Share

Bab 7. Kecurigaan Erick 2

Alissa dengan sekuat tenaga menahan rasa sakit pada jarinya yang dengan sengaja di tusuk-tusuk jarum oleh Erick. Alissa tidak menyangka Erick begitu kejam memperlakukan dirinya bahkan saat ia tak berdaya.

Tenggorokannya tercekat, tubuhnya menegang, matanya semakin terpejam. Berusaha untuk tetap diam dan menerima semua perlakuan Erick padanya karena hanya dengan cara itu ia akan tetap aman.

"Bangunlah! Apa kau pikir aku tidak tahu bahwa kau sedang mengelabuhi kami, hah?!" ucap Erick sembari masih menusuki jari tangan Alissa.

Namun, Alissa tetap bergeming. Tidak ada sama sekali pergerakan dari Alissa hingga akhirnya Erick pun menghentikan kegiatannya.

"Sepertinya kau masih beruntung. Bersyukurlah karena aku masih membiarkan kau hidup selama ini," ucap Erick lagi seraya mengusap pipi Alissa.

Alissa yang masih pura-pura memejamkan matanya, hanya bisa berharap Erick segera pergi dari kamarnya. Berada dalam satu ruangan dengan Erick seakan membuatnya sesak.

"Ma-maaf, Tuan! Sepertinya Nyonya sudah dalam pengaruh ob ...."

Seketika ucapan Riana terhenti kala Erick mengangkat tangannya. Riana langsung diam dan menundukkan kepalanya, tidak berani lagi berbicara pada Erick.

Erick beringsut lalu beranjak dari ranjang dan berjalan menghampiri Riana. Tanpa disangka, mendadak Erick mencengkram lengan Riana hingga membuat Riana kesakitan.

"Awh ... Tua-tuan!"

"Camkan ini! Sekarang kau beruntung karena Alissa sudah dalam pengaruh obat. Tapi jika kau sampai ceroboh lagi, kau akan terima akibatnya. Aku bahkan bisa membunuhmu sekarang juga," bisik Erick tepat di telinga Riana.

Tubuh Riana pun bergetar ketakutan. "Ba-baik, Tuan!"

Erick pun melepaskan cengkeramannya tangannya. "Bagus! Sekarang persiapkan dirimu! Temani aku ke acara pesta malam ini." Tanpa menunggu jawaban dari Riana, Erick melenggang pergi begitu saja dari kamar Alissa.

Sementara Riana, seperti biasanya jika Erick mengajaknya maka ia akan memakai riasan milik Alissa untuk tampil cantik di depan Erick. Tidak menunggu begitu lama, Riana pun akhirnya selesai merias diri setelahnya pergi menyusul Erick.

Setelah keduanya sudah pergi dan dirasa aman, Alissa membuka matanya. Tanpa sengaja ia mencium aroma parfum miliknya yang dipakai oleh Riana tadi. Ia pun teringat di masa ia belum mengetahui semua ini. Ia sangat bahagia, apa lagi saat Erick memujinya cantik dan memberi hadiah parfum itu.

Alissa pun tersenyum, namun sejenak kemudian senyum itu hilang tergantikan ] murka.

"Erick, aku berjanji akan membalas semua ini. Akan kubuat dirimu hancur!" ucap Alissa.

Alissa melihat dan mengusap jari tangannya yang tadi ditusuk jarum oleh Erick. Ia beringsut lalu turun dari ranjang untuk mencari obat oles pereda nyeri di dalam nakas dan mengoleskannya pada jarinya.

Tak berselang lama, Alissa terkejut saat mendengar suara langkah menuju kamarnya. Ia segera menaruh kembali obat oles itu lalu kembali pura-pura tidur lagi. Benar dugaannya, Alissa mendengar suara pintu dibuka dan langkah seseorang masuk ke dalam.

Ternyata Erick lah yang ] ke dalam Alissa untuk memastikan Alissa lagi dan mematikan lampu kamarnya. Setelahnya Erick pun kembali ke luar kamar.

Alissa membuka matanya lagi. tapi kali ini ia tak ingin membuang waktu. Ia akan menyelidiki semua yang berbuhubungan dengan suaminya.

Semua sudut seisi kamar gelap gulita, tak ada sedikitpun cahaya masuk. Alissa turun dari ranjang dan meraba bawah kasurnya untuk mencari ponsel yang ia sembunyikan. Setelah mendapatkan ponselnya, segera Alissa menyalakan center pada ponselnya untuk penerangan. Bisa saja Alissa menyalakan lampu kamarnya, tapi ia tidak mau membuat Erick curiga jika melihatnya.

Hanya dengan mengandalkan penerangan dari ponsel, Alissa berjalan menuju balkon untuk memastikan bahwa Erick sudah pergi atau belum. Namun, saat ia membuka pintu balkon, ia terkejut saat tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di depannya. Seketika ia terjengkang, ponsel pun terlepas dari genggaman. Beruntung orang di depannya berhasil menangkap tubuhnya, hingga ia tidak terjatuh.

Sorot cahaya dari ponsel menerangi keduanya. Alissa yang tersadar siapa orang yang sedang memeluknya, segera melepaskan dirinya.

"Kamu? Kenapa tiba-tiba kamu di sini? Bukankah sudah kukatakan kalau datang jangan seperti maling?" ketus Alissa.

"Haha ... kenapa Kakak jadi gugup begitu? Terserah aku dong, mau kesini lewat mana?"

"Dasar, seperti maling saja!" sahut Alissa.

"Memang! Aku kesini mau maling hati Kakak," ucap Reyvan menggoda Alissa. Entah kenapa, sejak pertemuannya dengan Alissa Reyvan sangat suka saat menggoda Alissa. Bagi Reyvan, Alissa sangat lucu saat marah-marah seperti itu.

"Jangan mimpi kamu?" Alissa berjalan masuk kembali ke kamarnya diikuti oleh Reyvan.

"Bukan mimpi. Jangan lupa? Kakak kan calon istriku."

"Itu jika kamu berhasil membantuku balas dendam."

"Aku pasti berhasil," ucap Reyvan yakin. "Oh ya, apa rencana kita selanjutnya?" lanjutnya.

"Aku yang minta tolong sama kamu, kenapa kamu tanya aku? Kalau aku tahu aku nggak akan minta tolong," ucap Alissa seraya duduk di tepi ranjang. "Oh ya, kenapa sih kamu mengajukan persyaratan seperti itu untuk menolongku? Apa tidak ada permintaan yang lain saja?" tanya Alissa.

Reyvan yang sedang berjalan menuju sofa, mendadak menghentikan langkahnya. "Apa Kakak benar-benar ingin tahu?"

Alissa pun menganggukkan kepalanya. "Iya, bagaimana mungkin kamu mau menikahi wanita dewasa dan masih bersuami seperti aku jika bukan karena sesuatu."

Reyvan menghembuskan nafasnya kasar. "Oke, aku menikahi Kakak memang kerena suatu alasan. Jadi, Kakak tenang saja. Jika masalahku selesai kita bisa berpisah."

"Sudah kuduga. Baiklah, untuk apa kamu kesini lagi? Bukannya kamu masih mau menyelidiki suamiku Erick?"

"Aku hanya mau contoh obat yang diberikan pada Kakak selama ini. Apa ada?"

"Obat itu suamiku yang sembunyikan, aku tidak tahu di mana ia menaruh obat itu."

"Suami Kakak sedang pergi kan? Ayo kita cari obat itu sekarang."

Alissa pun menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju keluar. "Ayo kita cari di ruang kerja Erick!" ajak Alissa setelah yakin Erick sudah benar-benar pergi.

Tidak banyak bicara lagi, Reyvan segera menyusul kemana Alissa melangkah.

.

Sementara itu, Erick yang baru saja mengemudikan mobilnya keluar dari gerbang rumah, begitu terkejut saat tanpa sengaja melihat sorot cahaya dari kamar Alissa. seketika ia pun menghentikan mobilnya, lalu melihat ke atas tepat di kamar Alissa. Ia ingin memastikan dengan apa yang ia lihat.

"Tuan, kenapa berhenti?" tanya Riana yang bingung kenapa Erick menghentikan mobilnya.

"Sst ... diam!" bentak Erick.

Begitu lama ia melihat, cahaya itu sudah tidak ada lagi. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menjalankan mobilnya lagi. Namun, saat mobilnya hendak melaju, Erick melihat lagi cahaya itu. Seketika wajahnya memerah, rahangnya mengeras, ia merasa dirinya kecolongan. Erick pun langsung memutar balik mobilnya kembali ke rumahnya.

Begitu sampai, Erick langsung keluar dari mobil dan berjalan menuju ke dalam rumah. Dengan langkah tergesa menuju kamar Alissa. Erick sangat yakin bahwa Alissa telah membohonginya. Ia harus berhasil menangkap basah Alissa.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status