Sergio menjawab, "Itu karena kamu belum pernah benar-benar mencintai satu wanita. Saat hari itu tiba, kamu pasti akan mengerti."Rafael tidak berpikir demikian. Dia tidak merasa dirinya akan mengalami situasi semacam itu.Apa yang tidak dia ketahui adalah, bahwa dalam waktu dekat, ketika dia benar-benar mengalami apa artinya mencintai tanpa bisa memiliki, dia akhirnya bisa memahami maksud dari perkataan Sergio.Namun, itu semua akan menjadi cerita lain.Rafael kembali bertanya, "Kamu sama Hazel sudah menikah lebih dari sebulan, tapi kamu masih belum berhasil mendapatkannya. Apa kamu benar-benar mampu?"Sergio, "..."Rafael tidak merasakan adanya bahaya dan malah makin bersemangat ketika berbicara. Dia terus menguji batas kesabaran Sergio tanpa tahu batasan."Oh, aku lupa kalau kamu masih perjaka. Apa kamu yakin bisa melakukannya? Apa aku perlu berbagi bahan yang aku punya denganmu? Setidaknya kamu jadi bisa belajar?"Wajah Sergio tiba-tiba berubah muram. Dia menjawab dengan geram, "Raf
Namun, Sergio mengira Hazel benar-benar salah paham, jadi dia kembali menjelaskan, "Aku bisa dan aku mampu. Kalau kamu nggak percaya, aku bisa membuktikannya kepadamu."Setelah mengatakan hal ini, Sergio langsung sadar kalau ada yang salah dalam perkataannya.Dia terkesan memaksa.Hazel menangkupkan kedua tangannya di dada dan menatapnya dengan ramah, lalu berkata, "Pantas saja kamu sangat ahli dalam berciuman. Ternyata kamu sudah berpengalaman."Keringat sudah terlihat di dahi Sergio. "Nggak, kebetulan kamu masuk pas aku baru buka videonya. Tuhan bisa jadi saksi. Bahkan ciuman pertamaku saja aku berikan kepadamu."Hati Hazel meledak dengan sukacita, tetapi wajahnya masih terlihat datar."Benarkah?""Sungguh!"Sergio sudah hidup selama tiga puluh tahun dan ini adalah pertama kalinya dia begitu panik dan tidak berdaya.Dia takut Hazel salah paham, jadi dia ingin menjelaskan sampai tuntas mengenai masalah video itu. Dalam hati, dia pun mengutuk Rafael ratusan kali.Hidung Hazel berkerut,
Perkataan Hazel bisa diartikan sebagai kepercayaan yang begitu besar kepada Sergio dan dia bersedia berkomitmen untuk itu.Sergio tahu lebih baik daripada siapa pun seberapa besar bobot dari kata-kata itu.Sergio terdiam, otaknya kosong sejenak seolah-olah ada suara gemuruh yang tiba-tiba meledak di dalamnya.Segera setelah itu, ada ledakan kegembiraan yang menyelimuti dirinya.Tubuhnya bereaksi sebelum otaknya. Dia mencium bibir Hazel, bahkan bibir tipisnya sedikit bergetar karena saking gembiranya.Entah sudah berlalu berapa lama, Hazel merasa pusing dan kakinya lemas.Jika bukan karena Sergio yang melingkarkan tangannya di pinggangnya, dia mungkin akan jatuh ke lantai.Keadaan Sergio tidak jauh lebih baik darinya. Napasnya kacau dan keringat tipis keluar di dahinya.Kemeja yang dikancingkan hingga kancing teratas telah kusut dan terlihat berantakan.Dia membungkuk, menggendong Hazel ke dalam pelukannya dan melangkah menuju kamar tidur.Hazel digendong ke tempat tidur yang besar dan
Setelah menelepon, Sergio kembali ke tempat tidur, tetapi tidak berbaring.Jika terlalu dekat dengan Hazel, dia takut tidak akan bisa mengendalikan dirinya dan langsung melakukannya.Dia dan Hazel sudah tidur di ranjang yang sama sejak menikah. Entah sudah berapa banyak penderitaan yang Sergio alami selama ini.Hazel adalah tipikal orang yang tidur dengan tenang, tetapi sering secara tidak sengaja menyentuh Sergio.Hampir setiap hari setelah Hazel tertidur, Sergio harus mandi air dingin. Dia khawatir kalau hal ini terus berlanjut, dia tidak akan bisa mengendalikan dirinya.Untunglah semua perjuangannya tidak sia-sia.Hazel tidak tahu banyak tentang keadaan mental Sergio saat ini. Rasanya dia ingin mencari lubang di lantai untuk bersembunyi saat mengingat apa yang baru saja dia mulai.Apa sikap yang dia tunjukkan barusan terlalu frontal?Namun, dia tidak merasa menyesal. Setelah menghabiskan waktu bersama, dia bisa melihat kalau Sergio adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan pant
Pipi Hazel memerah. Dengan gerakan cepat, dia menarik selimut untuk menutupi wajahnya.Melihat tubuh Hazel yang terbungkus selimut, Sergio tidak bisa menahan tawanya lagi. "Anak pintar, jangan ditutup rapat-rapat begitu, nanti sesak napas."Mendengar kata anak pintar dari mulut Sergio, Hazel kembali meringkuk ke dalam selimut, tidak berani menghadapi Sergio secara langsung.Sergio tidak punya pilihan selain membuka selimut yang menutupi tubuh Hazel."Sini, biar aku melihat wajahmu."Hazel diam-diam mengintip keluar. Matanya yang basah mengerjap-ngerjap, memberikan kesan polos dan jernih.Melihat ini, hati Sergio tersentak dan menjadi berantakan.Dia menunduk dan mencium kening Hazel. Jari-jarinya yang ramping terulur untuk menyibakkan rambut ke belakang telinga Hazel."Selamat pagi, istriku."Panggilan ini sudah Sergio ucapkan berkali-kali di dalam hatinya. Baru semalam dan hari ini dia akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian untuk mengucapkannya.Orang lain mengatakan kalau dia adal
Reflek Sergio sangat cepat. Dia membantu Hazel berdiri dan menggendongnya kembali ke tempat tidur. Lalu, dia bertanya dengan cemas, "Hazel, kamu baik-baik saja?"Hazel menggelengkan kepalanya yang pusing dan menjawab sambil tersenyum, "Aku baik-baik saja."Namun, Sergio masih belum merasa tenang, malah menjadi lebih tegang. "Nggak bisa. Aku harus panggil dokter buat memeriksa keadaanmu."Melihat Sergio hendak mengeluarkan ponselnya untuk menelepon, Hazel dengan cepat mengulurkan tangan untuk menghentikannya.Dengan wajah merah, dia menggertakkan gigi dan berkata, "Aku cuma kelelahan, sungguh. Nggak perlu sampai panggil dokter segala buat memeriksa keadaanku."Gerakan Sergio berhenti sejenak dan mengamati wajahnya dengan seksama. Melihat raut wajah Hazel yang terlihat tidak baik-baik saja, dia langsung mengatakan, "Kalau begitu kamu berbaring saja dan istirahat. Aku akan minta pelayan bawa makanannya ke mari."Hazel tahu kalau dia tidak bisa turun ke bawah, jadi dia mengangguk patuh.De
Satu jam kemudian, Vexal akhirnya sampai di Grand Permata.Melihat kedatangannya, Adam langsung menyapanya sambil tersenyum, "Tuan Vexal, silakan masuk."Vexal masih menunjukkan tatapan dingin dan hanya mengangguk pada Adam sebagai salam.Adam tahu kalau Vexal memang orang yang cuek dan menyendiri, jadi tidak tersinggung dengan sikap dinginnya. Dia hanya tersenyum dan mengantarnya ke lantai dua.Sambil berjalan, dia berkata, "Saya mendengar kalau beberapa hari yang lalu Tuan Sergio dikasih obat sama seseorang dan Tuan lah yang membantunya. Terima kasih.""Sudah seharusnya aku membantu." Vexal menjawab singkat.Adam kembali melanjutkan, "Nggak menolong itu pilihan, menolong itu kebaikan. Tuan Sergio sangat beruntung bisa punya teman seperti Tuan Vexal."Vexal menarik sudut bibirnya seolah-olah ingin tersenyum, tetapi karena wajahnya sudah terlalu lama tanpa ekspresi, ekspresi yang dibuatnya terlihat sangat kaku.Di bawah cahaya koridor, senyuman itu tampak menyalurkan berbahaya yang tak
Lebih dari setengah jam kemudian, Vexal akhirnya menyelesaikan pemeriksaannya dan menyimpan peralatannya satu per satu di kotak obat.Dia melakukannya dengan efisien dan terampil. Kotak obat di tangannya pun bisa kembali tertata dengan rapi dalam waktu singkat.Sergio yang sudah terbiasa dengan hal ini pun beranjak dan berjalan ke samping tempat tidur. Dia bertanya, "Bagaimana keadaannya?"Vexal sempat menatapnya dengan curiga dan tidak langsung menjawab.Hati Sergio menjadi tegang dan alisnya berkerut. "Apa ada masalah? Apa ada efek karena dia tersiksa saat berada di Keluarga Vandana?"Melihat pemikiran Sergio yang makin bergerak liar, Vexal langsung menghentikannya, "Nggak ada masalah serius. Dia cuma kelelahan dan tertidur."Mendengar Vexal mengatakan itu, Sergio akhirnya menghela napas lega.Untunglah semuanya baik-baik saja ....Melihat perubahan pada ekspresi Sergio, Vexal merasa geli. "Kamu nggak perlu panik begitu. Meskipun fisiknya lemah, dia masih sehat secara keseluruhan, ta