Dewa Api dan muridnya mendayung kapal kecil mereka menggunakan tenaga sakti lebih banyak. Dengan begitu kecepatan laju kapal pun bertambah. Tak berapa lama kemudian mereka sudah melihat sebuah perahu yang didayung kencang dari kejauhan. Mereka yakin itu adalah perahu yang ditumpangi Liong Yun. “Sepertinya kapal itu memang milik pemuda yang kita cari, guru!” Seru Nan Ye Ling bersemangat. Dewa Api pun menganggukkan kepalanya. Ia kemudian meningkatkan pengerahan tenaga sakti untuk mendayung lebih cepat lagi. Beberapa saat kemudian luncuran kapal kecil yang mereka tumpangi semakin cepat, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sudah memperpendek jarak mereka dengan perahu yang mereka buru. Di dalam perahu yang jaraknya kini hanya sekitaran 50 tombak, seorang gadis berpakaian serba putih mengayuh perahunya dengan sekuat tenaga. Berkali-kali ia menengok ke belakang ke arah kapal kecil yang digunakan oleh Dewa Api. Kecemasannya semakin terlihat ketika mengetahui jarak mereka sudah hampir
Dewa Api membentangkan kedua tangannya ke samping. Di kiri kanannya kini muncul bola api yang cukup besar. Bola api itu membuat riak air menjadi gelombang.“Mampuslah kau bocah!”Dewa Api berteriak lalu mendorong kedua tangannya ke arah gadis berpakaian serba putih. Seketika dua bola api itu langsung melesat kearah lawannya. Gadis berpakaian serba putih memompa semangatnya lalu mengerahkan tenaga. Ia berniat menangkis serangan maut itu untuk menyelamatkan nyawanya dan juga nyawa Liong Yun.Gadis berpakaian serba putih sebenarnya sangat memahami keadaan yang saat itu sudah sangat lemah. Apabila ia memaksakan diri untuk mengarahkan kekuatan tetap saja tidak akan bisa menangkis serangan maut Dewa Api. Sementara Liong Yun yang berada di perahunya masih belum juga sadarkan diri.“Perisai Naga Langit!” seru gadis berpakaian serba putih.Seketika muncul bayangan seekor naga yang membentuk pusaran kekuatan lalu menjelma menjadi perisai. Dua bola api yang menjadi wujud serangan Dewa Api langs
Tubuh Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan dan Dewa Api terasa kaku tak dapat digerakkan. Begitu juga Nan Ye Ling yang berada dalam pangkuan kakeknya. Ia yang sudah lemah akibat luka dalamnya, bukan hanya tidak bisa bergerak, namun juga merasakan nyeri.Di bawah pemandangan lebih menegangkan juga terlihat. Perlahan-lahan tubuh Liong Yun terangkat dan berdiri tegak di atas udara sejajar dengan kedua tokoh tua itu. Matanya memancarkan sinar jingga dengan perbawa yang sangat menakutkan.Tangan kanan Liong Yun mengarah ke bawah. Ia menggerakkannya dari bawah ke atas. Terlihat dari dalam air sesosok tubuh berpakaian putih terangkat. Tubuh yang tak lain milik gadis berpakaian serba putih itu melesat ke arah Liong Yun kemudian kini berada dalam gendongannya.Liong Yun memeriksa keadaan gadis itu lalu menyalurkan tenaga ke tubuh gadis penolongnya itu. Hanya sebentar ia melakukannya lalu pandangannya kembali ia arahkan kepada Pertapa Sakti Pulau Kayangan dan Dewa Api.“Haaaaaa!”Liong Yun berte
“Untunglah kau selamat nona Lin!”“Paman Tang, bagaimana kau tahu aku berada di sini?”Gadis berpakaian serba putih dibuat terkejut dengan kemunculan tiga orang lelaki separuh baya di pulau itu. Karena sebelumnya ia sama sekali tidak merasakan adanya kehadiran orang lain di tempat itu. Kemunculan lelaki separuh baya yang ia panggil Paman Tang itu tentu membuatnya sangat terkejut.Sebenarnya kemunculan ketiganya dalam keadaan biasa dan normal. Ketiganya menggunakan kapal berukuran sedang yang kini berlabuh dekat pantai pulau itu. Mereka menggunakan ilmu meringankan tubuh mencapai pulau itu. Keberadaan mereka tidak dirasakan oleh gadis berpakaian serba putih dikarenakan ia sangat sedih dengan menghilangnya Liong Yun sehingga kewaspadaannya pun kurang.“Kami memang mengikutimu nona Lin, dari awal pertarunganmu di lautan pulau seribu ular kami sudah memantaunya di kejauhan,” jawab orang yang dipanggil Paman Tang itu. “Tuan Ma, tuan Chia, nona ini bernama Lin Lian Xue yang tak lain adalah
Hari itu juga Lin Lian Xue dan tiga tokoh lainnya meninggalkan pulau tak bernama itu. Meskipun saat itu ia khawatir dengan keadaan Liong Yun, tapi kepentingan semua orang harus ia dahulukan. Apalagi ia harus melaporkan keadaan yang saat ini terjadi kepada ayah nya. “Paman Tan, apakah ayah masih berada di pulau Naga, bukit naga air?” tanya Lin Lian Xue. Gadis itu sebenarnya sudah mengetahui jawabannya. Karena sebelumnya Pendekar Tan sudah mengatakan. Ia seperti kehilangan bahan pembicaraan. Raganya berada di kapal itu, namun pikirannya melayang mencari keberadaan Liong Yun. Tan Qie Feng tersenyum mendengar pertanyaan Lin Lian Xue itu. Ia tahu betul bahwa Gadis itu sedang dilanda kekhawatiran. "Nona Lin, kau tidak perlu mengkhawatirkan Pendekar Liong. Apabila memang langit masih menginginkannya untuk hidup apapun yang akan terjadi tidak akan satupun bisa membunuhnya. Namun apabila langit memang mentakdirkan nya untuk mati sekuat apapun kita melindunginya pasti akan kehilangan nyawany
Tubuh Liong Yun masih tidak bergerak. Hanya tarikan nafasnya yang terlihat menandakan masih ada kehidupan di sana. “Kakak Liong, maafkan aku yang tidak berdaya. Aku tidak bisa membelamu di depan kakekku. Bahkan aku turut menyerangmu.” Gadis itu tidak lain adalah Nan Ye Ling. Tanpa sepengetahuan sang kakek Pertapa Sakti Dari Pulau Khayangan gadis itu kabur. Ia merasa sangat berdosa melihat Liong Yun yang menurut kakeknya akan mengalami kematian. Saat itu sang kakek menahan gempuran kekuatan Liong Yun. Hampir saja orang tua itu kalah dan tewas karena kuatnya serangan pemuda itu. Meski pedang Naga Langit berada di tangannya, ternyata tidak sanggup mengimbangi kekuatan si Bayangan Maut. Beruntung ketika keadaan sangat genting berada di pihak Pertapa Sakti Pulau Kayangan, Liong Yun tiba-tiba meninggalkan pertarungan pergi dari tempat itu. Meski tahu Liong Yun meninggalkan pertarungan karena racun di dalam tubuhnya kambuh, sang Pertapa sakti juga tidak berani mengejar. Ia takut Liong
Sehari setelah pengobatan, mata Liong Yun perlahan terbuka. Cahaya remang-remang menyilaukan matanya yang masih terbiasa dengan kegelapan. Saat ia mulai menyadari sekelilingnya, kesadarannya menghampirinya dengan perlahan. Dia berada di dalam sebuah goa yang gelap, di mana sinar matahari hanya dapat menembus sedikit melalui celah-celah bebatuan. Udara yang lembab dan bau tanah basah menyelimuti ruangan itu.Perlahan, Liong Yun berusaha bangkit, merasakan tubuhnya masih lemah dan gemetar. Tapi ada satu hal yang membuat jantungnya berdebar gelisah. Ia melihat Nan Ye Ling tergeletak tak jauh darinya. Gadis itu terbaring tanpa gerakan, matanya terpejam, dan bibirnya membiru.Dengan langkah gontai, Liong Yun mendekati Nan Ye Ling. Dia berlutut di sampingnya, menatap wajahnya yang pucat dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan kepedihan.Tanpa ragu, Liong Yun mencoba merasakan nadi dan mendengarkan detak jantungnya. Namun, apa yang ia temukan membuat hatinya terasa seperti dipenuhi
Liong Yun melangkah ke depan, mengerahkan tenaga dalamnya untuk merasakan kekuatan baru yang mengalir di dalam dirinya. Meskipun bukan Tenaga Inti Dewa dari Ilmu Tujuh Gerbang Dewa, namun Ilmu Tenaga Inti Nirwana ini memberinya kekuatan yang cukup malang melintang di dunia persilatan."Mungkin ini adalah takdirku," ucap Liong Yun, merasakan keyakinan yang tumbuh di dalam dirinya. "Dengan cara ini langit membersihkan jiwa dan kekuatanku."Kepalanya tegak memandang kedepan. Di depannya laut luas membentang. Kini pemuda itu sudah berada di pesisir.Liong Yun memandang ke laut yang luas, membiarkan angin laut mengusap wajahnya yang hangat. Ia sudah bertekad untuk terjun kembali ke dunia persilatan.“Ilmu Tenaga Inti Nirwana ini mungkin tidak cukup kuat membawaku ke daratan luas. Aku membutuhkan perahu menuju kesana,” batin Liong Yun.Liong Yun mulai bekerja, menempatkan kesaktiannya yang baru mengeram di dalam tubuhnya. Dia mulai memilih pohon yang tepat di sekitarnya untuk dibentuk menj