Share

Dianggap Pelacur Oleh Suamiku
Dianggap Pelacur Oleh Suamiku
Penulis: My_ndrati

Bab. 1. Dijodohkan

Sore hari, Marsya baru pulang dari kerjanya. Tiba-tiba saja Marsya langsung disuruh oleh Pak Bowo untuk membersihkan diri dan berganti pakaian yang bagus. Dia akan dijodohkan kepada Reval Adrian Altezza, tanpa sepengetahuan sang anak. 

"Kita mau ke mana, Pak?" tanya Marsya setelah berganti pakaian. 

"Sudah kamu tidak usah banyak tanya. Pokoknya Bapak jamin, kamu pasti bahagia." Pak bowo merangkul Marsya sambil berjalan keluar rumah. 

"Kita cuma berdua, Pak, kenapa Ibu tidak diajak?" Marsya menoleh ke belakang. 

"Bawel ya, kamu! Dari tadi bicara terus. Sudah,  ayo,  naik! Kita tidak boleh terlambat." Pak Bowo mendorong paksa Marsya agar masuk ke dalam mobil. 

"Ingat, ya. Di sana kamu jangan banyak bicara. Awas kalau kamu bertingkah! Kamu harus menuruti apa yang diinginkan oleh tuan Reval," perintah Pak Bowo setelah berada di dalam mobil online, "jalan, Pak," pinta Pak Bowo kepada supir.

"Maksud,  Bapak apa?  Tuan Reval, tuan Reval siapa sih, Pak?" Bingung Marsya dengan ucapan Pak Bowo. 

"Bapak mau menjodohkan kamu sama tuan Reval. Kamu harus menikah dengan dia."

"Apa! Tidak, pokoknya Marsya tidak mau. Marsya mau turun! Bapak kok, tega sih, sama anak sendiri."

"Bisa diam tidak kamu!" Satu tangan Pak Bowo terangkat ke atas seperti posisi akan menampar Marsya.

Akhirnya, Marsya menunduk tidak bisa berbuat apa-apa. 

"Kamu seharusnya senang karena kamu akan menikah dengan orang kaya. Kamu tidak akan kekurangan apa pun setelah menikah dengan tuan Reval," ucap Pak Bowo, "Oh,  iya, Bapak mau tanya, kamu masih perawan, 'kan? Awas kalau kamu tidak perawan. Tuan Reval menginginkan wanita perawan," bisik Pak Bowo.

Marsya mengangguk pelan seteleh mendengar perkataan Pak Bowo. "Jadi Bapak mau menjual Marsya sama lelaki itu?" 

"Siapa yang menjual kamu. Ini sudah perjanjian Bapak sama tuan Reval," ujar Pak Bowo. 

"Perjanjian!  Perjanjian kalau, Bapak tidak bisa bayar hutang?" Marsya langsung bisa menebak ke arah situ. 

"Iya!" Pak Bowo hanya menjawab singkat. 

"Kenapa, Bapak tega? 'kan, Bapak yang punya hutang sama lelaki itu. Kenapa Marsya yang kena imbasnya," protes Marsya. 

"Sudahlah jangan banyak ngomong kamu. Ingat, pokoknya di sana kamu harus diam. Jangan banyak bicara, apalagi membantah sama tuan Reval."

"Memangnya kenapa?" tanya Marsya.

"Pakai nanya lagi!  Pokoknya jangan membantah! Kamu harus menuruti apa keinginan tuan Reval," bentak Pak Bowo.

"Iya, Pak."

***

Marsya  dan Pak Bowo sudah berada di kediaman Reval. Mereka terpesona melihat kemegahan rumah  Reval. Rumah bagaikan istana, dihiasi ornamen-ornamen mahal. 

"Silakan duduk. Saya akan panggilkan tuan Reval sebentar," ucap asisten rumah tangga. 

Marysa dan Pak Bowo duduk di sofa. Mereka menunggu Reval sambil kedua mata mereka melihat-lihat sekitar. Lagi-lagi mereka mengagumi isi rumah Reval. 

Ketika Marsya sedang melihat lurus ke depan.  Dia melihat Reval sedang berjalan ke arahnya ditemani asisten pribadi. Matanya membulat di saat melihat ketampanan dan kegagahan sang CEO.

Tidak lama kemudian Reval duduk di sofa berseberangan dengan Pak Bowo dan Marsya. "Jadi ini anak Anda?" Reval menatap tajam wajah Marsya. 

"Iya,  betul, Tuan. Marsya anak saya. Tenang saja, Tuan. Anak saya masih di segel, pokoknya seratus persen perawan. Betul, 'kan Marsya!" Pak Bowo mengusap bahu Marsya. 

"Iya," jawab Marsya lalu menunduk.

"Apa jaminannya kalau dia masih perawan?" Reval menatap Marsya.

"Saya jamin, Tuan. Bahkan pacaran pun dia belum pernah." Pak Bowo menepuk-nepuk pundak Marsya. 

Sementara Marsya hanya bisa menunduk ketika mendengar ucapan Pak Bowo.

"Oke, kita langsung saja. Saya akan menikahi anak Anda sekarang," kata Reval lalu melihat jam tangannya, "panggil Pak Penghulu ke sini." Reval melihat ke arah asistennya. 

Marsya yang sedang menunduk langsung mengangkat kepalanya dan menatap Reval. 

"Kenapa kamu melihatku seperti itu! Kamu tidak mau menikah denganku?" Reval merasa kesal melihat reaksi Marsya.

"Tidak kok, Tuan. Saya cuma itu ... em, harus menikah sekarang ya, Tuan?" Marsya garuk-garuk kepala yang tidak gatal. 

"Marsya, kamu jangan bicara seperti itu." Pak Bowo mencolek pinggang Nabila.

"Memangnya aku mau menikahimu tahun depan! Ya, sekaranglah!" kesal Reval. 

Pak Penghulu sudah berada bersama mereka.

"Sudah langsung mulai saja, tunggu apa lagi," perintah Reval kepada Pak Penghulu.

"Baik, Tuan," ucap Pak Penghulu.

Ijab kabul pun dimulai. Mau tidak mau Marysa menuruti semuanya. Dia tidak mau Pak Bowo marah begitu juga dengan Reval.

***

Marsya dan Reval sudah berada di dalam kamar Reval. Marsya memperhatikan kamar Reval yang begitu luas dan mewah. Luas kamar sang suami tidak seluas rumah Marsya. Sementara Reval baru selesai mandi dan masih menggunakan handuk. 

"Tidak usah norak kaya begitu. Sana ganti baju! Kamu mau tidur kaya begitu." Reval duduk di tepi ranjang. 

"Iya, Tuan." Marsya berjalan ke arah lemari baju lalu membukanya. "Mana baju tidurnya? Kenapa begini semua." Marsya bingung harus memakai baju yang mana. 

"Kenapa lama sekali kamu cuma ganti baju doang juga!" teriak Reval. 

"Iya maaf, Tuan. Bajunya kenapa begini semua, Tuan?" Marsya memilih baju. 

"Sudah pakai saja. Aku hitung sampai tiga, kalau tidak aku akan telanjangi kamu!" 

"Iya,  Tuan." Marsya mengambil lingerie berwarna pink. 

Marsya sudah berada di hadapan Reval dengan wajah merah merona. Sesekali tangannya menutupi bagian dada lalu menutupi bagian bawah.  Sementara sang suami sedang menatap Marsya penuh napsu. 

Marsya langsung menaiki kasur lalu menutupi badannya menggunakan selimut. Dia kemudian memperhatikan Reval yang sedang berdiri hanya menggunakan handuk saja. Tidak bisa dipungkiri Marsya terpana melihat tubuh Reval.

Reval pun berjalan sambil menatap Marsya. Kedua matanya menatap tajam mata Marysa. Tidak lama kemudian Reval malah melepaskan handuk yang dipakainya begitu saja dan dibiarkan tergeletak di lantai. Dia berjalan pelan ke arah Marsya. 

"Aaaah ...." Spontan saja Marsya menutupi wajahnya menggunakan selimut. 

Reval sudah berada di samping Marsya.  "Buka selimut kamu, ngapain sembunyi di balik selimut. Ayo, buka!"

"Jangan,  Tuan. Saya ... saya belum siap,  Tuan." Marsya menahan selimutnya agar tidak dibuka oleh Reval. 

"Kamu sekarang istriku, jadi aku berhak melakukan apa pun sama kamu." Reval membuka paksa selimut Marsya.

Mata Marsya langsung terpejam ketika Reval membuka selimut. Reval pun tidak tinggal diam, dia melancarkan aksinya. Bibir Marsya langsung dicium oleh Reval.

Tidak peduli Marysa berontak atau tidak. Yang terpenting malam ini dia mengeluarkan hasratnya. Pun dengan Marsya dia pasrah karena bagaimanapun  juga,  dia sudah menjadi istri sah dari Reval. 

"Bangun kamu!" Reval mendorong Marsya setelah selesai bercinta. "Ayo,  bangun! Dasar pembohong! Kamu mau menipuku, hah!" Reval membangunkan Marsya secara paksa. 

"Menipu apa, Tuan?" Marsya bingung dengan ucapan Reval. 

"Jangan sok,  pura-pura kamu! Sok polos!  Sialan,  berengsek! Ayo,  angkat kaki kamu dari rumah ini. Aku mau buat perhitungan dengan Bapakmu!" geram Reval

"Tapi salah saya apa, Tuan? Kenapa, Tuan mau mengusir saya?" Marsya masih bingung dengan sikap Reval. 

"Kamu sudah tidak perawan berengsek!"

Komen (8)
goodnovel comment avatar
lutfi08
kesel aku sama Pak Bowo
goodnovel comment avatar
princeskinan49
Haduh, dasar bapak lucknut
goodnovel comment avatar
Nanda Utami
penasaran lanjutanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status