Share

Cinta Itu Kegilaan

Usai sarapan, Husin membantuku mengangkat piring ke dapur. Aku sama sekali tak bisa apalagi berani membantah karena dia memegang satu kunci rahasia. Walau terganggu, aku hanya bisa bersabar seiring tingkahnya yang semakin berubah.

“Jangan takut seperti itu, aku juga gak punya hak buat melarang kalau kamu ingin memakainya,” godanya yang turut duduk tak jauh dari kamar mandi.

“Aku gak berniat seperti itu.” Kufokuskan pandangan pada gerak tangan yang tengah menggosokkan spons penuh busa pada permukaan piring.

“Kalau begitu, untuk apa kamu menyimpannya? Aku sempat mendengar kalau kamu juga mencoba bunuh diri waktu itu, jadi sepertinya cukup wajar kalau kamu memakai obat itu untuk mengurangi rasa depresi. Aku juga pemakai, jadi kamu gak usah khawatir kalau rahasia itu bakal bocor.” Ungkapan yang diucapkan Husin dengan bangga itu, lebih tidak bisa dianggap sebagai sebuah pengertian.

“Kamu cukup menelannya. Efek yang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status