Reval sedang makan pagi sambil melamun. Dia memikirkan sang mantan istri. Dia merindukan hari-hari di mana dia dilayani oleh sang istri ketika Reval akan makan.
Reval menghela napas berat. "Marsya, kamu sedang apa? Apa kamu merindukanku? Aku selalu mengingatmu. Aku merindukan makan bersamamu Marsya. Rindu ini benar-benar menyakitkan hatiku. Aku ingin melihat wajahmu, senyummu, tertawamu. Semua yang ada pada dirimu membuatku ...." Reval tidak bisa melanjutkan kata-katanya, untuk melanjutkan sarapannya pun seakan tidak bernapsu lagi.Kedua mata Reval sudah berkaca-kaca. Dia mengangkat kedua tangannya ke atas meja makan. Kepalanya menunduk sambil bertumpu di jari jemarinya. Dia sejenak terdiam sambil memikirkan Marsya.Kerinduan yang teramat sangat kepada sang mantan istri, hatinya kembali merasakan sakit. Rindu dan sakit hati kembali bercampur aduk di hatinya. Rindu ingin bertemu dan sakit hati karena berpisah dengan mantan sang istri. Masih berharap dia biSetelah pemberitaan Angel muncul di televisi maupun sosial media. Para netizen beramai-ramai menyerang akun milik Angelina Rose. Mereka berkomentar pedas tentang Angel. Bahkan ada yang menulis lebih baik wanita seperti Angel mati saja. Tidak ada satu pun yang simpatik. Bahkan Fans garis keras Angel merasa kecewa dengan ulah idola yang mereka sanjung. Pemboikotan terhadap Angel langsung muncul. Mulai dari kontrak iklan, sinetron, dunia fashion, dan juga film terbarunya membatalkan kontrak dengan Angel. Angel yang tahu akan diserang, dia lebih memilih tidak membuka akun miliknya. Komentar pun dia non aktifkan. Sang manajerlah yang selalu memantau akun milik Angel. Walaupun terkadang dia masih penasaran dengan pemberitaan yang menyudutkan dirinya. "Non Angel tidak bisa bersembunyi lagi. Semua netizen menginginkan, Nona untuk mengklarifikasi dan meminta maaf atas kejadian ini. Mereka mengingingkan, Nona untuk mengadakan konferensi pers. Mereka akan lebih
Mendengar perkataan Farhan tentang Reval, hati Marsya terenyuh. Dia tidak menyangka sang mantan suami sudah jarang untuk sarapan. Bahkan Reval malah minum lagi dan juga marah-marah tidak jelas. Selama bersama Marsya, Reval selalu antusias untuk makan pagi. Apa lagi selalu ditemani oleh sang istri dan disiapkan sang istri. Marsya malah terdiam memikirkan sang mantan suami, entah apa yang ada di pikirannya. Farhan menyadari Marsya sedang melamun, dia mengerutkan keningnya sambil memperhatikan Marsya. "Marsya! Kok, malah diam? Kenapa?" Farhan mengayunkan tangannya di dekat wajah Marsya. Marsya terhentak kaget. "Hhmm, tidak apa-apa," jawab Marsya lalu tersenyum. Farhan tertawa mendengar ucapan Marsya. Walaupun sebenarnya Farhan sudah bisa menebak pasti Marsya memikirkan ucapannya. Sang asisten hanya ingin mengetahui bagaimana reaksi Marsya bila dia menceritakan tentang Reval dan ucapannya pun memang benar adanya. Justru Farhan malah akan
Garvin dan Reno sudah berada di cafe milik Marsya dan mereka sedang menikmati makanannya. Namun, Garvin malah tidak tenang. Matanya mencari-cari keberadaan sang pemilik cafe. Dia belum melihat adanya Marsya. "Asisten Reno ke mana kira-kira ya, wanita itu? Kenapa malah tidak ada, padahal aku ingin melihat wajahnya." Mata Garvin menyapu seisi cafe. "Mungkin lagi libur, Mr. Garvin," jawab Reno. Garvin menghela napas kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Marsya. "Sudah, Mister nanti, 'kan bisa ke sini lagi.""Coba kamu tanyakan sama pelayan itu!" perintah Garvin karena secara kebetulan pelayan tersebut sedang melewati meja mereka. "Apa, Mister?" kaget Reno. "Coba cepat tanyakan!" Garvin menggerakkan kepalanya ke arah pelayan. "Ya, sudah, Mister sebentar." Reno bangun dari duduknya lalu menghampiri pelayan tersebut. Sementara Garvin memperhatikan Reno yang sedang berjalan ke arah pelayan sambil sen
Reval sudah selesai berdoa, dia lalu berdiri dan langsung meraih lengan sang mantan istri. Dia kemudian berjalan sambil memegangi lengan sang mantan istri. Sementara Marsya hanya bisa mengikuti Reval berjalan. Dia seakan terhipnotis oleh Reval, apa lagi wangi parfum sang mantan suami tercium oleh Marsya. Wangi yang selalu disukai olehnya. Jantung mereka berdebar sangat kencang. Apa lagi untuk Reval kerinduan yang teramat sangat kepada sang mantan istri. Reval begitu senang bisa bertemu dengan wanita yang sangat dia rindukan.Reval menatap sendu wajah Marsya setelah sampai di depan Mobil Reval. "Kamu tidak merindukanku?" tanya Reval lalu mengangkat tangan Marsya dan akan menciumnya. Marsya kemudian mengempaskan tangannya secara kasar dari pegangan Reval. Reval menghela napas berat. "Ternyata cuma aku yang merindukanmu, kamu sepertinya benar-benar sudah melupakanku." Hati Reval begitu sakit melihat Marsya memperlakukannya seperti itu. "Maafkan aku ... aku ...." Marsya menatap sendu
"Aku akan menunggumu untuk kembali lagi kepadaku. Aku hanya menginginkamu, Marsya. Tidak ada wanita lain yang bisa membuatku bahagia. Hanya kamu yang bisa membuatku bahagia," bisik Reval lalu melepaskan pelukan dari tubuh Marsya. Reval kemudian menatap sendu wajah sang mantan istri. Dia tersenyum lalu membenarkan rambut Marsya. Satu pandangan lurus beradu, perasaan dua hati yang sedang bertalu-talu. Marsya baru tersadar, dia baru saja menatap Reval. "Maaf, Reval aku harus keluar." Marsya langsung membuka pintu mobil.Namun, pintu tersebut masih tetap tidak bisa dibuka. Dia menoleh ke arah sang mantan suami dengan tatapan sinis. Reval menyadarinya, dia kemudian membuka kunci sambil tersenyum menatap Marsya. "Terima kasih sudah mengantarku," tandas Marsya kemudian ke luar dari dalam mobil.Reval hanya bisa memperhatikan Marsya yang sedang berjalan meninggalkannya sambil tersenyum. Walaupun perlakuan sang mantan istri begitu terhadapnya. Hatinya tetap saja merasa senang karena kerindua
Garvin langsung tersenyum senang ketika Marsya menemuinya. "Nona Marsya silakan duduk." Garvin menunjuk kursi yang ada di sampingnya. "Iya, terima kasih Mr. Garvin." Marsya duduk di kursi tersebut. "Maaf Mr. Garvin saya harus keluar dulu," ucap Reno lalu menoleh ke arah Marsya, "Nona Marsya, maaf saya harus keluar dulu," pamit Reno. "Iya, Pak Reno silakan," jawab Marsya. Reno pun bergegas meninggalkan mereka. Kini tinggallah Garvin dan Marsya. "Maaf ya, Nona Marsya aku mengganggu aktifitas bekerja Anda." Garvin menatap lekat wajah Marsya. "Iya, tidak apa-apa, Mister. Emm, ada perlu apa ya, Mister memanggil saya?" tanya Marsya. "Sebenarnya saya hanya ingin berkenalan saja dengan kamu, Nona Marsya." Garvin langsung berkata jujur kepada Marsya. "Hah!" kaget Marsya lalu tersenyum dipaksakan. "Tidak apa-apa, 'kan? Apa ada yang marah jika aku berkenalan dengan kamu?" "Em, tidak ada sih, Mis
Bima sudah duduk berhadapan dengan Garvin. "Ada perlu apa, Mr. Garvin?" tanya Bima. "Aku ingin meminta izin kepada Anda manajer Bima. Aku ingin berbicara dengan karyawan yang bernama Marsya. Hanya sebentar saja untuk menemaniku makan. Tidak apa-apa, 'kan? Tenang saja aku akan memberikan uang tip," pinta Garvin. "Maaf, Mister bukan maksud saya untuk tidak menerima permintaan Anda. Tapi tidak etis saja seorang kasir menemani Anda hanya untuk makan. Baru kali ini ada permintaan seperti ini." Bima berbicara dengan sangat hati-hati.Garvin menyunggingkan senyumnya. "Oke, aku akan memberikan rate buruk untuk cafe ini karena pelayanannya tidak baik. Apa salahnya hanya menemaniku makan." Garvin menatap tajam wajah Bima. "Bukan begitu, Mister maksud saya. Ini hanyalah cafe bukan diskotek atau ...." "Oke, karena Anda menolak aku ingin bertemu dengan ownernya." Garvin memotong ucapan Bima. "Maksud ... maksud, Mister?" Bima bingung
Marsya tersenyum dipaksakan setelah mendengar ucapan Garvin. Dia bingung sendiri harus bagaimana, untuk menolak pun tidak mungkin. Marsya mengetahui Garvin bukanlah tipe orang yang bisa diajak bicara untuk hal ini. "Oh, iya aku minta nomor handphonemu." Garvin menyerahkan benda pipih kepada Marsya. Mau tidak mau Marsya mengambilnya. Dia lalu mengetik nomor handphonenya. Sementara Garvin tersenyum senang karena Marsya memberikan nomor kepada Garvin. Marsya pun sudah sampai di depan rumahnya. "Terima kasih, Mr. Garvin sudah mengantar saya," ucap Marsya. "Iya, sama-sama," sahut Garvin. Marsya tersenyum lalu keluar dari mobil Garvin. ***Marsya sedang melamun di atas kasur. Dia menatap langit-langit kamar sambil kedua tangan memeluk guling yang ada di atas perutnya. Marsya menghela napas panjang. "Untuk saat ini aku benar-benar malas berkenalan dengan lelaki. Mr. Garvin memang tampan, tapi tetap saja aku tid