Share

Demon King
Demon King
Penulis: Ayaya Malila

The Beginning

Tahun 2100, alam tak lagi ramah akibat tangan-tangan serakah yang menghisap habis kekayaan dan sumber daya bumi. Pemanasan global, kejahatan yang merajalela dan tingginya polusi udara membuat populasi manusia makin menurun.

Di tengah hiruk-pikuk dan carut-marutnya dunia, di daerah sekitar lintang khatulistiwa, seorang anak laki-laki kecil mengais tong sampah di belakang sebuah restoran. Sarung tangan woolnya sudah berlubang di sana-sini, namun dia tak peduli hingga dia menemukan apa yang dicari. Sebuah burger yang masih terlihat baru dan bersih, terselip di antara tumpukan sisa-sisa makanan. Diusapnya dengan penuh kasih sayang burger keju itu, lalu dimakannya lahap.

"Devon!" sebuah suara wanita yang sudah dihapalnya berteriak nyaring. Devon menoleh dan meringis.

"Maafkan aku, Bu! Aku lapar!" ujarnya memelas.

"Jangan ulangi lagi! Itu yang terakhir kalinya kau memakan makanan sisa! Mulai besok kita akan makan enak!" seru ibunya.

Mata hijau bocah kecil itu membulat. "Ibu, ibu sudah berhasil mendapatkan pekerjaan?" tanyanya antusias.

"Ya! Ibu sudah mendapat separuh gaji di muka! Kita bisa membeli cukup gandum untuk seminggu ke depan. Sekarang usap mulutmu dan bantu ibu mengirim barang pada pelanggan!" titah ibunya, tanpa senyum lembut khas seorang wanita. 

Tanpa senyum lembut, tapi penuh cinta. Gelombang cintanya terpancar dari tatapan mata dan usapan halus di puncak kepala Devon. "Kau harus kuat! Tunjukkan pada ayahmu yang tak bertanggung jawab itu bahwa kita kuat dan bisa hidup tanpanya!" ujar wanita itu datar.

Dari kejauhan, dari balik jendela di lantai dua sebuah gedung kosong, seorang pria berwajah mirip bocah kecil yang berjalan riang bersama ibunya, sedang awas mengamati tingkah laku keduanya. Terdengar helaan napas berat dari laki-laki itu. "Maafkan aku, Violet! Semoga kau bisa membawa anak kita pergi jauh dari sini," gumamnya pelan.

"Tuan Anka Hadar, Ketua Ordo sudah menunggu kedatangan anda," tiba-tiba saja seorang laki-laki bersetelan hitam sudah berada di belakang, menepuk bahunya pelan.

Pria dengan panggilan Anka Hadar itu menoleh dan mengangguk, "Orion sudah siap?"

"Siap lepas landas, Tuan," jawabnya penuh hormat sembari membungkukkan punggungnya.

Anka Hadar kembali mengangguk dan bergegas ke luar ruangan, menaiki tangga darurat hingga ke atap gedung. Orion, sebuah aerocar, mobil terbang paling mutakhir yang dirakit khusus untuk dirinya, mengawang gagah menunggu untuk ditunggangi.

Pria berpakaian necis itu memasuki kendaraannya dengan gagah. Sebelum menutup pintu, lelaki bersetelan hitam kembali mendekatinya dan mengatakan sesuatu, "Ketua Ordo berharap segala berkas kepindahan anda ke Antartika sudah selesai. Anda bisa langsung segera bekerja hari ini juga."

"Semua sudah beres! Aku sudah menghapus identitasku di wilayah ini, jika itu yang majikanmu maksud," tajam sorot mata Anka Hadar pada lawan bicaranya.

Anka Hadar menekan ibu jarinya pada alat pemindai yang terletak di samping pusat kemudi dan tak lama kemudian, pintu tertutup. Orion naik ke ketinggian dan melesat secepat kecepatan suara.

Pria yang tampak begitu tegas dan berwibawa itu mengarahkan pandangan ke luar jendela. Di bawah, tampak hamparan putih dataran es. Tak sampai setengah jam, dia tiba di wilayah kekuasaan Ordo Dark Shadows, Antartika. Orion kesayangannya, selain sanggup melaju dengan kecepatan suara, ia juga bisa melakukan gerak loop, yaitu gerak lompat dari satu ruang waktu menuju ruang waktu yang lain, semacam gerak teleportasi jarak dekat. Kini, semakin jauh ia dari belahan jiwanya, Violet dan anak laki- laki semata wayangnya, Devon.

Orion sudah menentukan titik pendaratan. Anka Hadar mengencangkan sabuk pengamannya sebelum goncangan sedikit kencang itu terjadi. Mobil terbang pintar itu mengeluarkan empat rodanya dari bawah bodi. Sedikit keras menjejakkan bannya di atas permukaan es. Segera, Anka mengubah Orion menjadi sistem kemudi darat. Dia melajukan aero car kesayangan lurus ke arah gunung es beberapa ratus meter di depan. Tepat di bawah kaki gunung, lampu depan Orion mengeluarkan cahaya merah, menembus lapisan salju yang menutupi gunung.

Salju itu perlahan menguap, dinding besi raksasa muncul dari baliknya. Lampu depan Orion kembali menyala, lalu satu ruas dinding bergerak ke atas, membuka jalan untuk Orion bergerak masuk. Dengan kecepatan sedang, Anka mengemudikan mobilnya memasuki salah satu dari sekian banyak deretan tabung raksasa berwarna biru transparan. Tabung itu berfungsi sebagai elevator untuk membawanya ke Restriction Hall. Sebuah ruangan besar rahasia yang menjadi pusat komando Ordo Dark Shadows.

Sesampainya di sana, para petinggi Ordo sudah bersiap menyambut Anka. Sepatu hitam mengkilap Anka menimbulkan bunyi saat bertemu dengan lantai titanium Hall. Puluhan pria berjas hitam berdiri membungkuk menyambut kedatangannya, berjejer rapi di sisi kiri dan kanan jalurnya berjalan.

Segala kharisma, ketegasan dan kekuatan diri terpancar dari tubuh tegapnya. Tak ada seorangpun di ruangan besar itu yang tak tersedot oleh aura seorang Anka Hadar, termasuk para tetua Ordo yang berjumlah lima orang yang sudah duduk melingkar di meja bundar.

"Hadar!" seru seorang tetua, bertubuh kurus, berkulit putih pucat dan keriput. Dia tampak memicingkan mata menangkap sosok Anka yang berdiri beberapa meter di depannya. Bola mata tetua itu berwarna putih keseluruhan, seakan tak memiliki iris.

"Kesalahanmu begitu fatal. Kami sudah akan membunuhmu dan keluargamu kalau saja kami tak ingat kedudukan dan kekuatanmu di sini. Tapi, semua kejahatanmu yang tercatat di Buku Inti, akan kami hapuskan sampai habis tak tersisa jika kau berhasil menjalankan misi yang kami perintahkan padamu," ujar Tetua sembari mengelus jenggot tipisnya yang memutih dan meruncing.

"Apapun itu, Ketua! Saya siap," Hadar membungkukkan badannya sebagai tanda penghormatan.

"Bagus!" sang tetua kembali duduk. "Seperti yang kau tahu, Organisasi Black Emperors sedang bermasalah. Salah satu ordo diidentifikasi akan melakukan pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan Kaisar Agung. Adalah tugasmu, untuk menyelidiki ordo manakah yang berkhianat, sekaligus menghancurkan mereka. Tumpas segala sesuatu yang membahayakan kekuasaan sang Kaisar Agung!"

"Saya mengerti, Ketua! Saya akan menyelesaikan tugas ini dengan baik," jawab Anka seraya membungkukkan badannya lebih dalam lagi sebelum akhirnya berbalik meninggalkan markas rahasia yang sudah ia tinggalkan bertahun-tahun itu.

Tanpa sadar, wajah berwibawa itu menyeringai teringat kalimat yang sudah dilontarkan oleh tetua. Kejahatan? Satu-satunya kejahatan yang ia lakukan adalah jatuh cinta pada seorang rakyat biasa. Wanita cantik bernama Violet Caseia yang sudah mengubah hati hitamnya menjadi lebih berwarna, hingga melahirkan seorang bayi laki-laki yang begitu mirip dirinya.

Anka menghela napas panjang. Dia kembali teringat pada anak laki-lakinya yang akan memasuki usia 10 tahun bulan depan. Anak yang membawa kode rangkaian genetik spesial yang diturunkan olehnya sebagai ayah kandung. Rangkaian DNA yang berbeda dari manusia normal.

Siap atau tidak, kelak Devon akan menggantikan tempatnya. Anak yang teramat disayanginya itu akan mengalami nasib yang sama seperti dirinya, menyerahkan seluruh jiwa raga untuk patuh seumur hidup pada Dark Shadows.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wiselovehope
Suka banget dengan kisah ini, semua terdeskripsikan dengan epik.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status