Share

Part104

"Nay..., Mas... "

"Iya, Mas. Nay mau," sahutku sebelum Mas Rafi meneruskan kata-katanya.

Terlihat senyum mengembang dari bibirnya. Raut wajah kecewa tadi kini berubah sudah. Gurat kebahagiaan terpancar dari wajah tampannya.

"Benar, kamu mau?" dia meyakinkan.

"Iya, Mas," sahutku membalas senyumannya. Dia mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Kemudian meraih jemariku dan menyematkan cincin bertahtakan permata berwarna putih itu.

Apa ini yang dinamakan berlian? Mengingat seumur-umur Mas Ilham tak pernah membelikanku barang seperti ini. Bahkan saat terakhir kali aku morotin uangnya, perhiasan yang kubeli hanya emas biasa berwarna kuning.

Kini cincin itu mengikat sempurna di jari manisku. Matanya berkilauan diterpa cahaya bulan yang kini tengah bersinar terang tepat di atas kami. Mas Rafi kemudian menggenggam erat jemariku tadi.

"Terima kasih ya, sayang," ucapnya. Aku mengangguk mengiyakan. Kamipun larut dalam pandangan satu sama lain.

"Ehem... ehem...," suara dokter Indra lagi-lagi mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status