Share

Mengamuk

Pedalaman Bener Meriah Awal 1998

TEUNGKU FIAH mengamuk. Ini baru kali pertama orang tua itu terlihat begitu marah. Sejumlah ilalang di depannya dibabat habis.

Kemarahannya mencapai ubun-ubun. Seakan ada bom yang meledak dalam tubuhnya. Hatinya hancur berkeping-keping.

Ia benar-benar terluka tatkala mengetahui anaknya yang kedua tewas di ujung senjata tentara republic. Ia ingin cepat-cepat kembali ke Nicah Awe untuk melihat pemakaman terakhir untuk anak itu.

Namun perintah komandan, ia tidak boleh turun gunung. Minimal hingga keadaan sedikit aman dan tenang. Sejumlah pasukan gabungan siaga di lokasi. Tak hanya dari wilayah Peureulak, tapi juga Pase dan Gayo, kini bergabung di lokasi itu.

Rencananya akan ada rekrutmen pasukan baru.

“Kalau turun, teungku tak lagi diizinkan kembali ke pasukan.”

Begitu perintah yang datang dari para pimpinan di sana. Biarpun dirinya termasuk yang dituakan dalam perjuangan, teta

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status