Share

Larut Malam

Dia terobos gundah gulita. Atap langit tak melukiskan senyum gumintang. Kabut tebal menggulung-gulung menutupi sabitnya rembulan. Angin malam menelusup ke celah-celah tubuhnya. Memeluknya dengan hawa dingin menyiksa. Badannya hanya berkain kaos tipis tak berbalut sweater. Angin lembah gunung Sumbing membuatnya menggigil dan memaksa bibirnya bergetar lantaran kedinginan. Siulan jangkrik dan kodok dari dalam semak-semak pinggiran jalan, menggoda mimpi siput telinganya. 

 Setelah melewati gang-gang kampung dan jalan kecil yang sempit nan gelap serta mengerikan itu, akhirnya dia sampai juga di pinggiran desa. Dewa menarik napas panjang. Di depan gapura Kauman dia melamum dan tertegun. Angin malam menemani kegelisahannya. Benar dia sudah berhasil lolos dari rumah, tapi malam-malam begini mana ada angkot yang sampai ke tengah-tengah kota. Taksi pun tidak ada. Dia menggerutu kesal. Manamungkin ke Magelang jalan kaki berkilo-kilo meter. Bisa patah tulang. Pekiknya dalam hat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status