memberi ganjaran terhadap pria kumal di depannya, mereka mulai menyerang pria tunawisma yang saat ini wajahnya tertutupi sebagian hoodie jaket yang dikenakannya.

“Sejak kapan kita berurusan dengan gelandangan?” ejek Sam sambil mengarahkan tinjunya ke arah pria misterius tadi, tapi gagal karena pria itu dengan cepat bisa menghindari tinjunya.

“Belum pernah, piuh!” dengus Mat sedikit bersemangat karena pria itu ternyata cukup cekatan.

“Aku takut bajuku terkena penyakit dan kulitku terpapar bakteri dari tubuhnya.” Sambung Mat sedikit sarkas.

“Akh, kalian banyak bacot. Cepat ambil kembali Jemima untukku!” seru Ian terdengar tak sabaran.

“Hajar gelandangan itu!” lanjutnya memberi perintah.

Meskipun tampak enggan, Sam dan Mat maju bersamaan, mereka mengangkat kedua tinjunya, hanya Ian yang terlihat mundur karena menganggap sepele pria misterius itu.

Jemima maju selangkah, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh pria misterius yang dari tadi berusaha melindunginya. Tapi pria misterius itu menarik tubuh Jemima agar berlindung di belakangnya lagi.

Sam mengeluarkan senjata tajam, dari niatnya saja pria itu ingin sekali mengakhiri perkelahian itu dengan cepat karena merasa jijik terhadap penampilan lusuh gelandangan di depannya, dia juga tak kuat dengan bau yang ditimbulkan dari tubuh gelandangan itu.

Pria misterius bersamaan dengan Jemima kembali mundur beberapa langkah, Sam mulai melayangkan senjata tajamnya tapi sasarannya adalah Jemima, untungnya senjata itu tidak berhasil melukai Jemima, karena ditangkis oleh lengan pria misterius itu.

“Hey! apa yang kau lakukan Sam?!” teriak Ian yang melihat Sam hampir saja melukai Jemima.

Kedua mata Jemima melebar karena terkejut apalagi saat melihat darah mulai mengalir dari balik lengan baju pria misterius yang kini sedang melindunginya itu.

“Bagaimana? Sakit?” ejek Sam dengan seringainya.

“Kenapa gelandangan bau ini diam saja, hey! apa kau bisu?” ejeknya lagi, dengan wajah kembali menyeringai tak jelas.

Pria misterius itu tak berkutik, dia bahkan tak merasakan perih pada tangannya.

“Cih! Pria menyedihkan!” dengus Ian terdengar jelas, entah menghina Sam yang tak mempedulikan perkataannya, entah pada pria misterius itu.

“Bunuh saja dia Sam, pemerintah tak akan menyalahkan kita, lagi pula mereka hanyalah hama!” seru Mat.

Mendengar itu Sam tertawa senang, hobinya memang menghajar seseorang seperti ini, dia kembali bersiap untuk menyerang.

“Lari!” seru Jemima pelan.

Pria misterius itu menghentikan geraknya, berharap kalau dia salah dengar.

“Ayo kita lari saja, bodoh!” seru Jemima lagi terdengar lirih tapi jelas.

“Dalam keadaan begini seharusnya kita menghindar.” Bisik Jemima lagi sambil melihat sana sini, mencari jalan keluar.

What? Gadis aneh. Batin pria misterius itu, mendadak kesal.

Jemima memegang erat tangan pria misterius itu dan tampak bersiap untuk menariknya kabur, tapi genggaman tangan itu segera pria misterius itu lepaskan.

“Hey, apa yang kau pikirkan? Apa kau mau mati untukku?” tanya Jemima, dengan wajah terkejut.

Pria misterius itu mengangguk, “a-apa? Dasar pria gila! aku gak mau siapapun berkorban untukku!” seru Jemima kesal.

“BODOH!” lanjutnya mendengus.

“Apa salahnya berkorban untuk gadis aneh sepertimu.” Gumam pria itu setelah sekian lama membisu. Jemima hanya melirik bingung saat mendengarnya.

Sementara itu Sam yang tak sabarkan kembali menyambarkan senjata tajamnya, kali ini Jemima maju hingga senjata itu menggores dalam lengannya.

Pria misterius itu amat terkejut hingga dia tak sadar kalau saat ini tubuh mungil si gadis berada dalam dekapannya, Jemima sekilas melihat ke arahnya, kedua mata mereka saling memandang, Jemima tampak tersenyum puas saat tubuhnya berada dalam dekapan pria misterius itu.

“Apa yang kau lakukan Sam! Aku ingin kau menusuk gembel itu! Bukan wanitaku!” teriak Ian yang berjalan mendekat sambil membuang puntung rokok tadi ke sembarang arah karena emosinya mulai tersulut oleh kecerobohan Sam.

“Ma-ma-maaf Ian, tak sengaja.” Balas Sam, membela diri dengan sangat mudah dan berpura-pura gagap seolah dia takut.

Ian menatap murka, dia malas harus menghabiskan tenaganya untuk menghajar Sam. Pria itu melangkah mendekat dan bersiap menendang atau meninju pria misterius itu dengan maksud segera merebut Jemima kembali. Tapi sayangnya, pria misterius itu lebih dulu memukul wajah Ian hingga Ian terhuyung kesakitan.

Sam dan Mat segera maju untuk membantu Ian, mereka bersamaan menghajar pria yang mereka anggap seorang gelandangan itu, tapi entah kenapa bahkan mata Ian sendiri melihatnya, kalau yang menjadi sasaran Sam juga Mat adalah Jemima. Kedua pria itu kembali menusukkan senjatanya ke arah Jemima, tapi lagi-lagi pria misterius itu segera melawan hingga pisau itu menusuk telapak tangannya, Jemima mulai sangat ketakutan dan terkejut. Bagaimana dia tidak terkejut saat melihat seseorang yang tak dikenalnya itu terus saja mengorbankan diri untuknya hingga beberapa kali?

Melihat keganasan pria bernama Sam juga Mat, kali ini pria misterius itu benar-benar tak mau menyia-nyiakan waktunya, entah kenapa Jemima terus saja jadi sasaran kedua pria itu, dengan cepat pria tunawisma itu menendang dan memukul Mat secara bergantian hingga pisau yang mereka pegang terpental jauh, Sam dan Mat terlihat kewalahan, Mat tak sempat bangun karena di terjatuh cukup keras hingga pinggangnya terasa sakit, sedangkan Sam terlihat didekati pria misterius itu yang dengan cepat menindih tubuhnya dan mencecar Sam dengan pukulan, Mat mencoba bangkit untuk menolong Sam dengan memukul kepala pria misterius itu dari belakang, sayangnya pukulan itu tak mempengaruhinya, yang ada kini pria misterius itu melirik ke arahnya dengan tatapan sadis, Mat terlihat ketakutan karena kini sasaran gelandangan yang menurutnya sangat menjijikan itu adalah dirinya.

Mat melihat sekeliling hingga pandangannya tertuju pada pisau miliknya yang segera dia raih, tapi dengan secepat kilat senjata tajam yang ada dalam genggaman Mat segera pria misterius itu rebut, pria itu menjauh lalu bersiap untuk melemparkan pisau itu ke arah Mat, seketika tubuh Mat kaku hingga kedua tangannya diangkat, sayangnya pria misterius itu tak mau meloloskannya, senjata itu tampak melesat dan langsung menancap tepat pada telapak tangan Mat.

“ARGH! Tidak… tanganku….” Rintih Mat sambil memegangi telapak tangannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status