Suara kicauan burung membuat suasana pagi semakin indah. Seperti biasa, setiap pagi Ramel selalu menemani Bella jalan-jalan di taman. Sepasang suami istri itu mengikuti anjuran dokter agar proses persalinan Bella nantinya semakin mudah. Sebab wanita cantik itu berencana untuk melahirkan normal."Mas, jalannya udah ya? Aku sudah lelah," keluh Bella."Ooo yaudah." Ramel menuntun Bella masuk ke dalam rumah.Bella melangkah menuju meja makan sedangkan Ramel bergegas ke kamar. Pria tampan itu harus segera membersihkan tubuhnya dan bersiap untuk berangkat ke kantor.Sebelum pergi, Ramel terlebih dahulu sarapan bersama istrinya. Walupun sebenarnya ia sudah terlambat ke kantor."Mas pergi dulu ya?" Ramel mengecup kenin dan bibir Bella sekilas."Hati-hati Mas," sambil melambaikan tangan ke arah mobil yang membawa Ramel.Butuh waktu 37 menit untuk Ramel tiba di perusahaan Pratama Grup. Ia baru saja menjatuhkan bokong di atas kursi kerjaannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu."Masuk,"
Ramel baru saja membuka pintu mobil, tetapi wanita itu tiba-tiba membuka pintu belakang dan langsung masuk."Tolong bantu aku Pak, tolong bantu aku," ucap wanita itu sambil menagis.Tentu Bella dan Ramel terkejut, "Kamu kenapa?" tanya Ramel."Aku mohon jalankan mobilnya, nanti aku jelaskan." Bibir wanita itu berbicara, tetapi matanya tertuju ke arah luar.Di sana terlihat dua orang pria sedang melangkah ke arah mobil Ramel."Ayo Pak, aku mohon," desak wanita itu."Ayo Mas," timpal Bella.Ramel menginjak gas mobil, melaju kencang meninggalkan tempat itu. Setelah berjarak 2 kilo meter Ramel menghentikan mobilnya di parkiran sebuah kafe. Ia menghidupkan lampu, memutar tubuh untuk melihat wanita yang duduk di bangku penumpang."Terima kasih ya Pak, Bu," ucap wanita itu disela-sela tangisan sambil tertunduk tampan melihat lawan bicaranya."Tunggu dulu." Ramel menghentikan wanita itu yang akan membuka pintu, "Apa kedua pria itu mengejar kamu?" lanjutnya bertanya.Wanita itu mengangguk, air
Satu bulan telah berlalu, hubungan Ramel dan Bella semakin romantis bahkan Ramel sering mengajak istri ke kantor."Mas, aku gak jadi ikut ya," ucap Bella yang duduk di kursi meja rias."Kenapa gak jadi sayang?" tanya Ramel, pria tampan itu sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel."Kepalaku tiba-tiba pusing Mas," keluh Bella sambil memijat keningnya.Ramel bangkit dari sofa, melangkah menghampiri istrinya, "Pusing lagi ya?" ucapnya sembari bertanya.Memang akhir-akhir ini wanita hamil itu sering pusing. Ramel sudah beberapa kali mengajaknya untuk periksa ke dokter, tetapi Bella selalu menolak. "Iya Mas," seiring bersama anggukan kepala.Ramel menuntun Bella bangkit dari kursi, lalu membawanya duduk di sisi ranjang."Kita periksa ke Dokter ya?" ajak Ramel dengan nada membujuk."Enggak usah Mas, ini pasti bawaan hamil." Lagi-lagi Bella menolak."Gak ada salahnya kita periksa sayang, mana tahu ada obatnya." Ramel berusaha membujuk Bella."Nanti aja Mas, sekarang aku mau istirahat,"
"Iya Pak, Nyonya Bella saat ini tidak bisa melihat." Dokter mengulang ucapannya."Lakukan apapun yang membuat istriku bisa melihat kembali," perintah Ramel."Untuk saat ini kita tidak bisa melakukan apapun Pak, karena Nyonya Bella sedang hamil. Kita harus menunggu sampai Nyonya melahirkan," ucap Dokter."Menunggu sampai melahirkan?" tanya Ramel dengan nada kesal, "Usia kandungan istriku baru 7 bulan, jadi harus menunggu 2 bulan lagi! Oh tidak, itu terlalu lama.""Iya Pak, kita harus menunggu 2 bulan lagi," sahut dokter dengan lembut."Aku tidak bisa, hari ini juga aku akan membawa Bella ke luar negeri." Ramel bangkit dari kursi."Tunggu dulu Pak," panggil Dokter.Ramel menghentikan langkahnya lalu memutar tubuh menghadap Dokter."Sebenarnya kita bisa melakukan operasi hari ini juga, tapi aku ragu Pak," lanjut Dokter."Ragu apa?" desak Ramel."Aku ragu, apa yang terjadi kepada Nyonya adalah bawaan hamil. Itu sebabnya kita harus menunggu sampai Nyonya melahirkan, jika memang karena baw
"Gak repot kok." Sinta menjatuhkan bokongnya di kursi yang terletak di hadapan Ramel."Oh iya Pak, ba....""Mas, kamu masih kerja." Tiba-tiba terdengar suara Bella dari pintu, yang membuat Sinta berhenti bicara."Iya sayang," sahut Ramel yang langsung bangkit dari kursinya, melangkah menghampiri Bella.Ia menuntun wanita hamil itu duduk ke sofa, "Sayang, tunggu di sini ya? Mas matikan laptop dulu," ucapnya."Tunggu Mas," panggil Bella yang membuat Ramel berhenti, "Tadi bukannya ada suara Sinta?" lanjutnya."I...i...iya Mbak, saya kemari untuk mengantar berkas," sahut Sinta terbata-bata sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Ramel."Oh," jawab singkat Bella sambil tersenyum."Saya duluan ya Mbak." Sinta bangkit dari kursi, ia berusaha menyentuh punggung tangan Ramel yang terletak di atas meja, tetapi Ramel dengan sigap menariknya."Saya duluan Pak," lanjut Sinta yang langsung pergi."Kenapa sih, Bella selalu datang setiap aku berduaan dengan Ramel?" ucap dalam hati Sinta sambil menu
Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Bella sudah menunggu suaminya di teras bersama Mbok Inem, keduanya refleks menoleh ke arah gerbang. Di sana terlihat sebuah mobil hitam memasuki gerbang istana Wijaya, mobil siapa lagi kalau bukan mobil Ramel."Nyonya, yang turun Sinta," ucap Mbok Inem dengan lembut, yang hanya bisa didengar olehnya dan Bella.Memang benar, yang turun dari mobil hanyalah Sinta. Sedangkan Ramel tidak terlihat sama sekali, entah ke mana pria tampan itu?"Hay Mbak Bella," sapa Sinta sambil menjatuhkan bokongnya di kursi kosong, di samping Bella."Kamu udah pulang Sin?" tanya Bella berpura-pura, "Oh iya, Mas Ramel di mana?" lanjutnya bertanya."Oh, Pak Ramel masih ada pertemuan dengan klien Mbak. Mungkin sebentar lagi pulang," jawab Sinta.Memang benar, Ramel kedatangan tamu dari luar kota. Pria tampan itu sejak pukul 4 sore sudah meninggalkan kantor, dan menemui kliennya ke sebuah tempat.Sinta baru saja selesai berbicara, ponsel Bella tiba-tiba berderin
"Mas, hari ini kita jadikan belanja perlengkapan bayi?" tanya Bella setelah selesai sarapan."Jadi sayang, tapi Mas ke kantor dulu ya? Ada klien yang ingin bertemu, sebentar kok," sahut Ramel dengan nada membujuk."Ok Mas, tapi jangan lama ya," ucap Bella."Iya sayang." Ramel sambil bangkit dari kursinya.Bella mengantar suaminya ke teras, memberangkatkan pria tampan itu ke kantor. "Tunggu Pak." Terdengar suara Sinta dari pintu utama.Wanita bertubuh mungil itu menghampiri Ramel yang berdiri di depan pintu mobil."Aku ikut sama Bapak ya?" ucap Sinta yang langsung masuk ke dalam mobil tanpa menunggu jawaban dari Ramel.Keduanya pun meninggalkan kediaman Wijaya dengan menaiki mobil yang sama. Sepanjang perjalanan menuju kantor Pratama Grup, Sinta tidak berhenti bicara. Wanita licik itu menghasut Ramel untuk membawa Bella operasi."Tapi Dokter melarangnya Sin," ucap Ramel."Terserah Bapak saja, aku hanya kasihan melihat Mbak Bella. Apalagi kondisinya saat ini sedang hamil, tentu Mbak Be
"Sayang, sayang, bangun dong. Jangan buat Mas khawatir." Ramel mengusap telapak tangan Bella, untuk memberi kehangatan."Mbak Bella, Mbak." Kali ini Sinta yang membuka mulut."Sin, tolong minta Pak Bara untuk menyiapkan mobil," pinta Ramel yang sudah tidak sabar menunggu kedatangan dokter keluarga Wijaya.Sinta bergegas menuju pintu untuk mencari keberadaan Bara. Saat itu juga Bella tiba-tiba membuka mulut, wanita cantik itu memanggil-manggil suaminya."Mas, Mas, Mas," panggil Bella.Dengan sigap Ramel menjawab, "Iya sayang, ini aku."Ramel menggenggam telapak tangan Bella dengan erat, menempelkan bibirnya di kening wanita cantik itu.Perlahan Bella membuka mata dengan lembut, lalu kembali menutupnya, "Mas, aku gak bisa buka mata," ucapnya."Kenapa sayang? Kita ke rumah sakit ya?" bujuk Ramel dengan nada khawatir."Mas," panggil Bella sambil berusaha membuka matanya, "Kenapa aku merasa silau ya?" lanjutnya.Ramel tersenyum mendengar ucapan Bella, bulu kuduknya seketika berdiri. Jika B