Share

Ke luar dari kamarku.

Halo Kakak semua, maaf di bab sebelumnya ada kesalahan. Saya juga ikut terkejut dan kecewa, kok bisa kacau seperti itu. Saya author meminta maaf, di bab ini kita kasih gratis tanpa koin ya Kakak! Jangan kecewa ya Kak, namanya manusia dan jaringan pasti tak selalu stabil. I love you Kakak.

***************

"Iya sayang, kamu hamil." Kali ini Tania yang membuka mulut.

"Tidak, tidak, ini seharusnya tidak terjadi," ucap Bella dengan wajah yang semakin pucat, matanya membulat dengan tatapan kosong.

"Apa yang kamu katakan Bella? Apa kamu tidak bahagia?" protes Ramel.

"Aku tidak seharusnya hamil," ucap Bella dengan menatap kedua mata Ramel.

"Kenapa Bella? Kenapa?" desak Ramel dengan raut wajah kecewa, "Seharunya kamu bersyukur, di luar sana banyak yang menginginkan anak tetapi Tuhan belum memberikannya," lanjut Ramel.

Bella refleks melepaskan jarum infus dari punggung tangannya, bangkit dari tempat tidur lalu turun.

"Bella," panggil Ramel sambil memeluk wanita cantik itu agar tidak pergi, "Aku tahu kamu tidak menginginkan keturunan dariku, tapi aku mohon! Biarkan dia hadir di dunia ini, dia suci dan tidak tahu apa-apa," lanjutnya.

Bella hanya diam, ia menegakkan kepala untuk menahan butiran bening yang akan jatuh dari kedua mata indahnya. Tak ada sedikitpun niatnya untuk melakukan hal buruk pada kandungannya, Bella bicara seperti itu agar tetap berpisah dengan Ramel karena sudah terikat janji dengan Hendrawan ayah Sarah.

Bella melepaskan kedua tangan Ramel dari tubuhnya lalu berputar menghadap pria tampan itu.

"Bukan aku tidak menginginkannya, hanya saja waktunya tidak tepat," ucap Bella dengan tegas, "Maaf perceraian kita harus tetap dilaksanakan, setelah anak ini lahir aku pasti memberitahumu," lanjutnya.

"Tidak." Tiba-tiba terdengar suara dari pintu.

Ramel, Bella dan Tania refleks memutar kepala ke arah datangnya suara.

"Seorang suami tidak boleh menceraikan istrinya dalam keadaan hamil, jika kamu tetap ingin berpisah dari Ramel! Tunggu sampai anak itu lahir." Hendrawan bicara sambil melangkah menghampiri Ramel dan Bella.

"Papah, apa-apa ini?" protes Sarah yang baru muncul dari pintu.

Wanita berambut pendek itu tidak terima dengan keputusan ayahnya. Sarah menginginkan Bella dan Ramel tetap melanjutkan sidang perceraian mereka.

"Maaf Sarah, kamu tidak perlu ikut campur dalam masalah Ramel dan Bella." Kali ini Tania yang membuka mulut. 

Ia geram melihat wanita yang tidak tahu diri itu. Ingin rasanya Tania berteriak mengatakan kebohongan Bella di depan umum, tetapi ia harus bisa menahan keinginannya itu karena Bella dan Hendrawan sudah membuat perjanjian di atas kertas tertulis.

"Kenapa tidak boleh," sahut Sarah menantang Tania.

"Cukup Sarah, tolong jangan memperkeruh suasana. Aku harap kamu bisa bersifat lebih dewasa dan tidak ikut campur dalam urusan orang lain," ucap Ramel dengan tegas.

"Iya sayang, Ramel benar," timpal Hendrawan dengan lembut, yang membuat Sarah menutup mulut.

"Bisakah aku bicara dengan Bella?" lanjut Hendrawan.

Semuanya ke luar, hanya tinggal Bella dan Hendrawan yang ada di ruangan itu.

"Om tenang saja, aku pasti meninggalkan Ramel." Bella membuka mulut terlebih dahulu.

"Tidak, sebaiknya kamu bertahan sampai anak itu lahir," bantah Hendrawan.

"Terus, bagaimana dengan perjanjian itu?" tanya Bella.

"Dalam hukum agama dan negara, suami tidak boleh menceraikan istrinya dalam keadaan hamil," ucap Hendrawan.

"Aku tahu itu, tapi...."

"Luapkan masalah perjanjian itu, nanti kita bahas lagi setelah kamu melahirkan." Setelah mengatakan itu Hendrawan langsung ke luar.

Bella hanya diam, ia menatap punggung Hendrawan hingga menghilang di balik pintu, sambil kedua matanya meneteskan butiran bening.

"Terima kasih Om, aku tahu kamu ayah yang baik. Sebenarnya kamu terpaksa melakukannya, semua itu hanya karena kasih sayangmu kepada Sarah," ucap dalam hati Bella.

................

Tepat pukul 4 sore Bella sudah tiba di kediaman Wijaya, wanita cantik itu terpaksa kembali dan tinggal di sana sampai ia melahirkan. Sebab pengadilan agama pun sudah membatalkan sidangnya.

"Bi, tolong siapkan kamar tamu untukku," ucap Bella kepada Bibi Mina.

"Enggak usia Bi," sela Ramel.

"Maksud kamu apa?" Bella menatap sinis Ramel.

"Kita akan tetap satu kamar," tegas Ramel.

Sarah seketika menghentak kaki melangkah menaiki tangga. Ia kesal karena Ramel mengajak Bella tinggal satu kamar.

"Aku tidak mau," bantah Bella yang langsung memalingkan wajah.

Tanpa menjawab, Ramel langsung mengangkat tubuh mungil Bella dengan gaya bridal style. Pria tampan itu membawanya ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur.

"Kamu sudah gila,' geram Bella.

"Iya, aku memang gila, benar-benar gila mencintaimu. Aku pun tak tahu sejak kapan rasa cinta itu muncul di hatiku," jawab Ramel yang melangkah ke kamar mandi.

Raungan itupun kembali hening, Bella menarik selimut untuk menutup tubuhnya lalu memejamkan mata berpura-pura tidur.

Tidak lama kemudian Ramel ke luar dari kamar mandi, pria tampan itu hanya melilitkan handuk di pinggang untuk menutup kemaluannya. Kakinya melangkah menuju ruang ganti tetapi matanya tertuju ke arah Bella.

Setelah 10 menit Bella Ramel pun ke luar dari ruang ganti, ia sudah berpakaian rapi dan siap untuk pergi.

"Sayang, aku ke luar  sebentar ya?" pamit Ramel sambil mengecup kening Bella.

"Hum," jawab singkat Bella tanpa membuka mata dan mulut.

Ramel baru saja pergi, pintu tiba-tiba terbuka dengan kasar yang membuat Bella refleks membuka mata.

"Bella, kita harus bicara." Sarah berdiri di bibir pintu dengan posisi kedua tangan terletak di pinggang.

"Aku lelah, jadi aku mau istirahat," jawab Bella. Ia kembali membaringkan tubuhnya.

Tentu hal itu membuat Sarah kesal, ia melangkah menghampiri Bella. Dengan sigap tangannya membuka selimut lalu menarik tangan Bella.

"Kita harus bicara," ucap Sarah dengan tegas.

Bella melepaskan tangannya dengan kasar, "Jangan coba-coba untuk menyentuhku." Bella bicara tidak kalah tegas dari Sarah.

"Ow, kamu menanrangku," ucap Sarah sambil tersenyum seribu arti.

"Kalau iya, kenapa?" tantang Bella.

Sarah mengangkat tangan, satu jarinya ia arahkan ke wajah Bella, "Ingat  perjanjian yang sudah kamu tanda tangani Bella," ucapnya mengancam.

Bella yang tidak mau ditindas oleh Sarah! Segera menepis jari tangan Sarah dengan kasar.

"Aku memiliki janji dengan Om Hendrawan, bukan denganmu. Selagi Om Hendrawan yang memberikanku kebebasan! Kamu tidak berhak untuk mengaturku," tegas Bella sambil menatap Sarah dengan tatapan tajam. 

"Ke luar dari kamarku," lanjutnya mengusir Sarah.

"Wanita licik, aku akan menghubungi papah," ucap Sarah.

"Ke luar," sentak Bella dengan nada tinggi, bahkan sampai terdengar ke lantai satu.

Sarah langsung pergi dan kembali ke kamarnya, ia meraih ponsel dari atas meja kecil lalu menghubungi ayahnya. Namun jawaban Hendrawan tidak sesuai keinginan Sarah, pria paruh baya itu tidak setuju Bella ke luar dari kamarnya, lalu digantikan oleh Sarah.

"Ahhhhh.." Sarah melemparkan ponselnya ke tempat tidur dengan kasar.

"Papah benar-benar membuatku kesal, untuk apa dia mengeluarkan uang sebanyak itu jika Ramel tetap menganggap aku orang asing," lanjut Sarah bicara kepada dirinya sendiri.

Tapi bukan Sarah namanya jika tidak melakukan sesuatu demi mewujudkan keinginannya. Wanita hamil itu tidak mau makan, pelayan sudah beberapa kali menjemputnya ke kamar untuk makan malam.

"Aku tidak mau makan jika bukan Ramel yang datang kemari."

Tentu pelayan menyampaikan ucapan Sarah kepada Ramel. Awalnya pria tampan itu tidak peduli dan tak berniat sedikitpun untuk menjemput Sarah ke kamarnya. Tetapi karena ucapan Bella, Ramel terpaksa.

"Jemput saja Mas, kasihan kandungannya kalau Sarah tidak teratur makan," ucap Bella dengan datar.

Ramel menghela napas kasar, "Baiklah."

Ramel bangkit dari kursi, melangkah menaiki tangga untuk menjemput Sarah ke kamarnya. Setibanya di pintu, bibir wanita hamil itu terangkat karena tersenyum.

=============

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Pahmi Larikke Windi UP
dr kmrn irit banget update bab nya.. yuuuk.min.. update lagi
goodnovel comment avatar
Pahmi Larikke Windi UP
masih nunggu update nya min
goodnovel comment avatar
Isabella
kayak sinetron ikan tetbang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status