Share

Kenalan dong.

"Silahkan datang kembali," sapa Bella pada salah satu pelanggan seraya memberikan makanan yang akan dibawa pulang. 

Bella menunduk, ia terduduk di kursi dapur seraya menunggu pelanggan kembali. Kakek Pion berada di mesin kasir seraya membaca koran yang baru saja diterima pagi tadi.

"Bella, tau nggak?" ujar Kakek Pion tiba-tiba membuka suaranya.

"Ada apa, Kakek?" tanya Bella.

"Jaman sekarang ini anak perempuan itu harus bisa menjaga dirinya." 

Bella menoleh dengan refleks, ia menelan salivanya.

"Maksudnya, Kakek?" Bella menatap tanpa berkedip, Bella tahu yang kakek Pion maksud. 

"You know lah, ada banyak korban pelecehan pada gadis. Ini beritanya masih anget." 

Bella berdiri, "I-iya... Kakek, Bella mau masak buat kakek. Nanti kakek jadi jurinya ya." Pinta Bella.

"Emang bisa masak?" 

"Ya bisa dong!"

"Coba,"

"Jadi! Pertama-tama Bella mau masak nasi goreng special yang belum pernah Bella masak." 

"Oke, kakek beri waktu lima menit!" 

Bella terlonjak, ia menatap malas pada Kakek Pion.

"Kakek mau mencekik Bella atau membunuh Bella secara perlahan?" tanya Bella.

Kakek Pion terkekeh, ia mengangguk pelan. "Ya sudah, setengah jam." 

Bella mengangguk, ia mengambil wajan dan menyimpannya di atas kompor.

"Eits, wait!" 

Mendengar ucapan Kakek Pion membuat Bella terdiam dan mengerjapkan matanya. Ia menoleh pada Kakek Pion.

"Ada apa?" tanya Bella.

"Mulai dari... Sekarang!" sorak Kakek Pion.

Dengan sigap Bella membawa bahan makanan dari kulkas dan segera memotong bawang putih, bawang merah, cabe merah, wortel dan beberapa sayur. 

Minyak dituangkan ke atas wajan, Bella memasukkan bumbu sebagai pengharum nasi gorengnya lalu di lanjut dengan nasi sisa kemarin.

Lalu Bella memasukan sayuran dan wortel pada atas nasi, Bella mengaduknya. Wangi nasi goreng Bella menyebar kemana-mana.

Entah kenapa sekarang Bella merasa seperti seorang chef baru yang berhasil memasak nasi goreng.

Dirinya merasa keren sekarang.

Beberapa menit kemudian, nasi goreng ala Bella sudah selesai. Bella menyajikannya pada piring putih berbentuk segiempat. 

Bella menyimpannya ke atas meja Kakek Pion.

"Kurang apa kakek," tanya Bella.

Kakek Pion menatap nasi goreng yang Bella buat. Ia segera melahapnya lalu terdiam membuat Bella refleks menutup matanya. 

Apa jangan-jangan makanannya tidak enak? Pikir Bella.

"Nggak enak ya?" tanya Bella dengan hati-hati.

Kakek Pion menatap Bella tanpa berkedip, jantung Bella berdegub kencang. Rasanya seperti akan keluar. 

Lalu Kakek Pion mengangkat jempolnya, "kurang banyak!" 

Bella menghela napasnya, apa seenak itu ya? Pikirannya masih kacau. Pagi buta ia membuat nasi goreng namun rasanya asin. Lantas Bella mengambil sendok dan mengambil nasi dari atas wajan yang masih tersisa. 

Matanya memelotot, ini benar-benar aneh! Seorang Bella bisa membuat nasi goreng seenak ini? Padahal ia sebenarnya menantang dirinya sendiri karena telah gagal saat pagi buta membuat nasi goreng yang asin.

"Kok bisa enak ya?" tanya Bella.

"Kamu itu cantik, pinter masak, andai kakek punya menantu seperti kamu. Tapi sayangnya kakek tidak mempunyai anak laki-laki." Ujarnya.

"Kakek berharap cucu kakek bertemu sama Bella, nanti kakek jodohkan kalian." Ujarnya.

"Jangan dong, kasihan cucu kakek. Kan setiap orang punya pilihan siapa yang bakal dinikahi dong." Sahut Bella.

"I wish," 

"Assalamualaikum! Hai kakek! Hai cantik! Ketemu lagi nih kita. Jangan-jangan jodoh ya." Ucap seseorang yang tiba-tiba membuka pintu lalu melambaikan tangan pada kakek Pion. Lelaki itu mengedipkan sebelah matanya, membuat Bella bergidik ngeri. 

"Lah rajin bener ke sini lu?" ujar Kakek.

"Jelas dong, Kek! ada penyemangat di sini." ujarnya lagi.

"Halah penymangat, penyemangat pala lu. Buaya mah buaya aja." Sahut Kakek membuat lelaki itu terdiam dan mulutnya komat-kamit tidak jelas.

Dengan cepat Bella segera mengambil kertas dan pulpen, ia berjalan mendekat pada lelaki itu.

"Mau pesan apa?" tanya Bella.

"Pesan hatimu aja, satu tapi selamanya." Jawab lelaki itu.

"Heh! Nggak sopan mesra-mesra depan jomblo!" 

Lelaki itu menoleh pada Kakek, "tuhkan Kakek mah iri." Lelaki itu menyodorkan tangannya.

"Kenalin gue Raihan, dan lo?"

Bukannya menjawab, Bella malah menoleh pada Kakek, Bukan apa-apa, pasalnya ini adalah jam kerjanya. Bella harus profesional. Namun kakek malas menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.

"Bella." Mereka pun berjabat tangan.

"Oke, Bella, lo adalah gebetan gue." 

"apaan sih." lirih Bella, "oh iya, mau pesan apa?" 

"Gue mau cappucino aja."

"Oke, tunggu sebentar." ujar Bella.

"Lama juga gak apa-apa, biar lama gue di sini." Jawab Raihan sambil terkekeh.

"Orang tua lo gimana kabarnya?" tanya Kakek Pion.

"Bokap keluar negeri ada meeting, nyokap masih sibuk nyariin gue jodoh. Gila aja, Kek, gue serasa nggak laku banget kan gue?" 

Kakek melahap makanannya, "Emang nggak laku, salah lo rayu cewek sana sini, lo pikir lo keren?" tanya Kakek.

Raihan merasa tersimdir, "ampun deh, kek, gue mau tobat!" lalu setelahnya kakek Pion dan Raihan tertawa renyah.

Kakek dan orangtua Raihan adalah teman dekat dulunya, meski sekarang sudah jauh dengan kesibukan masing-masing, Kakek pion merasa senang atas pencapaian kawan baiknya.

"Nanti-nanti kalau bokap lo udah balik, ajak ke sini dah ngopi bareng Kakek." ujar Kakek Pion pada Raihan.

Bella kembali dengan membawa nampan dan di atasnya terdapat kopi."

"Ini, silahkan." Ujar Bella lalu kembali ke dapur.

"Kakek, dia keliatan polos ya?" ujar Raihan.

"Anak orang, mau lo apain hah?" tanya Kakek.

"Mau PDKT in dong, secara, ketampanan gue harus dimanfaatkan."

"Ogah ya karyawan gue lo sakitin, nanti malah galau berkepanjangan." Ujar kakek.

"Nggak dong, tapi asli loh, Kek, dia cakep banget!" puji Raihan.

"Sinting!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status