Share

Gadis yang Tertawan bab 33

Malam itu setelah Bima kembali ke rumah persembunyian, Ananta di tempatkan kembali di ruangan yang sama. Gundah gulana Ananta terdiam, gigi geliginya gemeretak, dua sungai air mata yang hangat mengalir di pipinya. Sedetik kemudian ia tertawa, seperti malam kemarin.

Hatinya terasa diremas oleh sesuatu yang kasat mata, tulisan ibunya berkali-kali ia baca. Isi hati yang tidak bisa diungkapkan semasa hidup, tersimpan rapi berwujud curahan hati di sebuah buku dengan kertas yang menguning.

Bima masuk membawakan beberapa batang linting romok. Ia duduk tepat di samping Ananta, menawarkan pada pemuda itu yang langsung diterimanya.

"Terkadang, hidup memukulmu dengan kenyataan yang berat. Dan membuat kita kehilangan keyakinan," ucap Bima.

"Hal yang paling sulit dari hidup ini adalah menerima kenyataan pahit. Apakah, Paman, pernah membaca buku ibuku?"

Bima memandang Ananta sekilas setelah mendengar pemuda itu menyebutnya ibunya. "Tidak, menyentuh seujung jari pun aku tidak berani. Itu adalah raha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status