Share

Telat

Menunggu di depan rumah Aya itu berisiko jadi tontonan para tetangga. Meski dikasih tahu berkali-kali kalau tidak ada orang di rumah, nyatanya aku masih betah duduk di dipan samping pintu masuk utama kontrakan Aya sambil menanggapi tawaran Mas Agus buat jadi rekannya dalam permainan daring.

“Masih belum ketemu?” Padahal Mas Agus sudah tanya berkali-kali di sela pertarungan.

Mungkin, hanya di permainan ini aja bisa ketemu Mas Agus. Bawa senjata laras panjang dan jadi sniper itu menyenangkan. Bidikan jarak jauh dari balik barak yang melindungi keseluruhan tubuh.

Ah, pegel juga menggantungkan kaki. Aku bersila, menaikkan kaki ke dipan setelah melepas sepatu sambil menjawab, “Telepon juga enggak diangkat, Mas.”

“Betah nunggu?” tanya rekan lain yang juga berada dalam satu tim.

Ternyata mereka malah betah mengorek informasi pribadiku daripada membicarakan strategi yang sebenarnya lebih pada permainan acak. Naluri bertahan hidup dalam game lebih ngefek kalau dalam permainan bebas.

“Ya, tunggu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status