Share

Satu-satunya yang Tersisa

Uluran tangan saat aku hendak pamit pada Ibu hanya diabaikan. Bahkan sejak kemarin, kapan pun aku keluar kamar Ibu pasti akan segera menjauh tanpa mengucapkan apa pun. Menoleh atau melirik ke arahku saja tak dilakukan Ibu sama sekali.

Malam pun di saat jam makan, aku yang mengingat ucapan Ibu hanya berani mengunci pintu kamar dan mendengarkan celoteh serta tawa mereka saja. Ayah, Ibu, Kak Nila bahkan Dek Mila tampak begitu seru membicarakan banyak hal. Seolah-olah aku telah dilupakan. Tak ada satu pun yang terdengar menyebut apalagi menanyai keberadaanku. Mereka tertawa, dan tampak sempurna meski tanpa aku.

Ayah yang mengantarkanku sekolah pun sama, tak mengucapkan sepatah kata pun. Sama, mengabaikanku yang hendak mencium punggung tangannya seperti biasa.

Saat melangkah memasuki gerbang, lagi, orang-orang yang melihat bagaimana sikap Ayah padaku tampak berbisik satu sama lain. Menatapku sinis bahkan terkesan seolah jijik.

Kutundukkan wajah dengan tangan y

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status