Share

Menangis Di Bawah Hujan

"Jalan, Pak," pintaku setelah masuk kembali ke dalam taksi, tangisku kembali pecah membuat sang sopir menatapku sekilas dari kaca spion.

"Mbak baik-baik saja?" tanya sopir itu setelah aku sedikit tenang. Tatapannya masih ke depan mengawasi jalan raya.

"Iya," jawabku singkat sambil menyeka pipiku yang basah.

"Kita ke mana, Mbak?"

"Mutar-mutar saja, Pak."

Aku tak tahu harus ke mana, rasanya kepalaku terasa berat hingga tak bisa berpikir jernih. Beruntung sopir taksi itu tidak bertanya lebih jauh. Malu rasanya menangis di depan orang asing, tetapi kata-kata Ibu Rafa terus terngiang-ngiang di benakku menghadirkan setumpuk rasa kecewa yang menggores dada. Setidakberharga itu aku di matanya. Benakku menggali ingatan apakah aku pernah menyakiti beliau walau sekali saja, hingga sangat besar ketidaksukaannya padaku?

"Mas, sepertinya Bunda tidak menyukaiku."

"Itu perasaanmu saja."

"Masak, sih, Mas? Setiap aku ke rumah Bunda dia selalu diam, seolah-olah tidak berkenan aku menyambangi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status