Share

Dark Life
Dark Life
Penulis: Siti Ulfa Afkari

Tentang Jack

Menapaki jalanan tanpa tujuan, luntang-lantung berkeliaran, menelusuri jalanan yang sama setiap harinya. Anak lelaki itu tampak menyedihkan. Tubuh penuh luka, bahkan beberapa di antaranya membusuk akibat infeksi luka yang ada. Sebagian menatapnya menjijikkan, tetapi yang lainnya merasa iba dan kasihan. Sejak lahir ke muka bumi, ia tidak pernah merasakan ada kehangatan di hatinya. Ibunya telah tiada saat ia baru membuka matanya, sang ayah pergi mengembara tanpa tahu bagaimana kabarnya di sana, meninggalkan seorang anak lelaki mungil yang baru saja terlahir ke dunia.

Manusia-manusia baik dengan simpati tinggi, membantunya hingga kini.

“Hai Jack!” sapa gadis kecil, sepertinya umurnya sebaya dengan Jack; anak lelaki yang ia sapa barusan.

Anak itu hanya berdeham untuk membalas sapaan dari gadis kecil itu.

“Dari mana?” tanyanya sembari merangkul Jack. Tubuhnya yang tinggi, sangat memudahkannya untuk merangkul Jack, anak lelaki di sampingnya dengan tinggi tak sepadan dengannya, tubuhnya kurus sampai-sampai tulangnya menonjolkan diri. Hampir tak terlihat daging menyelimuti tubuhnya, hanya tubuh penuh tulang terbungkus kulit saja. Wajar saja, upah yang ia dapat setelah bekerja seharian penuh tak mampu menutupi kebutuhan gizinya. Dapat makan sekali sehari saja ia sudah sangat bersyukur. Setidaknya ia tidak harus menahan dahaganya.

“Hanya dari pasar. Ada apa?” Jack melepas rangkulan gadis itu.

“Makan di rumahku yuk! Nenek masak makanan enak lho!” seru gadis itu dengan semangat menggelora.

“Tidak Gley, terima kasih,” balas Jack.

“Ayo Jack!” ajaknya lagi sembari menarik tangan Jack, lalu membawanya berlari menuju rumahnya.

“Gleysia, lepas!” ujar Jack, ia mencoba melepas genggaman tangan Gleysia, tetapi tidak bisa.

Akhirnya, ia telah berada di sebuah rumah, ah tidak! Tempat ini tidak mirip dengan rumah, hanya gubuk kecil dengan keadaan lebih hangat dari tempat Jack mengistirahatkan tubuh kecilnya.

“Nenek!” pekik Gleysia keras di luar pintu masuk.

“Oh Gley! Ada Jack juga! Ayo masuk!” ujar seorang perempuan paruh baya setelah beberapa saat Gley memekik memanggilnya.

Jack mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, seolah mencari-cari sesuatu. Sebenarnya, ia sudah sering datang ke rumah Gley sejak ia kecil, sebab nenek dari Gley-lah yang sering menolong Jack. Ia mendengar kabar bahwa, nenek Gley adalah salah satu seseorang yang mengurus Jack sejak kecil, kabar angin juga mengatakan bahwa nenek Gley memiliki kedekatan khusus dengan kedua orang tua Jack. Gleysia dan neneknya adalah satu-satunya orang yang sangat peduli pada Jack. Meski tubuh Jack penuh dengan bau tak menyenangkan karena luka-luka yang ia peroleh tidak pernah membuat mereka menjauhinya, seperti saat ini. Sebelum Gley dan Jack mulai menyantap makanan, luka-luka di tubuh Jack telah diobati terlebih dahulu, ya ... tentu saja oleh neneknya Gley; Flosia.

“Ayo Jack kita makan!” ujar Gley bersemangat. Ia mulai menyantap makanan-makanan sederhana yang terletak di atas meja. Baru saja Jack hendak mengisi perutnya dengan makanan tersebut, sebuah celetukan pedas membuat hatinya sedikiti sakit.

“Makanan sedikit mau dikasih ke orang lain. Mana kenyang!” ujar seorang pria tampak berusia tiga puluh tahunan.

Berbeda dengan sang ibu yang sangat berbaik hati pada Jack, anak laki-lakinya justru bersikap terbalik. Ia sangat tidak menyukai keberadaan Jack di tengah keluarganya.

“Paman Dare! Ayo makan!” ajak Gleysia dengan polosnya. Sedang pria yang ia ajak hanya menatapnya sinis. Lalu meninggalkan rumah tersebut. Meninggalkan suasana canggung. Jack bergegas menyelesaikan makannya, lalu berpamitan.

Hatinya hancur saat ini. Namun, Jack bersikap seolah ia baik-baik saja, walau ia kerap kali mendapatkan pernyataan atau tindakan yang menyakitkan, hatinya tetap terasa sakit jika mendapatkan pernyataan itu kembali. Dare adalah satu-satunya paman Geysia, ia adalah tulang punggung di keluarganya. Ibunya yang telah tua, serta keponakannya yang masih kecil tidak mungkin dapat bekerja memenuhi kebutuhan hidup mereka. Jack mengerti akan hal itu, ia juga tidak mengharapkan kejadian seperti ini berulang kali. Bukan kehendak Jack lahir dalam keadaan penuh kemalangan.

Jack, dengan usia yang masih muda menanggung seluruh beban di pundaknya. Ia baru saja genap berusia sepuluh tahun. Waktu di mana anak-anak seusianya sangat bersemangat dengan segala permainannya. Namun, Jack dipaksa oleh semesta untuk menjadi tangguh. Kerap ia mengeluh, tetapi keadaan tetap saja tidak berubah. Seolah itu takdir yang memang harus Jack hadapi.

Tubuh kecil itu terbaring di atas tanah tanpa suatu alas, posisinya sama dengan hewan melata yang memang hidup di tanah. Tidak ada yang tahu pasti apa yang Jack rasakan saat ini. Ia tidak pernah mengungkapkan emosinya secara frontal kepada siapa pun, termasuk Gley—teman satu-satunya yang ia miliki. Pakaian penuh tambalan di mana-mana membuat Jack sekali lagi merasa kedinginan dalam kesunyian.

“Kapan ini semua akan berakhir?” batinnya. Ia membayangkan bagaimana rasanya hidup sebagai seorang bangsawan, di dunia yang ia diami saat ini. Pasti rasanya menyenangkan! Tidak akan kelaparan, tidak mengalami kekerasan, dan kehidupan malang yang menimpanya tidak akan terjadi di kehidupan bangsawan. Bahkan, untuk bangsawan dengan level terendah seperti pemimpin daerahnya saat ini, Baron Louce, terlihat memiliki kehidupan yang menyenangkan. Ia kerap kali diceritakan oleh paman penjual kain di pasar, tentang kehidupan masyarakat kelas atas. Kehidupan dengan bergelimpangan harta, berada di puncak kekuasaan.

***

Ledakan-ledakan terdengar jelas saling bersahutan di udara. Teriakan-teriakan terdengar keras, membuat anak itu terbangun dari tidurnya, ia panik setelah mengamati kejadian di luar rumahnya. Namun, naas sebuah serangan sihir meleset mengenai gubuknya hingga membuat ia tertimbun di bawahnya

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status