"Jangan bersikap seperti gadis bodoh!" bentak gadis itu pada Hanan."Apa maksudmu!" Hanan tak terima dibentak oleh gadis tak jelas seperti itu."Di mana Naufal?" tanya gadis itu menatap sinis Hanan."Di dalam, mau apa?" Hanan balik bertanya.Tak mempedulikan pertanyaan dari Hanan, ia lebih memilih menerobos masuk ke dalam. Sengaja menubruk tubuh Hanan, hingga sepeda motor yang diduduki goyang. Tentu saja Hanan tidak terima diperlakukan seperti itu. Bergegas turun dari sepeda motor dan menyusul wanita gila yang minim sopan santu tersebut."NAUFAL!" teriaknya.Ya ampun! Apa gadis tersebut masuk ke dalam golongan penghuni hutan? terbiasa berteriak bebas tanpa tahu sopan santun? Tetapi dilihat dari penampilan sepertinya ia gadis kota. Tapi sayang, sangat urakan sekali!Hanan begitu geram dengan tingkah lakunya, menarik kasar rambut gadis itu yang terurai."Aw, sakit!""Sakit ya? Dasar lemah!" cibir Hanan."Lepaskan tanganmu sialan!"Takut lepas kendali, Hanan akhirnya memilih mengalah. Me
"Hanania Onella, gadis santun yang tidak banyak tingkah. Kesayangan guru, bahkan namanya gak pernah ada di dalam buku hitam selama sekolah di SMA Negeri 01. Siapa sih yang tak mengenal sosok Hanan? Berprestasi, aktif dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ya, meskipun gak cantik-cantik amat dibandingkan sama aku, tapi heran banget, banyak cowok yang terkagum-kagum. Ternyata kamu gak sesempurna yang mereka kira, kamu perusak hubungan orang."Hanan menganga, Yeza mengingat betul sosok dirinya. Bahkan ia sendiri saja sempat tak mengenali Yeza. Penampilannya begitu glamor, berbeda dengan dulu yang masih berpenampilan sederhana. Ya, Hanan memang hanya sekadar mengenal nama saja. Hanan dan Yeza berbeda jurusan, Ia memilih jurusan IPA, sedangkan Yeza IPS. Sudah berbeda jurusan, tentu saja tak satu kelas. Bisa dipastikan hanya kenal sesama satu angkatan."A-aku bukan perusak hubungan kalian! Aku juga gak sudi nikah sama Naufal, kamu kira apa yang terlihat istimewa darinya?" balas H
"Assalamualaikum," ucap Hanan. Sengaja ia sedikit menghentakkan kakinya, agar tak dicurigai sudah menguping pembicaraan orang lain."Wa-waalaikumussalam." Terdengar jawaban dari dalam rumah disertai suara handle pintu yang diputar. "Hanan? Ayo masuk sini!"Hanan melangkah masuk, menatap Ayana, sang mami mertua, terlihat sedang bersama seorang gadis remaja. Tanpa menunggu disuruh, Hanan menjatuhkan bobot di atas sofa."Hanan mau minum apa?" tanya Ayana ramah."Emz, gak usah repot-repot, Mi," tolak Hanan.Ayana menyentuh bahu Hanan, "Jangan sungkan, anggap saja rumah sendiri."Hanan mengangguk, mengalihkan perhatiannya pada gadis remaja yang duduk di samping Ayana, sedari tadi hanya diam saja."Hai?" Sapa Hanan canggung. Hendak bertanya siapakah gadis remaja itu pada Ayana, namun, ia urungkan. "Ya ampun, Hanan sayang! Maafkan Mami, sampai lupa. Kenalkan ini Mawaz Hazzafa, adik satu-satunya Naufal. Panggil saja Afa, kemarin waktu kalian menikah, Afa masih ujian akhir sekolah. Jadi gak b
"Berapa banyak rahasia yang Mami sembunyikan dari Hanan?" tanya Hanan kecewa.Ayana memeluk tubuh Hanan, "Jangan salah paham dulu, sayang. Kamu mau dengerin Mami ngomong dulu kan?"Hanan mengangguk, toh tidak mungkin menggeleng."Mami sudah mengenalmu sejak lama, makanya Mami keukeh menjodohkan kamu dengan Naufal. Firasat seorang ibu gak pernah salah, dalam hati Mami, kamu yang pantas menjadi isteri Naufal. Mampu sama-sama berjuang dan membimbing putera Mami," terang Ayana."Maksud Mami?" Hanan benar-benar tidak paham.Enam bulan yang lalu di sebuah Choffee shop bernama "Choffee Corral".Hanan bekerja sebagai seorang waiters di Choffe Corral, ia sedang berjalan santai membawa nampan usai mengantarkan pesanan ke meja nomor lima belas. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara rintihan wanita dari meja nomor tiga belas."Ibu kenapa?" tanya Hanan panik. Melihat wanita paruh baya yang sedang memegang dadanya, napasnya sedikit tersengal dan meringis menahan sakit.Dengan tangan gem
"Iya," jawab Ayana singkat.Hanan terkejut, tak menyangka dunia sesempit ini. Bertemu lagi dengan orang yang pernah ditolong, bahkan kini menjadi mertuanya. Namun, mengapa ia benar-benar lupa pada wajah Ayana? Ah, ya, saat itu Ayana begitu anggun dengan balutan dress dan terlihat cantik. Tak akan menyangka jika Ayana sudah berusia kepala empat. Berbeda dengan saat ini, Ayana terlihat santai dan enjoy tanpa polesan make up serta hanya memakai daster rumahan."Maaf, Mi, Hanan bener-bener lupa," ucap Hanan."Gak papa, Mami telpon Naufal buat jemput kamu, ya?" ucap Ayana seraya beranjak dari duduknya menuju kamar, mungkin mengambil ponsel."Ja-" Ucapan Hanan terhenti ketika mendapat tepukan halus dibahunya. Hanan menoleh, Afa seakan-akan melarangnya mencegah tindakan Ayana. "kenapa, Afa?" sambungnya."Biarin aja Mami telpon Kak Naufal, biar Yeza tau rasa!" jawab Afa.Hanan terlonjak kaget, menatap kedua bola mata adik iparnya. Terlihat semburat kebencian saat mengucapkan nama mantan tuna
"Mi, maaf sebelumnya, biar Naufal sama Hanan nyelesaikan masalah kami dulu. Soalnya tadi Hanan ngambek, makanya ke sini. Naufal kira tadi ke rumah Papa, ternyata malah ke sini. Naufal bawa Hanan pulang dulu ya, Mi. Maklum pengantin baru isteri masih manja-manja nya," ucap Naufal.Hanan melotot mendengar kebohongan yang dilontarkan Naufal. Enak saja, menjual namanya! Ah, sayang sekali, Naufal tak peduli dengan tatapan horor dari Hanan. Naufal meraih tangan kanan Hanan, memberi kode agar patuh mengikuti akting nya."Mi, Hanan pulang dulu!" Pamit Hanan sembari mengikuti langkah Naufal. Tentu saja terpaksa, sebab tangannya terus diseret oleh Naufal.Ayana terheran-heran dengan sikap pasangan tersebut, namun, hanya mampu menganggukkan kepalanya."Kamu mau ke mana?" tanya Naufal pada Hanan yang melengos saat saling tatap dengannya."Pulang dong!" jawab Hanan santai. Memakai helm dan menghidupkan mesin motor sport kesayangannya.Naufal bergerak cepat, mencabut paksa kunci nya dan berlalu men
Hanan mengipas-ngipas wajah menggunakan mini bag yang ia pegang. Sesekali menghembuskan napas secara kasar. Hari sudah sore, namun, masih begitu terasa panas menyengat di tubuh. Hanan berdecak kesal, ketika ponsel yang ada di dalam mini bag bergetar terus."Ponselmu ramai, Hanan," goda gadis yang duduk di samping Hanan. Lyra, namanya, sahabat Hanan sejak kecil. Namun, mereka berpisah sekolah saat Hanan memutuskan masuk ke SMA, sedangkan Lyra masuk ke SMK. Mereka sangat dekat, bahkan bak pinang dibelah dua. Wajahnya terlihat ada kemiripan, mungkin karena selalu bersama sejak kecil."Hm." Hanan mengeluarkan ponsel dari dalam mini bag._Group Alumni SMA Tunas Bangsa angkatan ke XV_[Diberitahukan kepada seluruh alumni angkatan ke 15, agar datang ke Choffe shop di jalan Imam Bonjol, pukul tujuh malam. Kita mengadakan reuni dan saling sapa menjalin tali silaturahmi. Diharapkan semuanya agar dapat hadir. Boleh membawa pasangan masing-masing.]Si pemberi pengumuman adalah ketua kelas Hanan s
"Hm, cukup buruk dan sangat tidak berkesan. Gak kebayang sih, jodohnya sama kamu. Eh, salah, saat ini aku menjaga jodoh orang untuk sementara waktu." Hanan memutar bola matanya malas. Merasa jengah lama-lama duduk berdua dengan Naufal."Memangnya sudah siap menjadi janda?" tanya Naufal.Mata Hanan melotot, seenaknya saja bicara seperti itu. Benar-benar niat banget ya, ingin segera berpisah dengan dirinya."Kenapa melotot? Aku hanya meneruskan ucapan kamu," tukas Naufal. "lagian siapa juga yang mau menceraikan kamu? Kecuali aku udah dapat penggantinya," tambahnya.Hanan bangkit dari duduknya. Menyambar mini bag yang tergeletak di atas nakas. Menghentakkan kakinya, kesal, bahkan sangat kesal.Brak!Pintu kamar ditutup dengan kasar oleh Hanan. Beruntung cukup kokoh, sehingga masih aman untuk menjadi korban pelampiasan kekesalan Hanan. Manda sedang asyik sendiri di kamarnya, sehingga tak mendengar kegaduhan di kamar sang putri.Dengan hati menahan kesal, Hanan menghidupkan mesin motor spo