"Hemm.."
"Apa kau ingin makan sesuatu?" tawar Ruster ramah.
"Kau bersikap seolah kau adalah istriku, apa kau menganggap serius pernikahan kita?" cibir Raven dengan nada sinisnya. Karena ia sudah memutuskan untuk mengubur perasanya pada Ruster.
Deg
Perkataan Raven begitu menusuk ulu hati Ruster dan wajahnya memucat dengan tatapan kaget ke arah wajah Raven.
"Seluruh dunia pasti tahu, bahwa pernikahan kita tidak sah dan berhentilah seolah menjadi istri untukku!" lanjut Raven dengan nada sinisnya yang lebih menusuk hati.
Raven berjalan mendekati Ruster dan berbisik di telinganya.
"Kau hanya pelacurku dan aku sudah bosan padamu."
Ruster menatapi Raven dengan mata berkaca-kaca, ia kecewa atas semua sikap Raven, yang selama ini lakukan padanya.
"Jadi kau hanya membodohiku, kau berpura pura manis dan hanya ingin mengajakku kembali ke rumah ini?" pekik Ruster dengan suara penuh kemarahannya.
"Tepat sekali."
PLAK
Ruster mengejapkan matanya dan ia sungguh sangat lelah melayani nafsu Raven yang tiada batas."A-aku,” Ruster menggantung kalimatnya, kalau dirinya mengatakan ingin beristirahat sejenak. apa Raven akan marah padanya.Rafael terkekeh garing dan ia berbaring di samping Ruster. Untuk memeluk tubuh Ruster secara erat. tangannya tidak tinggal diam untuk meremas dada Ruster yang semakin besar. Sejak Ruster hamil."Tidurlah, aku juga sangat lelah!” ucap Raven yang menghembuskan nafasnya yang kelelahan di dekat telinga Ruster.DegJantung Ruster berdetak semakin kencang dan wajahnya sudah terasa panas. ia berbalik menghadap ke arah Raven dan mengusap wajah pria itu. pria yang membuat hatinya sangat tersiksa selama ini. Pria yang selalu mengisi hatinya.Raven mengerutkan dahinya semakin dalam, sentuhan Ruster sungguh menganggu waktu tidurnya.Tatapan mata Raven ke arah manik mata Ruster yang ada binar kebahagiaan di mat
"Karena aku tidak bisa berhenti,” ucap Raven yang masih bisa di dengar jelas oleh Romeo."Persetan dengan mu, Ven. Ruster milikku dan kalaupun ia tau kebenaran siapa dirimu pastilah dia akan membencimu, bahkan tidak akan melihatmu lagi!” ancam Romeo yang bertekat membocorkan sisi gelap Raven. Ia tidak perduli lagi dengan Raven, karena api kecemburuan menguasai otak dan hatinya.Raven mengeraskan rahangnya, keningnya mengerut semakin dalam."Aku tahu, kau telah membunuh Emilia Lim dan Eliana Lim sekaligus keluarga Lim lainnya.”"Aku hanya memberikan pelajaran yang pantas untuk mereka, itu hukuman yang pantas untuk mereka yang menyakiti pemimpin Van Diora.”"Dengan membunuh lagi dan lagi. kau telah sakit jiwa, Ven."DegRaven menatap tajam pada Romeo, kalau yang bicara ini bukanlah adiknya. pastinya Romeo akan menyesali ucapannya."Aku tidak akan membiarkan Ruster memilihmu dan kau tidak pantas untuk istri
Sekarang Raven memilih menetap di apartemen dan Ini mungkin yang terbaik...Wajah Ruster yang berlinang air mata terekam jelas di memori ingatan Raven. ia tidak ada niat untuk melukai Ruster karena semua itu ia lakukan. Agar wanita itu melupakannya. padahal di lubuk hatinya ingin berteriak keras, bahwa ia mencintai wanita itu tapi Raven harus tahu diri, karena dirinya bukan yang utama, dirinya hanya sebagai bayangan hitam menyelimuti hubungan mereka.Apa lagi ucapan Romeo yang menyingung perasaannya, tapi apa yang di ucapkan oleh Romeo. memang ada benarnya juga.Raven hanya seorang yang sakit jiwannya yang tidak pantas untuk di cintai sedangkan Romeo selalu berharap keluar dari bayang-bayang keluarga Van Diora.“Aku rasa kau butuh waktu untuk istirahat, Ven!” ucap Lius yang langsung menancapkan salah satu jarum kecil di leher Raven.Raven ingin memaki Lius, tapi matanya langsung tertutup rapat.“Aku tidak menyangkah, kau ak
"Kau mencintainya?" tanya Romeo lagi, walau ia tahu jawaban dari Ruster. tapi Romeo ingin mendengarnya secara langsung dari Ruster."Sudah cukup Romeo, jangan bertanya lagi. aku sungguh lelah," balas Ruster yang berbaring membelakangi Romeo.Pandangan Romeo masih berkaca-kaca, ia mengepalkan kedua tangannya. ia tidak bisa menerima Ruster memperlakukannya seperti ini. tapi Romeo tidak bisa berbuat apapun, Romeo tidak ingin menyakiti Ruster lagi dengan tindakan kasarnya. apa lagi kehilangan Ruster, ia benar-benar tidak sanggup.Romeo berdiri meninggalkan kamar, ia menuruni anak tangga menuju garasi mobil. ia memasuki salah satu mobil sportnya yang berwarna hitam dengan merk mayback. Mobilnya melajukan dengan kecepatan penuh menuju apertemen Raven.Romeo harus bicara pada Raven dan ia akan mengalah demi kebahagian Ruster. Romeo tidak akan mempertanyaan perasaan Raven sesungguhnya, kalau benar kembarannya itu menyukai Ruster. maka ia rela mu
"Silahkan masuk,” ucap Jimmy yang membukakan pintu mobil untuk Ruster."Terima kasih Jim," balas Jimmy yang masuk ke dalam mobil. tidak lama Jimmy menyusul duduk di depan dan mengemudikan mobilnya.Selama di dalam perjalanan dalam hati Ruster kegirangan tapi ada sebekas kesedihan apakah Raven mau menerima kedatangannya. Ruster mengusap lembut perutnya yang menginjak delapan bulan. Sebulan lagi, ia akan melahirkan anakknya. Selama ini, Ruster tidak pernah memeriksakan kehamilannya dan ia tidak tahu kondisi anak di dalam perutnya. Ia selalu yakin, anaknya pasti baik-baik saja. Mau laki atau perempuan, Ruster tidak perduli. Karena ia tahu, anaknya adalah milik salah satu pria yang sering menidurinya."Kita bertemu daddy, Sayang!” bisik Rutser yang membelai perutnya yang lebih besar dari wanita hamil lainnya.Jimmy hanya tersenyum walau apa yang di ucapkan oleh Ruster tidak begitu jelas. Jimmy hanya tahu nyonyanya itu sangat bahagia in
"Aku tidak peduli, aku tetap mau bersama mu."Seetttttt…Kedua mata Ruster terbelalak, tubuhnya gemetar dan terkulai lemas dalam pelukkan Raven.Raven terheran menatap Ruster dengan mimic wajah pucatnya."Kau kenapa, hey..?" tanya Raven yang menyentuh bahu Ruster.Rasa lembab dan hangat membasahi telapak tangan Raven. Raven menatap telapak tangannya dan ia membelalakkan kedua matanya. Raven tidak percaya melihat warna merah darah memenuhi telapak tangannya.Raven yang murka menatap kesekelilingnya seseorang barlari memasuki lift, tidak begitu jelas siapa sosok itu. tapi Raven yakin dia lah yang menembak Ruster.“Zeus,” pekik Raven dengan suara keras yang mengaketkan Zeus yang sedang memakai bajunya dengan tergesah-gesah. Karena ia bosan melihat drama yang belum berakhir antara tuannya dan Ruster. Sehingga ia memilih mandi duluan.Raven bergegas menggendong Ruster yang di susul oleh Zeus yang mengemudikan mobi
"Jangan terlalu banyak bergerak, kau masih dalam pemulihan pasca operasi pengambilan peluru yang bersarang di bahumu!” jelas Romeo yang menahan Ruster tetap berbaring.Ruster baru ingat ia tertembak saat bersama Raven, ada yang berniat mencelakai nya tapi siapa? Selama ini ia tidak ada musuh walau dulunya tetangga dekat tempat tinggalnya sering bicarakan negative tentangnya. Apa mungkin si penembak mengincar Raven tapi salah sasaran."Raven dimana? Mungkin saja nyawanya dalam bahaya,” ucap Ruster yang panik."Tenang lah, dia baik baik saja kakak ku akan kembali secepatnya.”"Tapi seseorang mengincarnya.""Raven pasti bisa mengatasinya."HeningRuster terdiam, berusaha setenang mungkin walau fikirannya penuh dengan Raven. ia sangat cemas dan takut."Apa kau menyukai kakaku?" tanya Romeo secara spontan.DegJantung Ruster terlonjak, ia tidak ingin menjawabnya. Karena sudah berapa kali ia katakan ke
Ruster ingin menolak. Tapi melihat wajah Zeus yang memohon, hatinya luluh. Ia memakai jubah terbuat dari wol dan rasa hangat menyelimuti tubuhnya.“Kita akan ke salah satu kastil Van Diora. Tuan tidak akan tahu anda di sana, karena tempat itu aman dan biasanya tuan tidak akan mencari anda di rumahnya sendiri!” jelas Zeus yag melirik ke Ruster yang tersipu malu. Karena perut Ruster berbunyi.Zeus tersenyum ramah, ia membelokkan mobilnya ke salah satu restoran terdekat.“Kita makan dulu,” ajak Zeus yang memberhentikan mobilnya di pakiran.“Tapi aku tidak bawah uang satu sen pun,” balas Ruster tertunduk dengan wajah malu.“Anggap saja, aku traktir anda. Karena hari ini aku gajian dan tidak ada teman yang mau menemaniku makan,” alasan Zeus karena ia sudah memperhitungkan segalanya.“Baiklah dan terima kasih!” balas Ruster yang masih dengan wajah tersipu malu.Zeus keluar duluan,