Share

Mirip Seseorang

Lelaki muda itu masih tampak kesal. Ia merasa lelah akan segala yang terjadi.

“Sudahlah Aixlon jangan terlalu kau pikirkan!” Serkey menepuk pundak Aixlon untuk menenangkannya.

“Bagaimana keadaan di luar?” tanya Aixlon mengubah pembicaraan. Ia masih kesal jika harus kembali membahas kejadian tadi malam.

“Baik-baik saja,” jawab Serkey.

“Tidak ada penyerangan kembali, kau bisa bersantai sejenak,” tambahnya. Serkey tahu bagaimana sibuknya temannya itu menyesuaikan jadwalnya, mulai dari menjaga perbatasan, hingga sekarang harus menumpas pemberontakan yang berlangsung. Aixlon bahkan tidak menyentuh makanannya sejak tadi karena kerisauannya terhadap penyerangan di desa lainnya. Ia telah mengutus pasukan kerajaan dan kesatria keluarga duke untuk bersiap di titik yang telah ia tentukan. Ia juga mengirim surat kepada bangsawan lainnya untuk berjaga-jaga jika ada penyerangan kembali.

Seharusnya lelaki muda tersebut tidak harus sesibuk ini jika Sang Matahari kerajaan mendengarkan ucapannya. Serkey hanya dapat bergeming di tempatnya kala itu.

***

Malam telah sampai pada puncaknya, tetapi sinar rembulan senantiasa redup. Sepertinya semesta juga mengetahui kekacauan yang terjadi di negeri ini.

“Hei Aixlon! Mau ke mana kau?” tanya Serkey sembari berlari-lari kecil untuk menyeimbangkan langkahnya dengan Aixlon.

Ia terus mengikuti Aixlon meski tidak mendapatkan jawaban dari lelaki tersebut, hingga langkahnya terhenti di depan tenda penginapan sang raja. Ia menebak-nebak hal yang sedang terjadi dari raut wajah Aixlon, dan merasa tidak berhak untuk ikut masuk ke dalam.

Serkey menyuruh kesatria kerajaan yang tengah bertugas menjaga tenda tersebut untuk pergi. Biar dia saja yang berada di sana, pada awalnya mereka enggan meninggalkan tempat tersebut, tetapi setelah mendengar pernyataan Serkey yang meyakinkan, mereka bersedia beranjak dari tempatnya.

“Salam kepada Baginda Raja,” salam Aixlon pada seorang pria paruh baya yang tengah bersantai di kursinya.

“Ada apa Duke? Kenapa datang malam-malam?” tanya pria tersebut. Ia adalah raja dari kerajaan ini; Kerajaan Lisun. Pria tersebut bernama Harley de Ogragia. Ia dikenal sebagai raja terburuk abad ini, bahkan dari sejarah panjang berdirinya kerajaan. Sikapnya yang selalu saja menutupi kesalahan anaknya yang sekarang diangkat menjadi putra mahkota, sang pembuat onar.

Keadaan tersebut diperburuk dengan banyaknya pemberontakan di masa kepemimpinannya. Terlebih belakangan ini, hampir tiga pemberontakan telah Aixlon padamkan, ia juga sering melakukan negosiasi dengan negara tetangga agar perang tidak terjadi. Popularitas Aixlon di kalangan rakyat terkadang membuat Harley kesal. Namun, ia tidak dapat menghentikan Aixlon secara politik karena melemahnya faksi pendukung kerajaan. Tanpa faksi, kerajaan tentu tidak dapat berkuasa sepenuhnya. Harley takut Aixlon akan melakukan pemberontakan, atau bersatu dengan faksi bangsawan. Sudah jelas ia akan digulingkan dari takhtanya. Oleh karena itu, Harley mengikat Aixlon dalam hubungan pernikahan dengan putri Agnesia. Harley sangat mengetahui seberapa cinta Aixlon pada putrinya tersebut.

Pilihan Harley untuk menikahkan putrinya dengan Aixlon adalah pilihan yang benar. Sudah hampir lima tahun lamanya mereka membangun rumah tangga, selama itu juga Aixlon sangat setia pada kerajaan walau dia tidak masuk ke faksi pendukung kerajaan.

“Maaf mengganggu waktu Baginda, saya memiliki informasi yang penting!” ujar Aixlon berterus terang.

“Katakan!” seru Harley dengan suara beratnya.

“Penyerangan di desa ini hanyalah umpan Baginda,” ucap Aixlon tanpa gemetar sedikit pun. Jika rakyat biasa atau bangsawan lainnya pasti akan gemetar berbicara dengan rajanya, terlebih sang raja dikenal sebagai diktator yang tak segan menghukum orang-orang yang tak bersalah sekalipun.

“Lalu?” tanyanya sembari menatap Aixlon.

“Maaf Baginda, tetapi saya harus mengatakan ini. Dalang dari penyerangan ini adalah putra mahkota!” seru Aixlon, ia merasa ada ketegangan saat ini. Aixlon tahu bahwa pemimpinnya itu bukanlah seseorang yang tidak pandai sehingga tidak mengerti ucapannya yang sengaja tidak ia perjelas.

“Itu hanya kabar angin belaka!” Nada bicara Harley terdengar marah.

Mendengar seruan tidak mengenakkan tersebut, membuat Aixlon frustrasi. Entah harus bagaimana lagi ia memberi tahu Harley agar dapat mempercayainya. Tidak sekali dua kali Harley bersikap demikian.

Serkey yang mendengar di luar ruangan juga turut merasakan apa yang dirasakan Aixlon.

***

Walau mendapat sikap yang kurang mengenakkan, Aixlon tetap berjaga-jaga dengan mengirim beberapa kesatria di titik penyerangan berikutnya yang ia terima dari mata-mata yang ia beri tugas.

“Apa langkahmu selanjutnya, Duke?” tanya Serkey.

Aixlon hanya menggelengkan kepalanya. Ia juga bingung harus bersikap bagaimana.

“Apa kau tidak lelah dengan semua ini?” tanya Serkey lagi.

Jujur saja Aixlon lelah dengan semua yang tengah ia tanggung. Begitu banyak beban yang harus ia pikul.

“Sudahlah!” seru Aixlon sembari beranjak dari tempatnya.

Ia menghirup udara segar di luar ruangan. Netranya diedarkan ke seluruh sudut. Netranya menangkap pemandangan yang cukup familier baginya.

“Rambut merah!” batinnya.

Seketika, langkah kakinya tidak dapat ia tahan untuk berlari menghampiri dua anak yang tengah duduk di tanah.

Ketika ia ingin meraih salah satu di antara mereka, tampak sikap kewaspadaan. Mereka mundur beberapa langkah.

“Siapa kau?” tanya anak lelaki itu dengan tegas. Ia merentangkan tangannya, seperti ingin melindungi gadis yang tengah bersembunyi di belakangnya.

Aixlon yang melihat itu semua, tampak sedikit terkejut.

“Te-tenanglah, Nak! Aku bukan orang jahat!” ujarnya menenangkan.

“Ada apa?” tanya anak laki-laki tersebut dingin, masih dengan sikap kewaspadaannya.

“Siapa namamu?” Aixlon kembali melontarkan pertanyaan.

“A-aku Gley, dan dia Ja-Jack!” ujar gadis di belakang anak laki-laki tersebut.

“Shut Gley diam! Kita tidak tahu siapa dia,” titah anak di hadapan Gley.

“Sepertinya tidak Jack. Dia memiliki rambut yang sama denganmu,” ujar Gley, ucapannya terdengar aneh.

“Memangnya kenapa?” ujar Jack. Ia mengamati pria muda di hadapannya, dan baru menyadari kesamaan tersebut.

“Kau berambut merah baik, dia juga pasti baik,” ucap Gley berbisik pada Jack. Meski mereka berbisik-bisik, tetapi Aixlon tetap bisa mendengar percakapan mereka. Standar kebaikan menurut gadis kecil itu hampir membuat Aixlon tertawa karena ia begitu polos.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status