Share

45. Hadiah di Hari Peringatan Kematian

Sembari menikmati secangkir kopi yang ia pesan, menemani rinai gerimis yang mulai deras. Pejalan kaki yang kebetulan melintas tampak berlarian mencari tempat berteduh. Sudah setengah jam berlalu sejak kepergian Mayang dari tempat itu, tetapi tak sedikit pun Mirna bergeming.

Wanita itu rela menggelontorkan banyak uang demi melancarkan jalannya menguasai harta keponakan yang memang sudah seharusnya menjadi hak Sakti. Suaminya, Hendra selama ini hanya dititipi, tetapi begitulah kodrat manusia. Tak pernah puas. Mirna merasa terancam kemudian menggunakan orang di masa lalu Sakti untuk menyerang pemuda itu.

"Kenapa harus dengan cara seperti ini, Ma? Papa masih sehat, Aldo juga sudah bekerja, dia bisa menghasilkan uang untuk dia sendiri dan bahkan sanggup menghidupi kita seandainya Papa ini jadi pengangguran. Nggak perlu lah, pakai cara kotor begini. Mama tau betul resikonya, dan Papa nggak mau sampai terseret."

"Mama nggak butuh ocehan Papa yang nggak berguna, yang jelas semua Mama lakuka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
mirna km itu hanya orang asing yg tiba2 datang sebagai menantu bisa2nya ingin merebut yg bukan haknya, entah gmn reaksi mayang dan mirna setelah tau hartanya sudah atas nama chava semua bisa syok tuh.
goodnovel comment avatar
Lina Juhariah
semangat sakti kamu pasti bisa mengenyah kan orang orang yang ga tau diri itu ke tempat seharusnya jangan biarkan mereka mengusik kebahagiaan mu dan chava
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status