Share

lima puluh enam

Rudi memperhatikan ruangan yang minim hiasan itu dengan seksama. Lelaki itu hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Tempat tinggalnya bahkan lebih mewah dan megah dari rumah orang yang menggajinya. Dia juga tak melihat ada kendaraan yang terparkir di depan rumah. "Apa aku salah alamat ya," gumamnya merasa tak yakin.

Iyan berjalan sambil menggandeng Alif. Namun, baru beberapa langkah Alif melepaskan pegangannya.

"Perut Alif sakit, Om. Mau ke kamar mandi," ujar bocah bermata bulat itu, kedua tangannya memegang perut sambil meringis menahan sakit.

"Ya udah, sana. Nggak usah lari-lari," pesan Iyan yang tak dihiraukan oleh bocah berambut ikal tersebut karena ingin segera sampai di kamar mandi.

"Alif kenapa?" tanya Ambar saat putranya itu melintas di depannya yang sedang membereskan meja makan.

"Mau pup, Bunda," sahutnya tanpa berhenti berlari.

Ambar yang belum selesai dengan kegiatannya memilih menghentikan dan menyusul Alif ke kamar tempatnya menginap.

"Alif kenapa, Mbak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status