Adam memandang wajah dingin Sergio, tidak tahu harus bersikap seperti apa di saat seperti ini.Dia bertanya dengan suara pelan, "Apa maksud Tuan?""Susun ulang informasi yang lebih rinci dan kirimkan ke email ku besok sore.""Baik. Akan saya lakukan."Adam mengangguk sebagai jawaban, lalu berbalik meninggalkan ruang tamu.Tampaknya kali ini Sergio benar-benar marah.Namun, itu semua karena ulah Justin sendiri.Awalnya, Justin lah yang memohon untuk dinikahkan dengan Hazel. Namun, sekarang sikapnya malah tidak bertanggung jawab. Dia bahkan sampai melakukan hal bodoh seperti ini. Benar-benar mempermalukan wajah Keluarga Hardwin.Setelah Adam pergi, hanya Hazel dan Sergio yang tersisa di ruang tamu.Hazel berdiri dan berjalan menghampiri Sergio. Dia mendongak dan menatap Sergio. "Apa Om akan membantuku?"Ketika bertemu dengan sorot mata Hazel yang jernih, semua kemarahan di wajah Sergio langsung menghilang.Sergio menunduk dan tersenyum tipis saat menatap gadis yang hanya setinggi bahunya
Nada bicara Sergio tegas. Dia juga memberikan penekanan pada setiap kata yang dia lontarkan.Dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya karena takut membuat Hazel ketakutan. Namun, hal itu tidak menghentikannya untuk menggunakan posisinya sebagai seorang suami untuk menunjukkan kepada istrinya bahwa istrinya tidak pernah sendirian.Setidaknya mulai sekarang, Sergio akan melindunginya.Tidak ada yang diperbolehkan mengganggu istrinya.Ini adalah pertama kalinya Hazel dipilih dengan tegas oleh seseorang, pertama kalinya dia menyadari bahwa dia mungkin tidak sendirian.Setidaknya di dunia ini, ada seseorang yang mengatakan bahwa mereka bersedia melindunginya.Mata Hazel tiba-tiba menjadi lembap dan air matanya jatuh tak terkendali.Tanpa sadar, dia mengulurkan tangan untuk menghapusnya, tidak ingin kehilangan muka di depan Sergio. Namun, air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Makin diseka malah makin jatuh tak terbendung."Om, kenapa kamu begitu baik padaku?"Hazel menete
Sore berikutnya, Adam telah menyusun informasi rinci yang diminta oleh Sergio.Ketika melihat tumpukan dokumen tebal yang diserahkan Adam, Hazel pun terkejut. "Sebanyak ini?""Ya, Tuan Justin dan Darra sangat terang-terangan, jadi ada banyak bukti yang tertinggal."Justin tidak pernah terkekang. Selama beberapa tahun ini, ketika dia menghadiri jamuan makan atau berbagai pesta, dia pasti akan membawa Darra bersamanya.Jadi, meskipun Darra hanyalah seorang anak haram, dia telah berhasil memantapkan dirinya di keluarga kaya Kota Palapa.Ditambah lagi, Darra sangat pandai dalam bersikap. Dia bersikap lembut dan baik hati, jadi memiliki banyak teman dalam lingkaran para orang kaya.Hazel mengambil dokumen itu dan membolak-balik halamannya.Matanya langsung tertuju pada sertifikat diagnosis rumah sakit. "Darra melakukan aborsi?"Dia terus melihat ke bawah dan menemukan bahwa Darra tidak hanya pernah melakukan aborsi, tetapi dia sudah melakukannya sampai tiga kali.Dia melakukan aborsi untuk
Hazel kebetulan bertatapan dengannya saat mendongak. Seketika, senyuman langsung meluap dari dasar matanya. "Om sudah pulang? Kenapa pulang kerja secepat ini?""Hmm." Sergio berjalan ke depan Hazel, sudut bibirnya sedikit terlihat mengait. "Hari ini kantor nggak sibuk, jadi aku pulang lebih awal.""Apa Om haus? Akan aku ambilkan segelas air."Hazel berdiri dari sofa dan bersiap untuk berjalan ke arah dapur.Namun baru dua langkah, pergelangan tangannya dipegang oleh sebuah telapak tangan yang lebar dan hangat. "Nggak. Aku nggak haus."Hazel merasa pergelangan tangannya seperti tersiram air panas, jadi dia langsung menarik tangannya. Setelah itu, rona merah mulai menjalar di wajahnya.Merasa cengkeraman tangannya kosong, Sergio kembali menarik tangannya dengan penuh penyesalan. Lalu, dia melirik dengan curiga ke arah meja kopi yang berantakan."Apa yang kalian lakukan?"Adam segera menjelaskan, "Tuan, saya sudah mencetak semua informasi yang Tuan minta untuk diselidiki. Semuanya ada di
Tidak yakin apakah kegugupannya terlalu berlebihan, Hazel tiba-tiba merasa sedikit pengap saat berada di dalam mobil yang tertutup rapat.Dia melirik ke arah Sergio dan diam-diam menurunkan jendela.Angin sepoi-sepoi dari luar berembus melalui celah-celah kaca dan menerpa wajah Hazel, membuat napasnya jadi lebih santai.Perasaan sesak di dadanya juga akhirnya sedikit mereda.Namun, tangannya masih mengepal dengan gugup.Sergio yang sedang mengerjakan pekerjaannya pun menoleh saat melihat suara kaca mobil diturunkan. Dia menatap Hazel, lalu bertanya, "Nggak nyaman?"Hazel menggelengkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa.Meski sebelumnya dia sudah pernah mengatakan akan pergi ke kediaman utama untuk membatalkan pernikahannya, entah kenapa dia mulai gugup ketika benar-benar harus melakukannya.Bukan karena Hazel masih memiliki perasaan yang tersisa tentang pernikahan itu, tetapi dia takut Liana akan kecewa padanya.Sergio yang merasakan ada yang tidak beres dengan suasana hati Hazel
Meskipun Hazel sudah berusia 22 tahun, dia tetaplah seorang anak kecil yang belum dewasa di mata Sergio.Dia seharusnya tumbuh dengan orang tua yang memanjakannya. Namun, dia dipaksa untuk mengalami banyak hal dibanding gadis pada seusianya.Orang-orang di sekitar Hazel yang peduli kepadanya sudah meninggalkannya satu per satu. Dia hanya bisa memendam semua keluh kesahnya di dalam hati dan tidak ada tempat untuk melampiaskannya. Mungkin hal itulah yang memaksa Hazel untuk menjadi lebih bijaksana.Setiap kali melihat Hazel berpura-pura mengerti, hati Sergio serasa mau hancur.Dia ingin memeluk Hazel dan memberikan yang terbaik yang dia bisa.Dia ingin Hazel menjalani sisa hidupnya dengan tenang dan bahagia.Hazel terkejut dan langsung terdiam setelah mendengar kata-kata Sergio. Lalu, dia menatap Sergio dengan tatapan kosong.Ini adalah pertama kalinya dia mendengar seseorang memberitahunya kalau dia bisa bersikap seenaknya.Semua orang biasanya meminta Hazel untuk menjadi lebih pengerti
Pengurus rumah tangga di kediaman utama keluar. Ketika melihat Hazel, senyum penuh kasih langsung muncul di wajahnya."Nona Hazel datang untuk bertemu Nyonya? Tadi pagi Nyonya bahkan sempat membicarakan Nona.""Kakek Firdan, lama nggak berjumpa. Aku juga sangat merindukan Nenek Liana."Kakek Firdan adalah pengurus rumah tangga dari Keluarga Hardwin. Kabarnya, dia bahkan sempat ikut berperang bersama Kakek Remon saat itu.Kemudian, ketika situasi di dalam negeri mulai stabil, Kakek Remon mulai terjun ke dalam dunia bisnis.Kaki Kakek Firdan terluka di medan perang, jadi tidak nyaman kalau digunakan untuk berlari. Karena itulah dia tinggal di Keluarga Hardwin sebagai pengurus rumah tangga.Pak Adam adalah anak laki-laki Kakek Firdan.Hazel baru mengetahui semua ini dari Sergio beberapa waktu lalu.Sergio mengatakan kalau Pak Adam tidak pintar dan tidak punya kemampuan. Dia bergaul dengan teman yang membuatnya jadi penjudi dan pecandu. Dia bahkan hampir kehilangan nyawanya di meja judi.S
Sekelebat rasa malu melintas di wajah Irma saat mendengar jawaban Firdan.Namun, dia tidak bisa membalas fakta itu.Karena dalam Keluarga Hardwin, selama Liana dan Sergio masih ada, dia tidak memiliki hak untuk memutuskan apa pun.Irma diam-diam menggertakkan gigi penuh kemarahan dan mengancam Hazel dengan suara dingin, "Hazel, kamu dan Justin akan menjadi suami-istri. Kamu nggak ingin reputasi Justin hancur, bukan? Jadi, cepat hapus video itu."Kenapa memangnya kalau Justin benar-benar tidur dengan Darra?Saat ini, pria berkuasa mana yang tidak memiliki wanita lain di luar sana?Apalagi Justin sangat baik dan tampan. Dia juga satu-satunya cucu tertua Keluarga Hardwin. Jadi apa salahnya memiliki wanita lain di luar sana?Hazel saja yang membesar-besarkan masalah ini. Bagaimana dia bisa menjadi istri yang baik untuk Justin jika pemikirannya sesempit ini?Hazel tertawa saat mendengar perkataan Irma. "Bagaimana kalau aku nggak mau? Tante lah yang mengusulkan pernikahan ini sejak awal. Sek