Bella kembali menghampiri Kevin, sedangkan Ramel kembali menghampiri Sarah dan klien lainnya. Ia berbicara dengan temannya tetapi matanya tertuju ke Bella yang duduk berjarak dua meja dari mereka.Sarah tiba-tiba mendekatkan bibirnya ke telinga Ramel, "Pantaskah seorang istri bersikap seperti itu kepada pria lain di hadapan suaminya?" bisik Bella."Itu bukan urusanmu," jawab Ramel dengan lembut yang hanya bisa didengar olehnya dan Sarah."Maaf, aku tidak bermaksud untuk ikut campur." Setelah mengatakan itu Sarah kembali menutup mulut.Tanpa terasa waktu berputar begitu cepat, saat ini benda bulat itu menunjukkan pukul 11 malam. Suasana pesta semakin panas karena saat ini sudah acara bebas, berbagai macam minuman alkohol telah tersedia di atas meja."Ayo bersulang Tuan Ramel," ajak seorang pria.Ramel tersenyum, ia bersulang lalu meneguk minumannya satu teguk dan kembali menaruh gelasnya di atas meja.Sementara di meja lain, Bella bersikap hal yang sama dengan Ramel. Wanita cantik itu
Rasanya Bella baru saja memejamkan mata, tetapi tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu."Nyonya, sarapan pagi sudah siap. Tuan sudah menunggu di meja makan." Terdengar suara seorang wanita dari balik pintu."Iya Mbak," jawab singkat Bella dari dalam kamar.Ia segera bangkit dari tidurnya, menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur lalu melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Saat ke luar dari kamar mandi, Bella melihat sebuah paper bag terletak di atas tempat tidur."Apa ini?" ucap Bella sambil meraih paper bag.Ia mengeluarkan satu persatu isi dalam paper bag itu. Ternyata di dalamnya dua pasang pakaian, satu celana jeans dengan kemeja dan satu pasang piyama merah bermotif kucing."Mungkin ini untukku," lanjut Bella bicara pada dirinya sendiri. Ia meraih celana jeans dan kemeja lalu memakainya, setelah itu ia ke luar dari kamar. "Aw...." teriak Bella karena terkejut, ternyata pelayan itu masih menunggunya di depan pintu."Maaf Nyonya, aku tidak bermaksud untuk m
"Terus, bagaimana cara saya memeriksa Nyonya, Tuan?" Tentu sang Dokter bertanya demikian!"Biar aku yang menaruhnya." Ramel meraih stetoskop dari tangan Dokter lalu menaruhnya ke dada istrinya."Sudah cukup Tuan," ucap Dokter setelah mendengar detak jantung Bella melalui stetoskop yang terpasang dikedua telinganya."Tuan, sepertinya kita harus memasang infus. Tekanan darah Nyonya sedikit tinggi, apalagi Nyonya baru mengalami keguguran." Dokter kembali membuka mulut."Lakukan yang terbaik untuk istriku," jawab Ramel.Selama Dokter memasang jarum infus di tangan Bella, ia tidak sedikitpun meninggalkan wanita cantik itu. Ramel menggenggam erat telapak tangan istrinya sambil mengelus ujung kepalanya dengan lembut."Ya Tuhan, berilah kekuatan kepada Bella. Aku tidak tega melihatnya seperti ini, sudah cukup dia menderita selama 11 tahun ini. Tolong berikan aku kesempatan untuk membahagiakannya, aku berjanji akan menyayanginya seumur hidupku," ucap dalam hati Ramel sambil menatap wajah p
"Andaikan aku mendengar ucapanmu waktu itu, kamu tidak akan kehilangan anakmu," ucap Bella diiringi isak tangis."Aku wanita....""Sstt..." Rame menempelkan satu jari tangannya di bibir Bella, sehingga wanita cantik itu berhenti bicara."Jangan bahas itu lagi, sekarang saatnya kita memulai hidup baru," lanjut Ramel.Bella mengangguk sambil meneteskan air mata kebahagiaan dan kesedihan. Keduanya pun kembali berpelukan, secara perlahan Ramel mendorong Bella dengan dadanya hingga berbaring di atas tempat tidur.Kini Ramel berada di atas tubuh istrinya, ia melumat bibir Bella dengan lembut dan penuh perasaan. Sedangkan tangannya mengelus paha mulus Bella."Ramel, jangan." Bella refleks menahan tangan suaminya.Tentu Bella menahannya, sebab tangan suaminya itu sudah semakin liar dan tak terkontrol lagi. Padahal kondisi Bella saat ini masih dalam hida setelah mengalami keguguran, bahkan darah masih mengalir dari intimnya."Aku masih berdarah," lanjut Bella."Maaf sayang, aku lupa," sahutnya
Satu bulan telah berlalu, hubungan Ramel dan Bella pun semakin membaik dengan seiring berjalannya waktu. Sepasang suami istri itu tidak pernah bertengkar atau berdebat, keduanya saling mengerti dan perhatian. Hanya saja Ramel yang terlalu posesif, ia tidak mengizinkan Bella ke luar rumah sendirian.Setiap Bella ke luar rumah ia selalu dikawal oleh dua pengawal, hal itu membuat Bella merasa tidak nyaman. Ia bukannya bangga dijaga ketat seperti itu, tapi justru merasa malu."Ramel, nanti siang aku ke Apartemen Oma ya?" ucap Bella setelah mereka selesai sarapan, "Tapi gak usah dikawal, aku sama Mbok Inem saja," lanjutnya.Ramel memutar mata, ditatapnya Bella dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Entah mengapa setiap kali Bella ingin ke luar rumah, Ramel merasa tidak nyaman."Gak bisa, kita ke Apartemen Oma setelah aku pulang dari kantor," tolak Ramel dengan tegas."Baiklah," sahut Bella tanpa membantah.Keduanya pun bangkit dari kursinya masing-masing, Ramel melingkarkan sebelah tan
Tepat pukul 5 sore mobil sport milik Ramel terlihat memasuki gerbang instan Wijaya. Bella yang melihatnya dari balkon kamar, segera menuruni tangga untuk menyambut suaminya ke teras. Hal itu sudah ia lakukan selama 1 bulan ini, walupun hatinya hancur saat ini tetapi Bella berusaha menyembunyikannya sampai Ramel membuka mulut."Selamat sore sayang," sapa Ramel yang baru turun dari mobil sambil melangkah menghampiri Bella."Sore," jawab Bella dengan senyuman.Ramel mengecup kening istrinya, sedangkan Bella mencium punggung tangan suaminya. Keduanya melangkah masuk ke dalam rumah sambil bergandengan.Setibanya di kamar Ramel langsung membersihkan tubuhnya ke kamar mandi, sedangkan Bella bergegas membuatkan teh untuk suaminya."Sayang," panggil Ramel dari kamar mandi."Iya," sahut Bella."Tolong aku," ucap Ramel.Tanpa menjawab Bella segera melangkah menuju kamar mandi, di dorongnya pintu agar terbuka, dilihatnya Ramel sedang berendam di dalam bathtub yang penuh dengan busa sabun."Tolon
Bijaklah dalam membaca, karena di bab ini sedikit panas. Bagi yang belum cukup umur silahkan mundur......................Setelah puas menikmati seluruh tubuh Bella, kini Ramel berpindah ke bagian sensitif milik istrinya. Ia melebarkan kedua paha mulus Bella, ditatapnya milik istrinya yang berwarna merah muda itu. Perlahan tubuh Ramel menunduk, menungkupkan wajahnya di sana sambil memainkan lidah nakalnya."Ah...ow...aw..." Desahan itu tidak berhenti ke luar dari mulut Bella.Lidah Ramel terlalu liar di intimnya, pria tampan itu menyedot semua cairan bening yang ia semburkan berkali-kali. Hisapan bibir suaminya itu membuat Bella tidak bisa mengontrol nafsunya, bahkan Bella mengangkat bokongnya untuk mengejar mulut Ramel."Ramel, apa rasanya nikmat?" Pertanyaan itu terlepas dari mulut Bella, tanpa ia sadari.Ramel melepaskan bibirnya dari sana, "Sangat nikmat sayang, aku menyukainya," jawab Ramel.Ia kembali menungkupkan wajahnya, memasukkan lidahnya ke dalam lobang kecil itu. Memai
Ramel baru saja tiba di kantor, bahkan belum menjatuhkan bokongnya di atas kursi. Namun tiba-tiba ponselnya berdering, seseorang telah menghubunginya."Nomor siapa ini?" tanya Ramel kepada dirinya sendiri, setelah melihat kontak yang menghubunginya tidak memiliki nama.Tangannya pun segera mengusap berwarna hijau yang ada di layar ponselnya."Iya," ucap singkat Ramel."Apa saya bisa bicara dengan Tuan Ramel Alexander Wijaya," suara dari seberang sana."Iya, dengan saya sendiri," sahut Ramel."Tuan Ramel, saya dari petugas rumah sakit Hospital Singapura....""Iya, apa terjadi sesuatu dengan mertuaku?" sela Ramel yang membuat orang di seberang sana berhenti bicara."Tidak Tuan.""Terus?" desak Ramel yang sudah khawatir dan tidak sabar lagi."Kami ingin memberitahu sesuatu." Pihak rumah sakit mulai menyampaikan informasi tentang keadaan Bryan saat ini."Oh baiklah, terima kasih," ucap Ramel sebelum memutuskan sambungan teleponnya.Ramel segera bangkit dari kursi, ia masukkan ponselnya ke