Share

Baik atau pura-pura?

Bella keluar dengan air mata yang banjir, pikirannya sedang kacau bahkan benar-benar kacau. Ia tak habis pikir akan melakukan hal seperti ini. Bella sangat hancur sekarang. Ia bingung entah akan ke mana sekarang. Kalau pulang ke saudara pasti ia akan habis di kritik dan di marahi. Mungkin akan di maki dan di usir seperti yang di lakukan Ayahnya.

Andai Mama ada di sini, tetapi jika ada pun, Bella mungkin akan malu bertemu Mamanya. Perut Bella keroncongan, ia memegangi perutnya sambil merintih.

Bella mengusap air matanya, ia celingukkan mencari sesuatu yang bisa ia beli. Baru sadar kalau ia berada di dekat gerbang taman Nusantara, di mana tempat itu terdapat banyak sekali pedagang kaki lima yang berjajar berjualan.

Bella tersenyum tatkala melihat tukang Bakso, makanan kesukaannya. Namun saat akan melangkah, Bella berhenti mengingat jumlah uang yang ia miliki. Niatnya membeli bakso ia urungkan, Bella hanya memiliki uang 5.000 rupiah saja, sedangkan harga baksonya terlihat di gerobak seharga 15.000 rupiah. 

Bella menunduk dan memanyunkan mulutnya, mungkin ia akan tahan untuk tidak makan, setidaknya sampai ia mendapatkan pekerjaan. Bella berjongkok di sana, orang-orang melihatnya seperti orang yang tersesat.

Bella memejamkan matanya berharap ini hanya mimpi buruk, setidaknya jika hanya mimpi ia akan mulai berbuat sehati-hati mungkin.

brukk

Seseorang terjatuh dan menabrak kopernya hingga koper milik Bella terguling, Bella membuka matanya. Ia terkejut melihat koper dan beberapa makanan yang tergeletak bebas di lantai, juga seorang kakek-kakek yang terjatuh. 

spontan membuat Bella berdiri dan menolong kakek-kakek tersebut, "Duh, maaf kakek, sepertinya koper Bella menghalangi jalan kakek. Maaf ya, kakek." Ujar Bella seraya membantu kakek itu berdiri dan langsung memungut beberapa bahan makanan yang kakek tua itu bawakan.

"Tidak apa-apa, kamu tidak salah. Kakeknya saja yang ceroboh." 

"Nggak kakek, Bella yang ceroboh. Oh iya kakek, kakek mau ke mana? Biar Bella yang antar kakek, ini belanjaan kakek berat juga, biar Bella yang bawakan." Ujar Bella sambil memunguti bahan yang terjatuh.

"Nggak usah nak, biar kakek saja." 

"Ngga apa-apa kakek, anggap saja ini sebagai permintaan maaf dari Bella." 

"Ya sudah kalau begitu, ikuti kakek." 

kakek tua itu berjalan lebih dulu dari Bella, Bella mengikuti dari belakang sambil membawakan belanjaan milik kakek dan membawa koper miliknya. Mereka berjalan, Bella yang merasa canggung berusaha menghilangkan rasa canggungnya.

"Umm.. kakek belanja banyak-banyak sendirian?" tanya Bella.

"Iya nak, tidak ada yang membantu kakek, ini pertama kalinya kakek di bawakan belanjaan sama orang asing." jawabnya.

"Ummm... kakek kan bisa meminta tolong kerabat dekat?" tanya Bella.

"Tidak, nak, kakek hidup sendiri. Anak-anak kakek tinggal di kota orang dengan keluarga kecilnya."

Bella memangut-mangut, "Oh, begitu ya kakek? Lalu, apakah kakek sering dikunjungi?" 

"Tidak, mereka mengunjungi kalau ada hari besar saja. Namun ada satu cucu kakek yang bisa terbilang sering mengunjungi kakek." Kakek itu terkekeh.

"Ah... begitu ya kakek." 

Mereka masih berjalan, Bella masih mengikuti sang kakek meski ia kebingungan kenapa masih belum sampai. Apakah masih jauh?

"Oh iya, kamu mau ke mana? Pulang kampung kah? Atau tersesat?" tanya kakek membuat Bella terdiam, ia jadi teringat kejadian tadi pagi.

"Ng, nggak kakek... B,Bella..." Bella memalingkan pandangannya. Apa akan baik-baik saja kalau membicarakan masalahnya dengan orang asing? Terlebih lagi kakek ini sangat terbilang masih asing. Mereka bertemu saja karena sebuah ketidaksengajaan.

"Nah sudah sampai." Ucap kakek sambil tersenyum.

Bella membelalakkan matanya, "I,ini rumah kakek?" tanya Bella.

"Bukan, ini cafe kecil milik kakek." Kata sang kakek, "nah, nak Bella, masuk dulu." 

Bella tersentak, "K,kakek tahu nama saya?" mereka pun masuk ke dalam cafe.

"Dari awal minta maaf kamu mengatakan Bella, Bella, Bella. Kakek pikir itu namamu."

"Iya benar kakek, itu nama Bella. Wah kakek hebat juga ya." Puji Bella.

"Nah kamu duduk dulu di sini, biar kakek bawakan sesuatu." Ujar Kakek sambil membawa belanjaannya lalu masuk ke dapur. Bella pun menurut, ia celingukkan. Pasti kakek ini sangat kaya raya, bahkan ia memiliki cafe sendiri. Bella terdiam sambil memainkan kakinya.

"Nak Bella, di makan dulu cemilannya. Terima kasih sudah membantu kakek." Kata kakek.

"Wah terima kasih kakek," ujar Bella lalu melahap lapar makanannya.

"Kamu mau ke mana? Tadi kakek tanya nggak di jawab." Ujar kakek pada Bella.

Bella menoleh pada kakek, ia menelan makanannya. "Bella nggak tahu mau ke mana," Ujar Bella.

"Bella sepertinya mau mencari kerja saja." Jawab Bella.

Kakek menatap Bella dengan lembut, entah mengapa sepertinya yang kakek lihat Bella sedang ditimpa masalah besar.

"Kamu ada masalah?" tanya kakek dengan hati-hati.

Aktivitas makan Bella tertahan, ia menatap nanar pada sang Kakek. Namun Bella menahan air matanya sambil tersenyum. Bella menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Ng, Nggak kok kakek. Nggak apa-apa, Bella..." 

"Nggak apa-apa, jangan di tahan kalau nggak kuat. Kamu bisa cerita ke kakek." Ujar Kakek.

Tubuh Bella bergetar, ia menunduk, tangan yang memegang sendok itu perlahan Bella taruh di atas piring.

"Bella di usir dari rumah karena kesalahan Bella," ujarnya. Dengan cepat Bella berdiri dan memegang kopernya.

"Kalau mau, kamu bisa bekerja untuk kakek. Hanya saja mungkin gajinya tidak terlalu besar, tapi kakek bisa berikan mess untuk tinggal sementara." Ucap kakek dengan cepat sebelum Bella pergi.

Bella menoleh ke samping, matanya hampir berbinar, namun pikiran Bella masih bertanya-tanya. Apakah kakek ini benar-benar baik atau baik karena ada maunya?

"Jangan sungkan sama kakek, anggap saja seperti kakek sendiri, Anggap saja ini balasan terima kasih dari kakek karena kamu sudah membantu kakek tadi. Kakek juga sudah tua kan. Kamu bisa membantu kakek untuk beberapa kegiatan seperti belanja dan mengantarkan makanan untuk pelanggan." Tawaran kakek membuat Bella yakin kakek ini memang baik.

"B,boleh kakek?" tanya Bella.

"Iya, nanti kakek kenalkan pada cucu kakek yang sering mengunjungi kakek." Kakek tersenyum, Bella mengangguk pelan.

"Nah ikut kakek, kakek tunjukkan kamarmu." 

Bella meloncat-loncat kegirangan, "Yeyy terima kasih kakek." 

Kakek berjalan lebih dulu, mereka berdua menaiki anak tangga lalu berjalan ke lantai atas. kakek membuka sebuah pintu yang terbuat dari kayu. Itu sebuah kamar.

"Nak Bella, ini kamar untuk nak Bella." Ujar kakek tua itu.

"Nah, sekaligus kamu bisa menjaga cafe kakek selagi kakek pulang ke rumah." Ujar kakek itu.

"Kakek beneran boleh? Bella tinggal di sini?" tanya Bella.

"Tentu saja, kakek percaya sama kamu. Ayo kemasi barang kamu, kakek mau buka cafenya. Kakek tunggu di bawah, nanti kakek ajarkan cara kerja kamu. Kamu karyawan kakek sekarang."

Bella mengangguk lalu masuk ke dalam kamar barunya sambil membawa koper. Di dalam kamar, Bella menghela napas lega. Setidaknya dirinya beruntung sudah memiliki tempat tinggal sekaligus bekerja. Dia tidak usah khawatir untuk sekarang.

#Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status