Share

Tak Sepolos yang Dikira

Baru tertidur saat menjelang Subuh membuatku dan Nisa terbangun lebih siang dibanding biasanya. Suasana sekitar sudah sepi, sepertinya tiap-tiap orang telah pergi untuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Nisa sendiri memilih tetap di kamar dengan alasan masih lemas dan mengantuk.

Aku sendiri terpaksa melawan rasa malas, mengingat harus mencuci pakaian agar tak sempat menumpuk dan juga beberapa pekerjaan rumah lain. Rasa segar dari guyuran air yang mengenai kulit perlahan-lahan mengusir sisa kantuk.

Ketukan cukup yang terdengar membuatku menengok ke luar kamar mandi. Tampak tak ada siapa pun. Ketika kembali terdengar, segera kumatikan kran air untuk memastikan asal arah bunyi tersebut. Beberapa saat, aku baru menyadari kalau bunyi itu berasal dari dinding kamar mandi di belakangku, dinding kayu yang membatasi antar rumah Kak Yuni dengan rumah Kak Lily.

Rasa dingin dengan cepat mengundang gigil di sekujur tubuh saat menerka-nerka siapa yang melakukannya.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status