Share

Bab 4 (Dasar Ulat Bulu)

"Jangan bersikap seperti gadis bodoh!" bentak gadis itu pada Hanan.

"Apa maksudmu!" Hanan tak terima dibentak oleh gadis tak jelas seperti itu.

"Di mana Naufal?" tanya gadis itu menatap sinis Hanan.

"Di dalam, mau apa?" Hanan balik bertanya.

Tak mempedulikan pertanyaan dari Hanan, ia lebih memilih menerobos masuk ke dalam. Sengaja menubruk tubuh Hanan, hingga sepeda motor yang diduduki goyang. Tentu saja Hanan tidak terima diperlakukan seperti itu. Bergegas turun dari sepeda motor dan menyusul wanita gila yang minim sopan santu tersebut.

"NAUFAL!" teriaknya.

Ya ampun! Apa gadis tersebut masuk ke dalam golongan penghuni hutan? terbiasa berteriak bebas tanpa tahu sopan santun? Tetapi dilihat dari penampilan sepertinya ia gadis kota. Tapi sayang, sangat urakan sekali!

Hanan begitu geram dengan tingkah lakunya, menarik kasar rambut gadis itu yang terurai.

"Aw, sakit!"

"Sakit ya? Dasar lemah!" cibir Hanan.

"Lepaskan tanganmu sialan!"

Takut lepas kendali, Hanan akhirnya memilih mengalah. Melepaskan tangannya dari rambut gadis itu.

"Yang sopan kalau bertamu ke rumah orang! Sadar gak kamu? Ini rumah mamaku, ingat! Rumah mamaku, bukan rumah tunanganmu yang gagal itu. Gak perlu teriak-teriak kayak orang hutan di sini, biar kupanggil Naufal." Mata Hanan melotot. Masuk ke dalam rumah dan membanting pintu, hingga menimbulkan suara keras. Menatap setiap sudut ruangan mencari sosok Naufal.

"Pergi dari sini! pergi atau aku berbuat kekerasan sama wanita itu?!" teriak Hanan ketika sudah menemukan keberadaan Naufal di ruang keluarga.

Naufal terkejut, hingga tersedak saat meminum segelas kopi. Menatap wajah Hanan yang memancarkan kilatan amarah. Tentu saja ia heran, ada apa ini?

"Maksud kamu apa, Hanan? bukannya tadi mau pergi, kenapa tiba-tiba datang kembali dalam keadaan marah-marah begini?"

"Jangan banyak bicara, ayo ikut aku!"

Hanan menarik paksa tangan Naufal agar mau keluar dari rumah. Sebab ada nyamuk yang akan hinggap, sudah menunggu di depan pintu masuk. Emosinya benar-benar memuncak. Baru satu hari serumah dengan Naufal,dasar pembawa sial!

"Naufal?" Gadis itu menyambut kedatangan Naufal dengan senang, memeluknya tanpa malu dan menghiraukan keberadaan Hanan.

Naufal tentu saja terpaku, tidak menyangka dengan kedatangan sang mantan tunangannya itu. Wanita yang memenangkan dan masih singgah di hatinya. Wanita yang sebenarnya saat ini sedang berusaha ia lupakan, namun, jujur saja memang sangat sulit.

'Ah, lebih baik aku biarkan saja Yeza memelukku seperti ini. Mau tahu reaksi gadis sombong itu, lumayan kan beli satu gratis satu. Hahaha,' batin Naufal.

"Kamu tega ninggalin aku, kamu tau gak? Aku kangen banget sama kamu. Ternyata usaha aku gak sia-sia, bisa ketemu sama kamu. Bisa peluk lagi kayak gini," ucap gadis itu dengan raut wajah sendu.

Hanan menatap muak kedua manusia yang tak punya urat malu. Ingin sekali menendang tubuh mereka hingga melayang sampai ke aspal. Masih terlihat di mata Hanan, gadis tengil itu menjulurkan lidahnya, merasa menang. Cih, tentu saja Hanan tak akan menangis tersedu-sedu, atau memaki wanita yang terlihat akan mengambil miliknya.

'Lebih baik aku pergi saja!' batin Hanan. Melangkahkan kakinya menjauh dari dua insan yang terlihat tak tahu malu menurut Hanan.

"Apa kau lupa siapa aku, Hanania Onella?" ucap gadis itu, menahan kepergian Hanan.

Hanan menoleh, melirik sekilas wajah gadis yang berdiri dihadapannya. Sungguh memuakkan sekali ulat bulu ini, menempel terus pada lengan Naufal.

'Siapa sih, sorot matanya aku seperti gak asing. Apakah dia salah satu gadis yang haus perhatian? Hm, atau jangan-jangan hanya modus saja. Namun, Aku seperti mengenalnya. Tapi siapa, ya?' batin Hanan. Berusaha mengingat sosok yang sedang bergelayut manja pada suaminya. Nihil, ia benar-benar lupa.

"Apa kau amnesia, Hanan?"

"Aku tak pernah punya kenalan seorang ulat bulu," jawab Hanan.

"Kau yang ulat bulu! kau merebut milikku!" teriak gadis itu.

"Ambil kembali milikmu jika mau. Pungut saja, memangnya aku peduli?" ledek Hanan. Meskipun sebenarnya hati dan pikiran tak sejalan.

Berhasil, Hanan berhasil memancing amarah gadis tersebut. Terlihat dari tatapannya saat melihat wajah Hanan yang santai menghadapi dirinya. Tangan gadis tersebut mengepal erat menahan emosi.

'Kenapa Hanan biasa-biasa saja? Apa dia sama sekali tidak terbakar api cemburu? Hm, tapi lebih baik aku menjadi penonton saja saat ini. Sangat ribet dan memusingkan kepala melihat mereka berdua. Tapi epertinya seru!' batin Naufal.

"Baiklah, seharusnya kau berkaca Hanan. Kau yang memungut bekasku, jadi kau itu pemulung. Tapi sayang, sampah ini terlalu berharga untuk dikatakan sampah. Dia milikku, apa kau lupa, Hanan? Yeza Yuzuma, anak IPS 2, alumni SMA Negeri 01 angkatan ke sepuluh."

"Ye-Yeza?"

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status