Share

GAIRAH NAKAL ISTRI MUDA
GAIRAH NAKAL ISTRI MUDA
Penulis: Dita Sintiya

BAB 1 - Kawin kontrak!

Abimanyu Permana yang terbiasa di panggil Abi adalah pria berusia 40 tahun, Dia sedang menunggu di meja restoran yang sudah di  booking olehnya untuk satu malam penuh. Hari ini adalah Anniversary pernikahannya dengan Ratih Indira yang ke 15 Tahun, Abimanyu ingin merayakan hari jadi mereka dengan makan malam romantis dan berdansa sepuasnya.

Sebagai tanda cintanya kepada sang istri, Abimanyu selalu memberi kejutan spesial di hari jadi pernikahan mereka, Abimanyu pria yang sangat bertanggung jawab dan setia. Walau dirinya menjadi CEO di perusahaannya sendiri yang di bangun dari nol hingga tumbuh pesat karena keuletannya dan dukungan dari Ratih. Pria yang menjadi idaman para wanita tentunya, namun hanya ada Ratih di hati Abi.

Namun kali ini Abimanyu seolah kehilangan kata-kata kepada istrinya yang selalu mendesaknya untuk menikah lagi. Pernikahan kami yang sudah cukup lama, 15 tahun sudah kami mengarungi biduk rumah tangga ini tetapi Tuhan belum mempercayai kami untuk memiliki seorang anak.

"Dek cukup! Kita jangan membahas ini lagi, Mas sudah bilang kalau Mas tidak ingin menikah lagi." 

"Jika mengikuti keinginanku, Aku juga tidak mau berbagi suami, wanita mana yang ingin berbagi cinta suaminya. Namun kita terjebak oleh takdir yang tidak bisa kita merubahnya kecuali kamu menikah lagi, Mas." Ucap Ratih dengan nada pasrah.

"Kita coba lagi untuk bayi tabung, sayang." 

Ratih terkekeh karena mereka sudah mencoba bayi tabung sampai 4 kali tetapi selalu gagal dan gugur di usia kandungan 4 Minggu. Semua karena kanker rahim yang Ratih derita.

"Sudahlah Mas, proses bayi tabung yang gagal  sebanyak 4 kali sudah cukup membuktikan bahwa Aku tidak bisa mengandung, Mas." 

"Mas mohon jangan kecewa, pasti ada jalan lain agar kita bisa memiliki anak selain Mas menikah lagi!" Pinta Abi dengan memelas.

"Jika Mas tidak ingin menikah lagi, baiknya kita cerai saja!" 

Abimanyu begitu terkejut mendengar ucapan istri yang begitu dia cintai. Selama ini Ratih selalu lembut ucapannya dan tidak pernah mengatakan hal buruk sekalipun, tapi kali ini ucapan Ratih di luar dugaannya.

"Apa kamu tahu yang kamu ucapkan, Dek?" 

"Sangat tahu, Mas. Jika kamu kali ini menolak untuk menikah lagi, lebih baik kita pisah." 

Kedua netra Abi membasah, istrinya yang begitu lugu dan baik seolah begitu putus asa, Abi teringat bagaimana perlakuan ibu dan adiknya kepada istrinya itu. Ibu dan adiknya begitu mencemooh Ratih karena belum memiliki anak, terlebih ibunya yang selalu menuntut Abimanyu dan Ratih agar segera memiliki anak. 

"Dek, Mas tahu kamu begitu putus asa karena mendapatkan tekanan dari Ibu, tapi percayalah Mas tidak akan menyakitimu hanya karena tuntutan dari ibu!" 

"Keputusanku sudah bulat, Mas! Jika kamu tetap tidak mau menikah lagi, lebih baik kita  berpisah!" Ratih sama sekali tidak memperdulikan ucapan suaminya dan kekeh dengan keputusannya.

"Baik! Jika itu keinginanmu, Mas akan menikah lagi. Siapa wanita itu yang sudah kamu pilihkan untuk Mas?" Abi menantang istrinya kali ini.

Ratih menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. 

"Dia adalah Arin, dia dulu mantan muridku. Usia Arin masih sangat muda sekitar 21 tahun. Aku yakin Arin bisa memberikanmu seorang anak bahkan bisa lebih dari satu anak." 

"Oke. Mas akan menuruti keinginanmu, tapi Kamu juga harus memenuhi syarat dari Mas!"

"Apa itu?" 

"Mas akan menikahinya, tapi hanya sebuah pernikahan kontrak!" 

"Apa? Kawin kontrak Mas?" 

"Iya, jika kamu tidak setuju Mas tidak akan pernah menikah lagi!" Ancam Abimanyu.

"Kenapa harus kawin kontrak Mas? Aku sebagai istri pertama sudah setuju untuk Mas menikah lagi, Mas bisa menikahinya secara sah."

"Tapi Mas tidak mau! Pernikahan ini hanya karena anak kan? Jika kita sudah mendapatkan anak maka Mas tidak perlu untuk tetap bersamanya." 

"Bagaimana dengan reputasi keluarga kita Mas? Jika mereka tahu kamu kawin kontrak hanya karena mengharapkan seorang anak?" 

"Maka dari itu, kita sembunyikan pernikahan ini dari semua orang termasuk ibu dan Adikku." 

"Tapi..."

"Dek, kamu adalah belahan jiwaku. Hanya kamu seorang. Kita hanya membutuhkan tambahan seorang anak di dalam hubungan kita bukan menambah ratu di hubungan kita. Mas sudah menyetujui permintaanmu. Kamu juga harus setuju untuk memenuhi persyaratan dari Mas." 

Ratih berpikir keras, di satu sisi juga dia tidak ingin berbagi suaminya, membayangkannya saja hatinya begitu pilu. Tapi kawin kontrak juga tidak diperbolehkan oleh Agama, karena itu seperti mempermainkan sebuah janji pernikahan yang sakral.

"Mas tahu apa yang kamu pikirkan ,Dek. Kita tidak akan berbuat jahat kepada wanita itu, kita akan memberikan hak yang sepantasnya untuk dia di dalam perjanjian pernikahan itu."

"Baiklah, Mas. Aku setuju."

Ponsel Ratih berdering, sebuah panggilan dari Arin masuk. Segera Ratih menggeser tombol hijau untuk menerimanya.

"Halo, Arin."

Ratih terdiam mendengarkan lawan bicaranya yang  sedang telpon.

"Baiklah, segera masuk."

Ratih memutuskan telepon setelah selesei memberikan perintah untuk Arin segera masuk.

"Dia sudah datang Mas. Bersikaplah hangat kepadanya, dia calon ibu dari anak kita." 

Ratih mengatakan itu dengan dengan senyum miris mengembang di bibirnya yang ranum. Bagaimana bisa nasibnya begitu miris seperti ini, suaminya akan memiliki anak dari wanita lain.

Seorang wanita dengan gaun selutut berwarna pink muda dengan rambut bergelombang berwarna merah yang di ikat kebelakang, berjalan mendekati mereka, Ratih tersenyum hangat kepada Arin.

"Ini Arin Mas, Arin ini Mas Abimanyu, suamiku, dan sebentar lagi dia juga akan menjadi suamimu."

Sekilas Abi dan Arin saling pandang, Arin tersenyum hangat kepada Abimanyu, namun Abi malah mengabaikannya dan memandang kepada Ratih.

"Duduklah, Rin." 

Arin segera duduk di sebelah Ratih dan Abi. Sejujurnya hati Arin begitu berdegup kencang karena ini adalah keputusan terbesar dalam hidupnya yang akan dia ambil. Sebagai istri kedua.

"Sudah makan Rin? Saya pesankan ya." 

"Tidak perlu Bu, saya sudah makan tadi." Tolak Arin halus.

"Kalau  begitu kita bahas saja pernikahannya." Celetuk Abi tanpa basa-basi.

Arin menganggukkan kepala, gadis belia dengan kulit putih bersih itu hanya mampu pasrah tidak bisa menolak lagi.

"Aku akan menikahimu secara siri dan pernikahan kita hanya pernikahan kontrak. Jadi kamu tidak akan terikat selamanya denganku!" 

"A..apa? Kawin kontrak, Pak?" Pekik Arin lirin seolah tidak percaya.

"Iya, jangan harap aku akan menikahimu secara sah. Kita hanya saling membutuhkan dan melengkapi. Kamu membutuhkan bantuan untuk hidupmu, saya dan istriku membutuhkan anak." Abi sudah tahu semua dari Ratih tentang Arin.

"Tapi bagaimana dengan Aku, Pak? Jika kita berpisah hanya dalam kurun waktu tertentu, pasti saya akan mendapatkan gunjingan dari orang di lingkungan saya." 

"Rin, saya tahu apa yang kamu pikirkan, tapi kita akan merahasiakan pernikahan ini. Jadi orang lain tidak akan tahu sama sekali." Jelas Ratih memenangkan pikirkan Arin.

"Lalu orangtuaku bagaimana?" Tanya Arin lagi.

"Kita juga akan sembunyikan ini dari orangtuamu, Rin." Ujar Ratih lagi.

Tentu saja Arin kepikiran tentang hal itu, dia akan menikah tapi setelah memiliki anak Arin akan ditinggalkan. Namun, Arin tidak bisa memutuskan apapun lagi, karena dia juga sudah berjanji akan menuruti semua permintaan Ratih yang sudah menolongnya memberikan biaya perawatan kepada Ayahnya.

Abimanyu lalu meminta kepada pelayan selembar kertas dan bolpoin untuk menulis isi perjanjian itu.

Setelah menulis semua isi perjanjian itu lalu menyerahkan kepada Arin. Arin lalu membacanya dengan seksama. Ada tiga poin di dalam perjanjian itu.

Pertama, Abimanyu dan Arin hanya akan menikah di bawah tangan dan pernikahan mereka hanya sebatas waktu 2 tahun.

Kedua, selama dua tahun itu jika Arin sudah melahirkan sebelum batas waktu 2 tahun, Arin bisa terbebas dari ikatan pernikahan itu. 

Ketiga, Abimanyu dan Ratih akan membelikan imbalan kepada Arin sebesar 1 milyar dan memenuhi semua kebutuhan keluar Arin selama Arin menjalani pernikahan kontrak. 

Arin berpikir sejenak, semua isi perjanjian itu sebenernya tidak ada yang merugikan dirinya justru menguntungkan, Arin bisa terbebas dari perjanjian itu jika secepatnya memberikan anak kepada Abimanyu dan Ratih.

Jadi Arin tidak akan terjebak dalam pernikahan tanpa cinta itu, dan melanjutkan hidupnya untuk meraih cita-citanya sebagai wanita karir dan membawa kehidupan keluarganya agar lebih baik

"Bukankah semua sudah jelas di surat perjanjian itu? Segeralah tanda tangani itu!" Ujar Abi ketus.

"Mas jangan bersikap seperti itu kepada Arin." Ratih memperingati suaminya lagi.

"Oya, untuk kehamilan nanti, kita akan melakukan bayi tabung! Jadi kita tidak perlu melakukan hubungan suami istri pada umumnya."

"Mas?" Pekik Ratih lagi mendengar semua putusan suaminya.

"Mas sudah bilang, kamu harus setuju semua syarat yang mas berikan jika ingin pernikahan ini terjadi, Dek."

"Tapi.." ucapan Ratih segera di sela oleh Arin.

"Saya setuju untuk semua perjanjian dan persyaratan yang diberikan." Cicit Arin seraya menandatangani surat perjanjian yang Abi tulis itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status