Share

Bab 17

Ranti mengatur napas sebisa mungkin saat ia sudah duduk di sebelahku.

Aku tahu bagaimana perasaannya sekarang. Makanya tadi aku lebih memilih banyak diam, kubiarkan Ranti menumpahkan rasa kesalnya pada ibu.

Selama ini Ranti sudah berusaha jadi menantu yang baik, tapi selalu saja salah di mata ibu alih-alih Ranti diterima.

"Kamu gak apa-apa Ran?" tanyaku akhirnya.

"Ranti tuh kesel sama ibu, kenapa sih ibu gak pernah mau nerima Ranti hanya karena latar belakang Ranti orang desa? Padahal kalau Ranti mau, Ranti bisa aja ceritakan semua yang Ranti punya."

"Sabar Ran, sabar."

Ranti mendengus kesal di bangkunya. Aku sendiri sampai merasa bersalah dan tak enak hati dengan perilaku ibuku yang tak kunjung beres dari dulu itu.

***

Hari-hari pun berlalu.

Walau sudah banyak sekali pertengkaran antara ibu dan kami, tapi kami tetap menghormati beliau sebagaimana mestinya.

Hari ini kami berniat ke rumah ibu lagi untuk mengambil kunci yang beberapa hari lalu belum berhasil kami ambil.

"Bang, kira-kir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status