Share

The Order

Bumi sudah kehilangan keindahannya. Yang tersisa hanyalah tanah-tanah gersang dan bukit-bukit tandus. Negara-negara besar dan kecil, negara kaya dan miskin, negara superpower dan berkembang, semuanya sudah runtuh. Bahkan istilah negara sudah lama hilang dari peradaban. Tak ada lagi sekat-sekat bangsa dan negeri. Dunia sudah tidak terbagi menjadi ratusan negara. Semua sistem berganti menjadi satu kepemimpinan terpusat yang dikendalikan oleh organisasi raksasa yang mewakili seluruh ras manusia. Organisasi itu bernama The Black Emperors yang dipimpin langsung oleh Sang Kaisar Agung. 

Sosok Kaisar Agung yang menjadi misteri, tak begitu dipertanyakan oleh penduduk bumi yang sudah lelah bergelut dengan asa setiap harinya. Kehidupan begitu keras hanya untuk mencari sesuap nasi, sehingga tak ada lagi waktu untuk memikirkan hal lain.

Anka Hadar yang salah satu tugasnya adalah menjadi penghubung antar tiap ordo kepada Kaisar, juga tidak pernah melihat wajah itu secara langsung. Mereka hanya saling berbicara dengan dipisahkan oleh tabir. Sang Kaisar duduk di singgasana mewah yang dikelilingi oleh kain sutera putih. Pengawal khusus Kaisar tampak selalu siaga di keempat penjuru singgasana. Semua orang hanya mampu mendengar suara seraknya tanpa bisa menatap wajahnya.

Seperti saat ini, Anka Hadar memberi laporan tentang kemungkinan pemberontakan terhadap Sang Kaisar yang hanya ditanggapi dengan deheman dan kekehan pelan.

"Saya ditugaskan untuk melakukan penyelidikan dan penumpasan kepada semua pemberontak, Yang Mulia," tutur Anka yang berhati-hati dengan setiap kata yang dia ucapkan.

"Waspadalah, Anka!" titah Sang Kaisar, mengingatkan.

Anka Hadar yang semula menunduk, mendongak ke arah singgasana, "Berhati-hati terhadap apa kah, Yang Mulia?"

"Semua berawal dari pemikiran, Anka.. Jika pemikiran mereka mulai runcing, di saat itu lah eksistensi kita akan terancam."

Anka hanya terdiam mencerna kalimat Kaisar Agung yang susah ia mengerti.

"Jangan menumpas pemberontakan dengan senjata, karena mereka akan terus tumbuh bagaikan Hydra. Tumpaslah mereka dengan pemikiran. Rasuki otak mereka. Tanamkan pengertian baru. Maka, perlawanan itu akan hilang dengan sendirinya," suara serak Sang Kaisar memasuki alam pikiran Anka.

"Saya mengerti, Yang Mulia," Anka menunduk dalam lalu berpamitan. Sepanjang jalan ke luar markas, otak Anka Hadar tak berhenti berputar. Perang pemikiran, itukah yang Kaisar Agung inginkan? Perang yang tak membutuhkan fisik yang kuat, tak membutuhkan peralatan perang yang canggih, namun membutuhkan waktu bertahun-tahun. Entah atas dasar apa Sang Kaisar memilih jalan itu, Anka hanya harus patuh.

Terdapat tujuh Ordo di dalam organisasi The Black Emperors. Tiap-tiap Ordo memiliki wilayah kekuasaan masing-masing. Ordo terkuat, Fallen Eagle, menguasai wilayah utara benua Amerika. Ordo terkuat kedua, Puma, berkuasa atas bagian selatan benua Amerika. Sementara Ordo ketiga, White Ghosts, menguasai wilayah Eropa. Ordo keempat, Red Phoenix menduduki Australia dan kepulauan di sekitarnya hingga Karibia. Ordo kelima, The Giant Boa, menguasai benua Afrika. Ordo keenam, Golden Swan, berhak atas benua Asia dan seluruh daratan khatulistiwa. Ordo terakhir, adalah Ordo Dark Shadows, tempatnya bernaung yang menguasai benua Antartika.

Sebuah rahasia besar, jika Dark Shadows didirikan untuk menjadi pengawas bagi ordo-ordo lainnya. Ordo paling gelap dan paling misterius yang bertugas mengawasi penyimpangan yang mungkin terjadi di tiap Ordo. Ordo Dark Shadows pula lah yang memiliki keistimewaan untuk menjaga kekaisaran dari segala ancaman. Oleh karena itu, setiap identitas anggota Ordo Dark Shadows sangat dirahasiakan. Tak ada yang tahu latar belakang dan informasi pribadi seorang Anka Hadar, sehingga menjadi kesalahan fatal baginya ketika memutuskan jatuh cinta dan menikah dengan seorang wanita spesial bernama Violet. Anka Hadar sudah melanggar sumpah untuk selalu menjaga kerahasiaan dirinya. Anka Hadar juga melanggar kode etik yang mewajibkan tiap anggota Dark Shadows untuk tidak berhubungan apapun dengan siapapun di luar Ordo.

Kini Anka Hadar berniat mengawali semuanya dari awal dengan berusaha menjalankan misi sebaik-baiknya. Dia akan memata-matai Ordo terkuat di bumi yang memiliki kemungkinan paling besar dalam merebut kekuasaan Kaisar Agung. Anka menyetting Orionnya dengan tujuan New York, markas pusat Fallen Eagle.

Perjalanan singkat bersama Orion, tak terasa sudah membawanya sampai di pusat kekuasaan Fallen Eagle. Kubah raksasa yang terletak di atas atap gedung pencakar langit milik Ordo terkuat itu, terbuka pelan demi menyambut kedatangan Anka.

Seluruh Ordo yang bernaung di bawah Black Emperors hanya mengetahui profil Anka Hadar sebagai staf khusus adminstrasi Kekaisaran. Tak ada yang mengetahui bahwa dia adalah salah satu dari sekian manusia misterius yang hidup di bawah Dark Shadows. 

"Selamat datang, Tuan!" seorang pria bersetelan jas berwarna perak menyambutnya sesaat setelah Orion mendarat dengan gagah di landasan helipad.

Anka Hadar mengangguk dan menyalami pria itu. 

"Tuan Sirius berniat menyambut anda di ruang Minerva," pria itu memberi hormat dengan menundukkan badannya.

"Sebenarnya aku hanya ingin langsung bekerja, tapi sepertinya tidak salah jika aku harus mengawalinya dengan meminum sesuatu yang segar," seringai Anka.

Pria itu terkekeh pelan, "Semua sudah kami siapkan khusus untuk Anda," sahutnya sembari membuat isyarat tangan agar Anka Hadar mengikuti langkahnya.

"Welcome, Brother!" sambut Sirius el Nath, ketua tertinggi dari Ordo Fallen Eagle. Anka Hadar telah tiba di ruang Minerva. Ruang yang dikenal sebagai ruang bersenang-senang. Lampu-lampu  berwarna-warni disertai hentakan musik yang mengguncang gendang telinga, ditambah wanita-wanita cantik dan molek menjadi pemandangan luar biasa di dalam sini.

Anka menyambut uluran tangan Sirius dan menjabatnya erat. "Kau sudah mendengar tujuanku ke sini, kan?" tanyanya.

"Tentu saja! Nanti akan kusuruh anak buahku mengantarkanmu ke pusat hard drive. Kau bisa menemukan penyimpangan apapun dari sana. Aku tidak akan menghalangi penyelidikan," ucap Sirius yang terlihat sedikit mabuk.

"Minumlah dulu!" Sirius memberikan gelas minuman di genggaman kepada Anka. 

Tanpa menunggu waktu lama, Anka menenggaknya dan meringis, "Sudah cukup! Aku tak mau mabuk di hari pertamaku bekerja!"

"Hahaha, baiklah!" seru Sirius. "Apa yang kaubutuhkan?"

"Semua data dan akses tanpa terkecuali," jawab Anka Hadar datar.

Sekilas, raut wajah Sirius nampak berubah. Terbersit sedikit ketakutan dan kewaspadaan di sorot matanya,"Baiklah, anak buahku akan mengantarmu ke pusat hard drive," sahutnya pelan.

"Terima kasih," ucap Anka.

Sirius menggoyangkan jarinya, isyarat bagi salah satu anak buahnya agar mendampingi Anka. Seorang pria yang menyambut kedatangan Anka di landasan helipad tadi mendapat kesempatan itu.

"Saya akan mengantarkan Anda," ujarnya sambil tersenyum. Menghormat pada Sirius, lalu berpamitan ke luar ruang Minerva, pria berambut klimis itu sopan mendampingi langkah Anka Hadar yang lebar. 

Pria itu mengarah pada lift dan memencet lantai terbawah, "Pusat Hard Drive kami terletak di dasar gedung dengan sistem keamanan berlapis."

Anka mengangguk seraya tersenyum. Mereka kemudian terdiam selama beberapa menit di dalam lift hingga pintunya terbuka. Terhampar ribuan kotak hitam persegi memanjang dengan tinggi seukuran tubuh manusia dewasa, berjajar hingga ke ujung ruangan dengan kabel-kabel berwarna-warni sebagai penghubung antar kotak.

Dia memulai pekerjaannya dengan polpen pintar. Berbentuk layaknya alat tulis biasa yang ia tancapkan pada salah satu kotak hitam persegi yang ada di depannya. Polpen itu lalu memancarkan cahaya. Kemilau warna birunya membentuk layar hologram, memunculkan berbagai macam angka dan kurva, juga gambar dan segala macam aktivitas yang terjadi di dalam gedung.

Anka Hadar menghela napas panjang. Ternyata pekerjaan ini lebih sulit dari yang dia bayangkan. Melihat data yang tersaji di depan matanya, tampaknya bukan hanya Ordo Fallen Eagle yang berpotensi sebagai ancaman, melainkan juga kelima ordo lainnya. 

Dari data yang ia baca, Sirius dan seluruh jajarannya kerap mengadakan pertemuan tertutup bersama kelima pimpinan Ordo di seluruh dunia. Intensitasnya terlalu sering dan mencurigakan. 

'Meracuni otak mereka dengan pemikiran baru sepertinya akan menghabiskan waktu belasan tahun lamanya', bisik Anka Hadar dalam hati.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wiselovehope
Anka Hadar macho bener, bikin baper (✪ω✪)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status