Share

Bad dream

Malam sudah tiba, jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Cafe harus tutup. Kakek Pion akan bersiap-siap untuk segera pulang.

Namun Bella masih sibuk dengan kain lap di tangannya dan berusaha membersihkan meja.

"Nah Bella, jaga cafe dan jangan lupa istirahat!" ujar Kakek seraya tersenyum dan memberikan kunci cadangannya pada Bella.

Bella menerima kunci itu, "siap laksanakan! Bella akan jaga cafenya dengan aman seaman-amannya!"

"Oh iya, jangan lupa juga itu kalau malem-malem laper kamu masak aja sendiri." Ujar Kakek Pion.

Bella mengangguk mantap, "siap! Laksamanakan!" jawab Bella.

"Selamat malam, kakek!" ujar Bella.

Kakek melambaikan tangannya, "iya." Lalu ia keluar Cafe.

Bella berjalan ke kamarnya, ia mulai mengemasi barang-barang yang sangat berantakan itu. Hari pertama Bella tidur di cafe yang lumayan membuatnya nyaman ini ternyata tidaklah buruk.

Bella mengemasi barang-barangnya, beberapa dari koper ia keluarkan lalu ia memasukkannya ke dalam lemari.

Tinggal Foto terlegend yang kini diletakkan di atas tempat tidur. Bella berdiri dan pergi ke kamar mandi, hari ini cukup melelahkan. Jadi seperti ini rasanya bekerja dari pagi hingga sore yang selalu dirasakan orang-orang yang memutuskan untuk tidak kuliah.

Ternyata banyak sekali pengalaman yang bisa di ambil.

Hari ini adalah pertama kalinya untuk Bella, pertama kalinya dia diusir dari rumah, pertama kalinya ia tinggal dengan orang asing, pertama kalinya ia bekerja paruh waktu dari pagi sampai petang.

Meski jarak cafe dan rumah ayahnya lumayan dekat, namun cafe ini terletak di tempat yang ramai dan hanya terhalang oleh gedung-gedung tinggi.

Beberapa menit kemudian, Bella menyelesaikan ritual mandinya. Meski orang bilang mandi malam hari itu tidak baik namun dirinya benar-benar merasa gerah dan tidak kuat untuk segera mendinginkan badan dan pikirannya.

Satu hal yang harus Bella terima mulai sekarang, anggap saja dirinya tengah merantau untuk bekerja dan memenuhi kebutuhannya.

Bella keluar dari kamar mandi, ia masuk ke dalam kamarnya, terlihat foto terlegend yang ia simpan di atas tempat tidur tadi. Bella mendekat perlahan dan memungut foto itu, ia terduduk di atas kasur.

Bella menatap fotonya lalu tersenyum.

"Mama, maafkan Bella sudah merusak harga diri Mama." Lirihnya.

Bella memeluk foto itu dan langsung menyimpannya di dekat lampu tidur.

Kamar di sini kecil, namun sangat nyaman. Hanya ada satu tempat tidur tanpa ranjang, terdapat dua bantal dan satu guling serta selimut, satu lemari baju dan lemari kecil tempat lampu tidur yang letaknya dekat tempat tidur, jam weaker bulat putih polos yang diletakkan di dekat lampu tidur, cermin yang menempel pada lemari baju dan beberapa hiasan-hiasan kecil.

Bella merebahkan tubuhnya, ia merasa badannya hampir remuk. Biasanya ayah tidak mengizinkannya bekerja paruh waktu. Namun sekarang berbeda, Bella harus tetap hidup walaupun sendiri.

Bella menatap langit-langit kamarnya, ia merasa ada yang kurang. Namun apa ya...

Seketika matanya terbelalak tatkala mengingat ponsel miliknya entah ke mana. Bella terbangun dari tempat tidurnya, ia memegang kepalanya, jantungnya berdegub kencang.

"Apa mungkin tertinggal di kamarku saat mengemasi barang?"

Dia berdecih pelan.

"Gara-gara ibu tiri itu dan anaknya! Mungkin sekarang ponselku sudah jadi milik anak itu." Geruntunya.

"Duh Bella bodoh! Bella bodoh!" geruntunya.

Ia menarik selimutnya kembali dan menutupi seluruh badannya sekaligus wajahnya.

"Bodoamat!" geruntunya.

Tak sadar mata Bella terpejam, rasanya seperti ada yang menarik badannya saat ini, napasnya sesak, pandangannya sangat hitam dan gelap, sekujur tubuhnya sangat berkeringat.

Terlihat sinar putih dari kejauhan, namun sinar itu tampaknya membesar?

Bella berlari ke arah sinar itu.

Wushhh...

Perlahan angin menerpa wajahnya, Bella membuka matanya ia melihat langit di atas pohon-pohon rindang. Bella terduduk, ia melihat ke sekitarnya, matanya berputar menyelidiki di sekitarnya.

Ia tidak mengenali tempat ini. Keningnya berkerut, matanya masih memandangi pepohonan yang sangat tinggi.

"Ini di mana?"

Bella berdiri, ia tertidur di atas daun-daun kering? Apa mungkin ini musim semi? Bukankah di indonesia tidak ada musim yang seperti ini?

"Seingatku aku berada di kamar tempat cafe..." lirihnya.

Seketika matanya terbelalak, "a-aku harus menjaga cafenya! Kenapa bisa menghilang?!" pekiknya.

Bella berlari mencari cafe yang hilang, namun entah mengapa di sini tidak ada cafe atau bangunan rumah!

Hanya ada pepohonan dan beberapa daun kering yang berjatuhan.

Grrrr....

Suara sesuatu yang sontak membuat sekujur tubuhnya membeku di tempat, rasanya berlari sangat sulit, perlahan Bella menoleh ke belakang.

Terlihat sesuatu hitam yang besar, bahkan ukurannya melebihi dirinya dan tingginya hampir setinggi pohon.

Mata Bella terbelalak, ia berlari menghindari sosok yang bahkan ia tidak tahu. Ia berusaha berlari dan menghindar, meski tanahnya berguncang membuatnya kesulitan berlari.

"A-apa itu monster?!"

Saat Bella berlari, ia menginjak batu sehingga kakinya terkilir, Bella kesakitan, ia meringis dan menangis namun tak ada yang bisa dimintai bantuan.

Makhluk itu mendekat dan siap menerkam Bella. Tubuhnya menghalangi cahaya matahari, tangan besarnya melesat pada Bella membuat Bella memejamkan matanya.

Napasnya tak beraturan, Bella memelotot menatap langit-langit kamarnya.

Syukurlah itu hanya sebuah mimpi buruk, namun tubuhnya bergetar sebab masih terkejut.

Bella melirik pada jam weakernya yang masih berdetak seperti jantung, jam menunjukkan pukul tiga pagi, ia menghela napas pelan saat kesadarannya kembali. Suara perut yang berteriak meminta diisi sesuatu. Bella memegang perutnya.

"Duh laper banget, Kakek Pion ada makanan apa ya?"

Bella berdiri lalu berjalan keluar dari kamar dan melangkahkan kakinya menuju dapur. Bella membuka lemari es, terlihat ada wortel yang ia beli kemarin dan ada nuggets. Lalu Bella berjalan menuju rice cooker dan ternyata ada nasi sisa. Bella mengambil wajan dan memutuskan untuk memasak nasi.

"Mungkin kalau di tambah nugget sama wortel bakal enak, tapi kayanya masih ada sayur." Ujarnya.

Ia segera menyalakan kompor, menyimpan wajan dan menuangkan minyak sedikit, Bella memotong beberapa sayuran dan memotong bawang merah dan putih sebagai pengharum masakan. Bella kurang suka dengan kecap manis, ia memasak dengan tanpa menggunakan kecap seperti kebanyakan nasi goreng.

Beberapa menit kemudian nasi goreng sudah jadi, Bella langsung menyiapkannya pada piring dan mengambil sendok. Bella terduduk di meja makan kecil berbentuk lingkaran itu, lalu Ia melahap masakannya, namun keningnya mengernyit dan wajahnya terlihat masam.

"Asin sedikit, duh biarin deh daripada gak makan."

Meski mengeluh, Bella tetap memakan masakannya sendiri.

"Duh kalau tahu begini sepertinya aku harus banyak belajar masak, biar nggak malu amat kalau masak buat suami nanti." ujarnya sendiri.

Bella minum air putih pada selaan ritual makannya, namun matanya merasa masih lelah lantas tanpa sadar ia tertidur kembali di atas meja makan.

dlyzrlo

vote dan komen selalu ditunggu :)

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status