"Tau nggak sih, Mas. Katanya Citra sama mas Naufal mau nikah tapi papanya Citra belum ristuin." Melihat Dewa yang baru saja pulang kerja, bukannya membiarkan suaminya untuk bersih-bersih dulu justru Naya langsung mengajak suaminya itu ngobrol. "Menikah?" tanya Dewa. "Iya, tapi kasian belum dapat restu." ujar Naya cemberut. "Kenapa?" "Katanya sih karena Naufal terlalu tua untuk Citra." Memang sih Naufal itu mungkin seumuran suaminya pasti papanya Citra berpikir dua kali untuk membiarkan anak perempuan satu-satunya menikah dengan om-om. "Dia belum ada 30 tahun," ujar suaminya membuat Naya menatap suaminya tidak percaya. Padahal Naya kira mereka seumuran ternyata tidak. "Hah! Maksud kamu." "Saya sama Naufal beda 3 tahun dia baru mau masuk 30 bulan besok." Naya baru tau ternyata Mas Naufal masih lebih muda dari suaminya tapi kalau di lihat dari wajahnya memang seperti sudah kepala tiga. "Tapi tetap saja, Mas. Mereka beda 6 tahunan." Protes Naya. "Saya sama kamu beda 11 tahun.
"Maaf, Ya. Saya belum bisa jadi suami yang baik buat kamu," Naya menoleh menatap suaminya heran.'Apa-apan tiba-tiba ngomong gitu. Gak kesampet kan?' tanya Naya dalam hati sambil menatap Dewa heran.Sore ini mereka sudah kembali kerumah Dewa, dan memang pindahan mereka tidak sesuai rencana karena harusnya siang mereka pindah, justru Dewa haru ada cara hingga akhirnya mereka baru bisa pindah sore hari. Jadi sampai semalam ini Naya belum selesai beres-beres padahal sudah di bantu bik Rosma siang tadi, tapi tetap Saja perlengkapan Kai sangat banyak, mulai dari skincare, dan yang lainya."Kamu kenapa?" tanya Naya heran."Nggak papa," ujarnya kemudian masuk kedalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur."Aneh," cibir Naya kemudian melanjutkan aktivitas beberesnya. Seperti biasanya suaminya hanya akan menjadi mandiri saja, karena Naya tidak suka jika sedang berberes ada yang membantu karena hasilnya pasti tidak sesuai keinginannya."Besok lagi, udah malam." ujarnya membuat Naya kemba
Naya sempat diam mematung sebentar, melihat Savira yang tiba-tiba ada di depan rumahnya. Karena sudah satu minggu ini Savira sudah tidak lagi menghubunginya namun tiba-tiba datang kerumahnya.Tentu saja Naya terkejut dengan kedatangan mendadak wanita di depannya ini."Gimana, Nay?" Tanyanya langsung."Duduk dulu, Mbak." ujar Naya sopan mempersilahkan Savira yang sedari tadi berdiri di teras rumahnya, apalagi wanita itu sedang hamil."Naya, aku mohon kembalikan Dewa padaku, aku butuh Dewa. Anak aku butuh ayahnya." pinta Savira. Entah, kenapa sekarang Naya sudah kehilangan respect lagi pada wanita di depannya ini. Apalagi wanita ini tidak bisa di ajak bicara baik-baik dan jika dikasari makan akan semakin berani."Mbak, anak aku juga butuh ayahnya. Mbak bisa minta tanggung jawab sama Haikal bukan sama suami aku," "Tapi anak...""Mbak, aku mohon jangan gunakan anak itu hanya untuk memenuhi obsesi kamu saja." "Nay, karir aku udah hancur! Dan orang yang benar-benar perduli denganku sekar
"Nggak usah kerja, aku nggak mau kamu repotin lagi." Naya sudah mengeluarkan tatapan ketusnha pada Dewa.yang lahi ini hendak bekerja."Kamu terlalu lebay kalau saya sakit." Katanya menyubit hidung Naya pelan."Kalau kamu sakit bisa ngurus diri sendiri aku nggak repot,Mas. Kamu kalau lagi sakit dikit-dikit, Kanaya, Kanaya dan Kanaya." "Ya karena kamu istri saya." Jawabnya kemudian duduk di pinggiran ranjang mengurungkan niatnya untuk berangkat kerja, jika dirinya tetap memaksa bisa ngamuk istrinya."Jagain anak aku, jangan di buat nangis!" ujar Naya penuh peringatan."Dia anak saya juga, Kanaya. Tidak mungkin saya buat anak saya memangis." jawab Dewa."Oke, aku kebawah dulu."***"Mbak, ada tamu di depan." ujar Bik Rosma saat Naya baru saja sampai di bawah."Pagi-pagi begini? " "Dia bilang mau ketemu bapak, Mbak. Kalau wajahnya asing kalau buat saya." Naya berpikir sebentar, kira-kira Siapa yang bertemu sepagi ini dan ingin bertemu dengan suaminya. Kalau Naufal pasti akan langsung m
"Dewangga Aditama." Sapa laki-laki yang rambutnya sudah banyak memulihkan itu."Kenapa ada kekantor saya?" tanya Dewa."Kamu tidak mau menawarkan saya minum dulu?" "Langsung saja."Fahri menghembuskan nafasnya, dia tersenyum menatap laki-laki di depannya yang pernah menjadi menantunya. "Kata Savira kamu sudah menikah dan memiliki anak ya, Ngga?" tanya Fahri dengan senyum di wajahnya."Iya." Jawabnya dengan wajah datarnya. Dewangga merasa tidak nyaman kembali di pertemukan dengan mantan ayah mertuanya itu."Jika tidak ada yang ingin anda katakan lagi, silahkan keluar saya sedang sibuk." Dewangga sengaja menarik tali pembatasan agar percapakan mereka tidak banyak basa-basi.Fahri terkekeh, "Saya kesini hari sabtu harusnya kamu tidak begitu sibuk." "Anda bisa langsung ke intinya saja?" "Kamu dan Savira...""Sejak saya kembalikan Savira kepada anda artinya saya sudah tidak ada hubungan apapun dengan Savira." "Kamu harus tau berapa banyak biaya yang saya keluarkan untuk membungkam me
Hallo temen-temen semua, maaf ini bukan update terbaru dari Suami Pilihan Ayah. Tapi ini permohonan maaf dari aku karena aku akhir-akhir ini sering lama update cerita ini🙏 Di karenakan satu bulan ini aku sedang berobat tapi alhamdulillah sekarang sudah lebih baik, jadi mohon maaf banget kalau sering buat kalian semua yang udah nungguin cerita ini kecewa, sekali lagi aku minta maaf🙏 Tapi setelah ini aku usahakan untuk lebih rajin lagi updatenya, sekali lagi terimakasih untuk yang sudah setia dengan cerita sederhanaku ini😊 Dan terimakasih untuk dukungan kalian semua , dan terimakasih banyak untuk masukan-masukan dan saran kalian untuk cerita ini😊😊🫶 See you👋👋❤️
"Kenapa kesini? Kai sama siapa?" Dewa terkejut karena tiba-tiba istrinya datang kekantor.Baru saja Naya masuk keruangan suaminya bukannya di sambut dengan senyuman justru di sambut dengan banyak pertanyaan."Nanyanya satu-satu bisa kali, Mas." Balas Naya dengan wajah kesaknya."Kai sama siapa?" tanya Dewa lagi."Sama bunda, aku mau nganterin makan siang buat kamu." ujar Naya menunjukan kotak bekal yang dirinya bawa.Sudah lama Naya tidak berkunjung kekantor suaminya, dan kebetulan masakan yang dirinya masak adalah makanan kesukaan suaminya. Sebenernya Naya tadi sudah ingin mengirimkan makan siang suaminya lewat supir dirumahnya namun bundanya menyuruh Naya untuk mengantarkan sendiri.Dan melihat anaknya yang anteng jika dengan amanya membuat Naya berani meninggalkan Kai. Karena dirinya juga tidak akan lama hanya mengantarkan saja apalagi jarak dari rumah ke kantor suaminya tidak terlalu jauh."Bunda dirumah?" tanya Dewa."Iya, terus kami masak bareng. Karena inget suami ya akhrinya a
"Kanaya," ujar Wira tidak kalah terkejut melihat Naya ada di kantor Dewangga."Om kenal sama suami saya?" tanya Naya membuat Dewangga menatap kedua orang di depannya dengan wajah bingungnya."Jadi kamu istrinya Dewangga?" tanya Wira benar-benar terkejut melihat wanita yang pernah membuat putranya hancur."Iya, Kanaya istri saya."Dewangga menjawab sembari menarik pinggang Naya agar mendekat."Kamu pulang, Ya. Saya minta Naufal antar kamu." ujar Dewa kemudian memanggil Nuafal yang kebetulan sedang ngobrol dengan sekretarisnya."Fal, antar istri saya pulang." "Baik, Pak." jawab Naufal patuh."Mas," panggil Kanaya mendongak menatap suaminya bingung."Nanti kita bicara dirumah, Kai sudah menunggu kamu dirumah." ujar Dewa mengelus kepala istrinya seolah menyakinkan Naya jika tidak ada hal yang perlu istrinya cemaskan.Akhirnya Naya mengalah, "Yaudah aku pulang, Ya." Pamit Kanaya yang di balas anggukan dan senyum tipis dari Dewa.Kemudian Naya berpamitan dengan Wira dan keluar dari ruangan