Ratih tengah menemui kedua orang tua Daffa, ingin sekali ia menanyakan mengenai wanita yang ia dapati didalam ruangan kerja Daffa dua hari yang lalu. Pasalnya saat ia menanyakan mengenai wanita itu, Daffa diam saja dan enggan untuk menjawab. Hanya kedua orang tuanya adalah satu - satunya jalan ninja untuk mengetahui dan mengenal lebih mengenai Pria yang hendak menjadi suaminya.
"Maa shaa Allah masakan kamu enak sekali Ratih, ya kan Umi?" Mufid memberikan pujian pada calon menantunya, sedangkan Maryam hanya tersenyum tipis mendengar hal itu. Berbeda dengan Ratih yang tengah tersenyum puas karena pujian Mufid."Alhamdulillah Abi, itu tadi juga dibantuin sama Umi waktu masak.""Ah itu hal wajar.""Oh iya Abi Umi, boleh Ratih tanya - tanya?""Iya boleh - boleh, kamu mau tanya mengenai apa?""Emmm.. Maaf sebelumnya. Ratih cuma mau tanya, apa Bang Daffa punya kekasih?"Uhuk.. Uhuk..Mufid tersedak saat mendengar pertDidalam sebuah Cafe, Mazaya tengah bersama rekan satu tim untuk merayakan penobatan karyawan terbaik untuk Jena dan Rendi. Mazaya merupakan atasan yang royal untuk semua timnya, bahkan ia tidak segan - segan merogoh uang yang tidak sedikit untuk tim personalia saat mereka berulang tahun atau sekedar berkumpul dan acara yang lain.Tidak dupungkiri jika rasa sakit hatinya masih menjalar, namun ia tidak ingin menunjukkan pada siapapun. Meski semua Keluarganya mengetahui hal itu, dan para tim nya menangkap hal yang tidak wajar saat Mazaya berubah menjadi atasan worka holic. "Bu May, kapan berangkat Umrohnya?" Tanya Rinda. Ah ya, Mazaya mendapatkan paket umroh dari Irawan, Tim, dan Istri Irawan. Kenapa ia melupakan hal itu? Apa karena rasa sakit yang dirasakan menutup semua ingatannya? Atau karena kesibukannya akhir - akhir ini sehingga ia melupakan hal itu? "Nanti saya cek keberangkatannya, Mbak Zahra sudah menyiapkan tiketnya kok." Dustanya. Padah
Mazaya mendapat pesan teks dari sang Ayah ketika ia berada di Ruang Kerjanya. Sang Ayah memintanya untuk datang ke Kantor Tour and Travel milik kedua orang tuanya. Ia mengiyakan permintaan sang Ayah, dan sore ini telah berada di Kantor tersebut. Ternyata disana sudah ada Mafaza serta Eran, entah apa yang ingin dikatakan sang Ayah kepadanya sehingga ada kedua Kakaknya ditempat itu."Jadi kenapa Ayah ngumpulin kita bertiga disini?""Enggak, Ayah gak ngumpulin kalian bertiga. Eran memang lagi janji temu sama jamaah nya, Mafaza kebetulan aja ada disini karena habis janjian sama Ibu mertuanya di PIM.""Oh kirain ada apa. Terus kenapa Ayah nyuruh Zaya kesini?""Oh itu. Ayah cuma mau konfirmasi aja, betul kamu mau umroh lagi?""Hmmm.. Udah tau dari Mbak Zahra ya?""Iya, jadi?""Iya Zaya mau Umroh, emang kapan sih keberangkatannya?""Minggu depan. Kebetulan Masmu juga berangkat karena ada Jamaahnya yang minta dia ikut."
Seperti yang dikatakan Zafir, sore ini Mazaya tengah berada di Lapangan tenis Komplek. Langit muram dan menghitam, namun tidak mematahkan semangat Mazaya untuk bermain meski ia hanya menggunakan mesin pelontar bola. Semakin lama diperhatikan, ritme permainan semakin cepat. Bahkan pundak Mazaya tampak sedikit bergetar dan sesekali tangannya mengusap kedua pipinya. Hujan rintik tak membuatnya berhenti bermain, Daffa melihat hal itu dari dalam mobil sontak menghampiri wanita muda itu."Mazaya stop!" Daffa meraih raket milik Mazaya."Apa - apaan sih Mas?" Mazaya menatap nanar Daffa, ia menunjukkan ekspresi tidak bersahabat. Bahkan Daffa menangkap mata Mazaya sembab seperti menangis, namun hal itu hanya terlihat samar karena air hujan."Hujan Zay, stop dulu mainnya." Daffa menarik pergelangan tangan Mazaya, namun mendapat tepisan dari wanita itu."Apa peduli kamu Mas?""Jelas saya peduli sama kamu Mazaya!" Tatapnya dengan rahang sedi
Jalanan macet, tidak bergerak sama sekali. Mazaya hanya pasrah dibalik kemudi, sedangkan Mafaza mendengus kesal sembari mengoceh."Ada apa didepan Pak?" Mafaza membuka jendela dan bertanya pada seorang pria dengan sepeda motornya."Ada kecelakaan didepan Neng. Mending puter balik deh, gak gerak sama sekali soalnya. Ambulance sama polisi belum dateng juga.""Oh yaudah Pak, makasih." Ia hanya manggut - manggut mengerti.Mafaza melirik kearah Mazaya, saudara kembarnya itu tampak tenang. Sama sekali tidak ada kegelisahan terpancar pada raut wajahnya, sesekali wanita disebelahnya menggulir ponsel ditangannya."Gak usah sok sibuk, gak ada pacar." Cibir Mafaza."Ih suka - suka gue.""Cih.. mending puter balik aja deh, lewat sana aja.""Gimana mau puter balik sih Za, puterannya aja masih didepan. Semua kendaraan gak ada yang gerak, kecelakaannya parah emang? Sampai - sampai gak ada yang berani lewat.""Gak tau,
Keluarga Ratih beserta kedua orang tua Daffa tengah berada di Rumah Sakit setelah mendengar kabar mengenai kemalangan yang dialami oleh wanita muda itu.Daffa masih dengan wajah datarnya saat seorang Dokter menjelaskan bahwa sang calon istri mengalami patah tulang dibagian leher dan terjadi Epidural Hematoma.Epidural hematoma atau perdarahan extradural adalah kondisi saat darah mengumpul di area epidural, yaitu area diantara tulang tengkorak dan lapisan duramater. Duramater adalah membran atau lapisan terluar dari mening (selaput otak dan tulang belakang) yang menyelimuti dan melindungi otak dan tulang belakang.Sontak saja hal itu membuat semua orang yang berada ditempat itu terlihat syok, terutama kedua orang tua Ratih tentunya. Sedangkan Rika hanya dapat menangis histeris, pasalnya yang memiliki ide untuk makan bakso dan menyeberangi jalan tanpa menggunakan jembatan penyeberangan adalah dirinya. Tak henti - hentinya ia menyalahkan diri sendiri, sedangk
Satu Minggu kemudianLabbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika lak.Terdengar merdu dan meneduhkan hati ketika mendengar lafaz talbiyah berkali - kali dilantunkan. Melaksanakan Shalat didepan kabah serta mencium kabah adalah keinginan semua umat muslim. Termasuk yang dilakukan oleh Mazaya saat ini, ia dengan khusyu memanjatkan do'a kepada Tuhannya.Hari ini adalah hari terakhir dimana Mazaya beserta rombongan jamaah yang lainnya melaksanakan ibadah umrah. Selama menjalani ibadah umrah Mazaya sama sekali tidak menghiraukan ponsel miliknya, hanya sesekali saja ia memotret Kota Makkah dan hanya sekali ia abadikan pada story sosial media."Mbak Mazaya sama Mas Gema masih sama - sama single, siapa tau nanti ketemu lagi di Indonesia dan berjodoh." Ucap salah satu Wanita paruh baya jamaah Umroh saat sesi makan malam berlangsung."Do'a baik memang dianjurkan,
Beberapa hari menikmati masa cuti untuk beribadah Umrah dan jalan - jalan di Turki. Dan hari ini Mazaya bersama Eran serta rombongan telah sampai di Bandara Soekarno Hatta. Karena kedua orang tuanya belum juga menjemput, Ia dan Eran menunggu disebuah Cafe sembari mengganjal perut yang sudah lapar. Mengapa ia tidak beli di Restaurant saja? Karena sang Ibu sudah menjanjikan untuk memasakkannya Sambal goreng kentang dengan hati sapi, ya tentu saja ia tidak ingin melewatkan menu favoritnya.Sebuah ponsel berbunyi, namun bukan ponsel miliknya. Saat ia mencari, terdapat sebuah ponsel dibawah tempat duduknya. Ia dan Eran saling pandang, dan berakhir mengangkat panggilan yang ada di ponsel tersebut."Selamat pagi." Katanya, ia tidak mengucap salam karena belum tentu sang penelepon seorang muslim.[0812xxxxx : Selamat pagi, Alhamdulillah ada yang mengangkat telepon saya.] Seru sang penelepon."Apa Bapak mengenal pemilik HP ini?" Tanya Mazaya.[081
Setelah menunggu hampir kurang lebih satu jam, Kakak Beradik itu telah sampai di Kediaman kedua orang tuanya. Raut wajah lelah tergambar nyata pada wanita muda yang tengah menyeret koper miliknya. “Assalamu’alaikum.” Seru keduanya. “Wa’alaikum salam. Eh anak ganteng sama anak cantik Bunda udah pulang, capek?” Farida mencium pipi kanan kiri Mazaya setelah keduanya salim dengan sang Ibu. “Capeknya waktu nunggu jemputan.” Gerutu Mazaya sembari melirik kearah Mafaza. Ya , mereka berdua dijemput oleh Mafaza dan Liam. Bukan dengan kedua orang tuanya. “Duh ilah gitu aja ngeluh. Makan sana, Bunda udah masakin makanan favorit elo.” Mazaya memilih berganti pakaian terlebih dahulu baru lah ia menyantap makanan yang telah disediakan oleh Farida – Ibunya. Eran pun juga tengah bersiap untuk makan setelah bermain dengan putra semata wayangnya “Zaya abis nolongin orang tuh, kali aja Bapak – bapak tadi punya anak laki.” Ledek Eran.