Tubuh Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan dan Dewa Api terasa kaku tak dapat digerakkan. Begitu juga Nan Ye Ling yang berada dalam pangkuan kakeknya. Ia yang sudah lemah akibat luka dalamnya, bukan hanya tidak bisa bergerak, namun juga merasakan nyeri.Di bawah pemandangan lebih menegangkan juga terlihat. Perlahan-lahan tubuh Liong Yun terangkat dan berdiri tegak di atas udara sejajar dengan kedua tokoh tua itu. Matanya memancarkan sinar jingga dengan perbawa yang sangat menakutkan.Tangan kanan Liong Yun mengarah ke bawah. Ia menggerakkannya dari bawah ke atas. Terlihat dari dalam air sesosok tubuh berpakaian putih terangkat. Tubuh yang tak lain milik gadis berpakaian serba putih itu melesat ke arah Liong Yun kemudian kini berada dalam gendongannya.Liong Yun memeriksa keadaan gadis itu lalu menyalurkan tenaga ke tubuh gadis penolongnya itu. Hanya sebentar ia melakukannya lalu pandangannya kembali ia arahkan kepada Pertapa Sakti Pulau Kayangan dan Dewa Api.“Haaaaaa!”Liong Yun berte
“Untunglah kau selamat nona Lin!”“Paman Tang, bagaimana kau tahu aku berada di sini?”Gadis berpakaian serba putih dibuat terkejut dengan kemunculan tiga orang lelaki separuh baya di pulau itu. Karena sebelumnya ia sama sekali tidak merasakan adanya kehadiran orang lain di tempat itu. Kemunculan lelaki separuh baya yang ia panggil Paman Tang itu tentu membuatnya sangat terkejut.Sebenarnya kemunculan ketiganya dalam keadaan biasa dan normal. Ketiganya menggunakan kapal berukuran sedang yang kini berlabuh dekat pantai pulau itu. Mereka menggunakan ilmu meringankan tubuh mencapai pulau itu. Keberadaan mereka tidak dirasakan oleh gadis berpakaian serba putih dikarenakan ia sangat sedih dengan menghilangnya Liong Yun sehingga kewaspadaannya pun kurang.“Kami memang mengikutimu nona Lin, dari awal pertarunganmu di lautan pulau seribu ular kami sudah memantaunya di kejauhan,” jawab orang yang dipanggil Paman Tang itu. “Tuan Ma, tuan Chia, nona ini bernama Lin Lian Xue yang tak lain adalah
Hari itu juga Lin Lian Xue dan tiga tokoh lainnya meninggalkan pulau tak bernama itu. Meskipun saat itu ia khawatir dengan keadaan Liong Yun, tapi kepentingan semua orang harus ia dahulukan. Apalagi ia harus melaporkan keadaan yang saat ini terjadi kepada ayah nya. “Paman Tan, apakah ayah masih berada di pulau Naga, bukit naga air?” tanya Lin Lian Xue. Gadis itu sebenarnya sudah mengetahui jawabannya. Karena sebelumnya Pendekar Tan sudah mengatakan. Ia seperti kehilangan bahan pembicaraan. Raganya berada di kapal itu, namun pikirannya melayang mencari keberadaan Liong Yun. Tan Qie Feng tersenyum mendengar pertanyaan Lin Lian Xue itu. Ia tahu betul bahwa Gadis itu sedang dilanda kekhawatiran. "Nona Lin, kau tidak perlu mengkhawatirkan Pendekar Liong. Apabila memang langit masih menginginkannya untuk hidup apapun yang akan terjadi tidak akan satupun bisa membunuhnya. Namun apabila langit memang mentakdirkan nya untuk mati sekuat apapun kita melindunginya pasti akan kehilangan nyawany
Tubuh Liong Yun masih tidak bergerak. Hanya tarikan nafasnya yang terlihat menandakan masih ada kehidupan di sana. “Kakak Liong, maafkan aku yang tidak berdaya. Aku tidak bisa membelamu di depan kakekku. Bahkan aku turut menyerangmu.” Gadis itu tidak lain adalah Nan Ye Ling. Tanpa sepengetahuan sang kakek Pertapa Sakti Dari Pulau Khayangan gadis itu kabur. Ia merasa sangat berdosa melihat Liong Yun yang menurut kakeknya akan mengalami kematian. Saat itu sang kakek menahan gempuran kekuatan Liong Yun. Hampir saja orang tua itu kalah dan tewas karena kuatnya serangan pemuda itu. Meski pedang Naga Langit berada di tangannya, ternyata tidak sanggup mengimbangi kekuatan si Bayangan Maut. Beruntung ketika keadaan sangat genting berada di pihak Pertapa Sakti Pulau Kayangan, Liong Yun tiba-tiba meninggalkan pertarungan pergi dari tempat itu. Meski tahu Liong Yun meninggalkan pertarungan karena racun di dalam tubuhnya kambuh, sang Pertapa sakti juga tidak berani mengejar. Ia takut Liong
Sehari setelah pengobatan, mata Liong Yun perlahan terbuka. Cahaya remang-remang menyilaukan matanya yang masih terbiasa dengan kegelapan. Saat ia mulai menyadari sekelilingnya, kesadarannya menghampirinya dengan perlahan. Dia berada di dalam sebuah goa yang gelap, di mana sinar matahari hanya dapat menembus sedikit melalui celah-celah bebatuan. Udara yang lembab dan bau tanah basah menyelimuti ruangan itu.Perlahan, Liong Yun berusaha bangkit, merasakan tubuhnya masih lemah dan gemetar. Tapi ada satu hal yang membuat jantungnya berdebar gelisah. Ia melihat Nan Ye Ling tergeletak tak jauh darinya. Gadis itu terbaring tanpa gerakan, matanya terpejam, dan bibirnya membiru.Dengan langkah gontai, Liong Yun mendekati Nan Ye Ling. Dia berlutut di sampingnya, menatap wajahnya yang pucat dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan kepedihan.Tanpa ragu, Liong Yun mencoba merasakan nadi dan mendengarkan detak jantungnya. Namun, apa yang ia temukan membuat hatinya terasa seperti dipenuhi
Liong Yun melangkah ke depan, mengerahkan tenaga dalamnya untuk merasakan kekuatan baru yang mengalir di dalam dirinya. Meskipun bukan Tenaga Inti Dewa dari Ilmu Tujuh Gerbang Dewa, namun Ilmu Tenaga Inti Nirwana ini memberinya kekuatan yang cukup malang melintang di dunia persilatan."Mungkin ini adalah takdirku," ucap Liong Yun, merasakan keyakinan yang tumbuh di dalam dirinya. "Dengan cara ini langit membersihkan jiwa dan kekuatanku."Kepalanya tegak memandang kedepan. Di depannya laut luas membentang. Kini pemuda itu sudah berada di pesisir.Liong Yun memandang ke laut yang luas, membiarkan angin laut mengusap wajahnya yang hangat. Ia sudah bertekad untuk terjun kembali ke dunia persilatan.“Ilmu Tenaga Inti Nirwana ini mungkin tidak cukup kuat membawaku ke daratan luas. Aku membutuhkan perahu menuju kesana,” batin Liong Yun.Liong Yun mulai bekerja, menempatkan kesaktiannya yang baru mengeram di dalam tubuhnya. Dia mulai memilih pohon yang tepat di sekitarnya untuk dibentuk menj
Setelah menyelesaikan santapannya dengan penuh kenikmatan, Liong Yun meninggalkan rumah makan, dengan santai dan langkah yang ringan. Cahaya senja mulai merayap di langit, menyisakan warna jingga keemasan yang memancar di ufuk barat. Angin sepoi-sepoi bermain lembut di rambutnya yang hitam, membawa aroma bunga dan rempah dari sekitar. Pakaiannya yang sederhana namun rapat menutupi tubuhnya dengan baik, sementara caping hitamnya menambah kesan misterius karena menutupi separuh wajahnya.Namun, sesaat setelah ia melangkah keluar, ia merasakan pandangan-pandangan curiga yang mengikuti gerak langkahnya. Beberapa orang dari rumah makan itu, yang terkesan oleh penampilannya yang mencurigakan, memutuskan untuk mengikutinya dengan hati-hati dari kejauhan.Liong Yun sangat mudah merasakan dirinya diikuti. Namun ia memutuskan untuk tidak langsung menanggapi, tetapi mengamati mereka dari balik sudut mata saat berjalan menuju sudut jalan yang lebih sunyi. Saat tiba di sana, ia berhenti dan berp
Liong Yun kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini ia menunda keinginannya untuk menguji tempat yang ditunjukkan peta peninggalan Nan Ye Ling. Ia memutuskan untuk mencari tahu tentang Sekte Dewa Nirwana.Dalam perjalanannya Liong Yun banyak mendengar kabar-kabar buruk tentang sektenya, bahwa mereka tidak hanya memiliki kekuatan yang besar tetapi juga menggunakan cara-cara yang tidak terpuji dalam mencapai tujuan mereka. Rumor mengatakan bahwa mereka bukan hanya hendak menguasai dunia persilatan tapi membangun dinasti baru, penguasa seluruh dunia.Beberapa hari dalam penyelidikan, Liong Yun bertemu sekelompok orang dunia persilatan yang sedang bertarung sengit melawan sekelompok anggota Sekte Dewa Nirwana. Kedua belah pihak terlibat dalam pertarungan yang mematikan, saling berusaha untuk mengalahkan satu sama lain. Liong Yun memperhatikan dengan seksama dari kejauhan, tidak langsung turun ikut campur. Ia juga ingin membuktikan sendiri apa memang Sekte Dewa Nirwana itu merupakan mom