Share

Bab 3 (Kehidupan Sehari Setelah Menikah)

Hanan menatap sinis layar ponsel Naufal yang masih menyala. Baru juga menyandang status Nyonya Naufal beberapa jam yang lalu, sudah mulai ada nyamuk yang hendak hinggap mencari mangsa.

"Cih, kasihan sekali kamu. Siapa pun kamu orangnya, sungguh benar-benar bodoh. Masih mau mendambakan sosok Naufal yang sama sekali gak ada istimewanya," gerutu Hanan.

"Habis liat apaan di ponselku?" Sebuah suara mengejutkan Hanan yang masih menggenggam ponsel Naufal.

"Liat jam," jawab Hanan asal.

"Bukannya di kamarmu ada jam dinding? besar loh," goda Naufal sembari menunjuk jam dinding yang tergantung di samping rak hijab.

'Mampus aku! semoga saja Naufal gak curiga, bisa-bisa dia gede rasa. Dikira aku tipe isteri posesif sama suami. Cih, padahal sih bodo amat!' batin Hanan.

"Cieee, jangan curigaan ah, sama suami sendiri. Kita masih pengantin baru loh!" goda Naufal.

Hanan kembali meletakkan ponsel Naufal ke atas nakas. Mendengus sebal, memilih berpura-pura tak mendengar ucapan Naufal. Kabin baik merebahkan diri di atas tempat tidur. Tubuhnya sangat lelah, apalagi hatinya. Ingin kabur tak mungkin, bukan solusi yang tepat. Tidak ada tenaga untuk berdebat saat ini.

***

Jika sudah menikah lama, lalu bangun siang mungkin tidak wajar. Tetapi berbeda dengan pengantin baru, bangun tidur kesiangan masih dianggap lumrah. Begitupun dengan Hanan yang masih pulas. Padahal ayam jantan sudah lelah berkokok sejak tadi. Namun, ada yang sedikit berbeda saat ini dan...

"Aaa!" Hanan berteriak kencang ketika menyadari ada seorang laki-laki yang tidur disampingnya, dengan telapak tangan tepat di wajah. Pantas saja tidurnya sedikit terganggu. "Ini manusia kenapa bisa satu ranjang sama aku?"

Tentu saja pria tersebut adalah suami sah Hanan. Merasa terganggu dengan teriakan Hanan yang memekakkan telinga, ia terbangun dari tidurnya.

"Heh, bisa gak, jangan teriak-teriak? Lebay banget jadi orang!"

"Masalah buatmu? Lagian ini kamarku, dengar baik-baik Naufal, ini kamarku!" teriak Hanan tepat di telinga Naufal.

"Baiklah, Aku akan keluar dari kamar. Tapi ingat, jangan menyesal!" ucap Naufal memberikan ultimatum.

Hanan mengangkat bahunya, untuk apa peduli dengan ucapan Naufal yang seakan-akan sedang memberikan ancaman. Lebih baik melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terganggu akibat tangan rusuh Naufal. Selamat datang kembali alam mimpi!

"Hanan, buka pintunya! Hanania!"

Suara gebrakan pintu disertai teriakan melengking dari balik pintu kamar Hanan.

"HANAN!"

Hanan mendengus kesal, teriakan sang mama di pagi hari pasti ada sangkut pautnya dengan Naufal. Dengan malas Hanan beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamar.

Ceklek...

"Apa kamu sudah tidak waras, Hanan? Kamu biarkan suamimu menyiapkan sarapan seorang diri?" Meylinda, sang mama, menatap tajam Hanan.

Dahi Hanan mengerut, tak paham maksud ucapan Meylinda. Ketika hendak menjawab, tangan kanannya ditarik paksa oleh Meylinda keluar dari kamar menuju meja makan.

Naufal tersenyum melihat kedatangan istri dan mertua dengan raut wajah yang tak enak dipandang.

"Mau sarapan, sayang?" tawar Naufal.

"Boleh," jawab Hanan. Berpura-pura menjadi seorang istri yang lemah lembut, sepertinya ia harus mengikuti permainan Naufal.

Meylinda melengos, meninggalkan pengantin baru di meja makan. Memilih kembali lagi ke kamar. Sebab ia harus pergi pagi ini juga. Entah apa pekerjaan yang dilakoni, Hanan sendiri tak ingin tahu.

Hanan memastikan keadaan aman, sang mama yang sudah tak ada di rumah.

Prang!

Hanan membanting piring berisi nasi goreng yang sedang disantap Naufal. Setelah puas, ia melenggang pergi meninggalkan Naufal yang terkejut.

"Aku sama sekali gak ngomong macam-macam sama Mama, mungkin kesan Mama menjadi buruk saat tau tiba-tiba aku lagi masak nasi goreng." Naufal berusaha menjelaskan, mengikuti langkah Hanan.

Hanan tak mempedulikan ucapan Naufal. Masuk ke dalam kamar, meraih ponsel, lalu keluar dari rumah menuju garasi.

"Mau kemana, Hanan?" tanya Naufal.

"Jangan banyak tanya, kau urusin hidupmu sendiri dan aku mengurus hidupku sendiri!" bentak Hanan.

"Apa kamu lupa, Hanan? Statusmu sebagai isteriku, sah di mata agama dan negara. Kamu keluar rumah harus se-izin suamimu."

"Cih, jangan sok alim kamu! Gak sadar sama diri sendiri, ngaca dong, ngaca kamu! Baru nikah udah mau selingkuh!" sarkas Hanan.

Dengan kasar Hanan mendorong tubuh Naufal agar menyingkir, agar tidak menghalangi motor yang dinaiki untuk keluar dari garasi. Namun, motor yang dikendarai Hanan berhenti ketika melihat seorang gadis dengan penampilan glamor berdiri menatap sinis dirinya.

"Maaf, nyari siapa ya? kalau ada perlu sama Mama, maaf, Mama sedang gak ada di rumah," ucap Hanan.

"Aku ke sini nyari Naufal," jawabnya.

"Naufal?" ucap Hanan heran.

Wah, apakah gadis ini salah satu korban janji palsu yang diucapkan dari bibir Naufal?

"Kenalkan, Aku mantan tunangan Naufal."

"Ha?"

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status